4.3.15

Hal-hal Yang Perlu Dicermati Dalam Memilih Susu Untuk Balita



 Hai bunda... berikut ini hal-hal yang perlu bunda cermati dalam memilih susu buat balita anda, semoga bermanfaat...
Setelah anak berusia 1 tahun, Air Susu Ibu (ASI) hanya memenuhi 30% kebutuhan gizi anak. Makanan utama anak kini adalah makanan padatnya.  Setelah usia setahun, susu hanya merupakan makanan tambahan bagi anak Ibu perlu mencermati pilihan susu untuk balita agar manfaatnya optimal. 
  1. Porsi pas. Tidak berlebihan memberi susu pada balita meski susu adalah sumber gizi yang mendekati sempurna bagi anak karena dalam susu mengandung lemak, protein, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor), dan vitamin (A, D, E dan K). Konsumsi dua gelas atau 500-600 cc susu sehari cukup memenuhi kebutuhan gizinya saat ini.   
  2. Susu formula atau susu segar? Susu formula bubuk untuk anak usia 1 tahun ke atas dikenal sebagai susu formula tumbuh kembang. Susu ini berasal dari susu segar, baik dengan atau tanpa rekombinasi zat lain (seperti lemak dan protein), yang dikeringkan dengan cara pengeringan semprot (spray drying). Komposisi dan kandungan zat gizi susu formula ini mengacu pada ASI, walau tidak akan pernah sama dengan ASI. Susu pasteurisasi dan susu UHT. Susu pasteurisasi adalah susu segar yang diberi perlakuan panas (63-72 ºC) selama 15 detik dengan tujuan membunuh bakteri patogen (penyebab penyakit). Sedangkan susu UHT (Ultra High Temperature) merupakan susu  segar yang diolah menggunakan pemanasan tinggi (135-145 ºC) dan dalam waktu singkat (2-5 detik) sehingga bisa membunuh seluruh mikroorganisme. Kandungan nutrisi kedua jenis susu ini sebagian besar masih sama dengan kandungan aslinya, yaitu susu sapi atau susu binatang lain.
  3. Kiat memilih, membeli, dan menyimpan. Perhatikan kemasan susu, jangan lupa baca labelnya dan simpan dengan benar.
  4. Pembuatan yang cermat.  Patuhi cara menyajikan susu formula yang benar dengan takaran yang tepat.
  5. Gonta-ganti merek. Untuk susu formula yang umum,  Anda dapat saja berganti-ganti merek. Yang penting, balita suka –basanya berkenaan dengan rasa, aroma, dan lain-lain-, tidak ada efek simpang seperti diare, kembung, muntah atau alergi, serta berat badannya naik sesuai yang diharapkan. Perhatikan aturan pelarutan, karena ada aturan pemakaian 1 sendok takar untuk 30 ml air dan 1 sendok takar untuk 60 ml air. Untuk susu formula yang dirancang untuk tujuan tertentu sesuai kondisi anak, misalnya anak dengan alergi susu sapi, intoleransi laktosa, atau anak dengan kelainan metabolik bawaan, maka harus atas anjuran dan di bawah pengawasan dokter.
  6. Bila timbul masalah. Alergi susu sapi, respons sistem kekebalan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi). Pada reaksi alergi makanan, tubuh menghasilkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin E. Zat ini akan bereaksi dengan protein di dalam susu sapi dan produk olahannya.  Gejalanya, antara lain, diare berdarah, muntah, sakit perut, eksim dan ruam kulit.  Bila kebetulan anak mengalami kondisi ini, kemungkinan dia perlu diberi susu formula hipoalergenik, yakni susu berbahan dasar susu sapi yang protein susunya sudah 'dipecah' secara ekstensif, sehingga lebih mudah dicerna dan lebih kecil risikonya menimbulkan reaksi alergi. Konsultasikan hal ini pada dokter anak Anda. Intoleransi laktosa. Kondisi ini merupakan masalah saluran cerna karena kekurangan enzim yang mencerna laktosa (gula di dalam susu), yakni  enzim laktase. Penyebabnya antara lain infeksi virus yang menimbulkan peradangan pada lambung dan usus. Ciri-ciri anak yang mengalami intoleransi laktosa adalah diare dengan ciri kotoran berair dan busa, kembung, dan kram perut, serta mengeluarkan gas sekitar 30 menit sampai 2 jam setelah minum susu.  Bila kebetulan anak  mengalami intoleransi laktosa, anjuran dokter adalah mengganti susu formulanya dengan produk susu berbahan dasar susu kedelai, atau susu formula berbahan dasar susu sapi yang rendah kadar laktosanya, bahkan bebas laktosa. Penggunaan kedua susu ini sebaiknya di bawah pemantauan dokter.
Alternatif Sumber Kalsium
 
o  Ikan teri kering atau ikan teri segar dan rebon.
o  Sayuran seperti bayam, sawi dan brokoli.
o  Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
o  Serealia seperti havermut dan jali.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

0 komentar:

Post a Comment