10.3.15
Beberapa Aturan Yang Harus Diperhatikan Jika Balita Mulai Nge-gank
Hai bunda,... balita anda mulai senang bermain secara berkelompok atau nge-gank? Nah berikut ini beberapa aturan yang sebaiknya bunda perhatikan jika balita anda mulai nge-gank, semoga bermanfaat...
Peran Bunda sebagai teman karib anak sudah mulai punya “saingan”. Tapi tak perlu khawatir, justeru inilah proses dirinya belajar bersosialisasi. Dengan mulai memiliki teman sekelompok, banyak hal yang bisa dipelajari anak seperti belajar berinteraksi, belajar berbagi, belajar untuk menekan sifat egosentris, hingga belajar untuk mengemukakan pendapat.
Serunya lagi, biasanya para orangtua juga ikut “ketularan” akrab. Saking akrabnya, seringkali momen bersama-sama bisa ditemukan hampir di semua kegiatan anak dan gank-nya. Memang mengasyikkan saat melihat ia belajar bersosialisasi bersama gank-nya sambil berteman dengan Bunda lainnya, tapi tetap ada beberapa hal yang sebaiknya Anda perhatikan.
Terlalu Kompak
Terkadang saat satu anak ‘pamer’ bahwa ia tengah mengikuti les balet, maka anak lainnya juga ikut-ikutan ingin kursus balet. Tak jarang keinginan untuk ikut-ikutan ini justeru datang dari para orangtua yang ingin anaknya mengikuti kegiatan yang sama dengan teman kelompoknya. Selama anak suka dan positif, tentu boleh-boleh saja. Balita akan lebih bersemangat juga untuk belajar dan mengenal kegiatan tertentu. Tapi, tak perlu memaksa jika memang anak tidak berminat. Bunda juga tetap perlu mengenalkan dirinya dengan kegiatan dan pengetahuan lain karena pada dasarnya setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Saat Nayla menonjol dalam tari balet, mungkin anak Anda justru memiliki minat dan bakat luar biasa dalam menggambar.
Aturan Berbagi
Saling berbagi antar sesama adalah sifat yang harus ditanamkan padanya. Ia bisa diajarkan meminjamkan mainan atau buku pada teman kelompoknya. Namun, saat berbagi makanan ada beberapa hal yang perlu diperhartikan untuk menghindari anak dari penyakit yang mudah tertular melalui makanan. Berbagilah makanan dengan potongan atau porsi yang berbeda serta tidak menggunakan sendok atau sedotan yang sama dengan anak lainnya. Selain itu, agar ia tidak “iri” dengan bekal teman kelompoknya, Anda juga sebaiknya menyiapkan bekal yang menjadi kesukaannya dan disajikan secara menarik.
Tambah Teman
Bermain dengan teman kelompok, bisa menjadi cara dirinya belajar bersosialisasi. Dimulai dari lingkup yang kecil, maka lama-kelamaan akan semakin luas. Agar cita-cita tersebut bisa tercapai, selain akrab dengan teman kelompoknya, kenalkan juga anak dengan anak-anak lain. Ajak ia bersosialisasi di berbagai kegiatan dengan orang-orang baru, tingkatkan rasa kepercayaan dirinya dengan mengajaknya banyak berkeksplorasi. Anda juga bisa memberi contoh pada anak cara berkomunikasi dengan teman berbagai usia.
No Bully
Dalam satu kelompok, biasanya ada anak yang lebih dominan dan seolah menjadi ketua gank dadakan. Di satu sisi, ia menjadi panutan teman-temannya, tapi di satu sisi bisa sangat bossy, mengejek atau yang lebih parah mencubit atau memukul. Jika balita Anda yang memiliki sifat dominan tersebut, alihkan kepada hal yang positif. Misalnya ajak ia sebagai “polisi” yang tugasnya menengahi jika ada teman yang berebut mainan. Namun, jika ia yang menjadi korban bully, tanamkan padanya bahwa ia tidak boleh takut jika ada yang menyakitinya. Ia harus mengatakan hal yang tidak disuakainya dengan tegas.
Kenal orangtua
Dengan mengenal para orangtua dari teman-teman ia, Anda bisa saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman. Mulai dari perilaku ajaibnya, resep masakan hingga tempat belanja kebutuhan anak. Anda akan merasa lebih tenang saat balita bermain dengan kelompoknya, karena Anda mengenal orangtuanya. Hal yang tak kalah penting, jika Bunda tak bisa mengawasi balita Anda terus menerus di sekolah, bunda lain yang mungkin menunggu selama kegiatan sekolah berlangsung akan ikut membantu Anda mengawasi dirinya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment