22.1.16

Tips Mengobati Luka Lecet Pada Anak




Hai bunda,... berikut ini beberapa langkah mengobati luka lecet pada anak, semoga bermanfaat ya?

Lecet adalah luka dangkal terbuka yang menimbulkan perdarahan dan kerusakan ujung-ujung saraf di kulit, yang menimbulkan rasa perih. Lecet biasanya karena bergesekan dengan permukaan tanah atau benda keras lainnya. Anak-anak usia 1-3 tahun sering mengalami lecet ketika mereka belajar berjalan, berlari dan mengeksplorasi sekitarnya. Anak-anak yang lebih besar juga sering mengalaminya ketika mereka bermain dan berolahraga. Bila anak Anda mengalami lecet, apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut adalah 7 langkah mengobati luka lecet pada anak:

1. Tenangkan anak

Anak-anak biasanya akan menangis ketika mengalami luka, sebagian bahkan akan meraung-raung atau menjerit-jerit. Tangisan itu merupakan kombinasi dari rasa sakit, rasa takut/cemas dan minta perhatian. Sebelum dapat mengatasi lukanya, tenangkan dulu anak Anda agar secara psikologis merasa aman dan terlindungi. Setelah tenang, barulah Anda bisa melakukan tindakan selanjutnya.

2. Cuci tangan Anda

Sebelum melakukan perawatan, basuh kedua tangan Anda dengan air bersih dan sabun. Hal ini mencegah penularan kuman dari tangan Anda.

3. Bersihkan luka

Bila anak jatuh di tanah atau tempat berpasir, kemungkinan lukanya kotor. Bersihkan luka dengan air agar semua pasir dan tanah yang mengotori terbasuh sepenuhnya untuk mencegah infeksi. Lakukan dengan perlahan dari bagian dalam luka ke luar. Air yang digunakan bisa air jernih dari kran atau lebih baik lagi bila air matang yang steril. Anda dapat membuang kotoran yang tersisa menggunakan kasa steril yang dibasahi.

4. Terapkan antiseptik

Setelah luka benar-benar bersih, terapkan cairan antiseptik pada luka. Antiseptik yang biasa dipakai umumnya adalah yang berbasis povidone iodine. Sebaiknya tidak memakai antiseptik yang mengandung alkohol karena dapat membuat luka terasa lebih perih.

5. Perban luka bila perlu

Luka biasanya lebih cepat sembuh jika dibiarkan terbuka. Namun, seringkali luka perlu juga ditutup untuk menghindari terkena kotoran, terutama bila anak Anda sangat aktif dan lingkungannya banyak debu dan kotoran. Gunakan perban yang tidak lengket pada luka agar mudah dilepaskan dan diganti tanpa menimbulkan luka baru. Perban yang kedap air dapat membuat anak tetap bisa mandi. Perban harus diganti minimal setiap dua hari sekali agar tidak kotor dan lembab/basah.

6. Biarkan luka mengering

Jaga luka dari benturan. Jangan mencabut atau menggaruk keropeng setelah terbentuk, meskipun penampilannya terlihat jelek. Itu adalah lapisan steril yang melindungi luka dari infeksi ketika dalam proses penyembuhan. Gatal di sekitar luka adalah hal yang baik, karena menandakan bahwa proses penyembuhan sedang berlangsung.

7. Bawa ke dokter bila infeksi

Keenam langkah di atas biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan luka. Namun, ada kalanya anak perlu dibawa ke dokter untuk perawatan lebih lanjut bila menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti:
  • Pembengkakan di daerah luka
  • Nanah terbentuk di daerah luka
  • Kulit kemerahan yang menyebar di sekitar luka
  • Peningkatan rasa sakit pada luka
  • Penampilan lesu dan kurang sehat
  • Suhu tubuh tinggi (demam ) yaitu 38 ° C atau lebih
  • Kelenjar limfa membengkak
Luka yang terinfeksi biasanya dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik untuk beberapa hari.

Waspada tetanus

Meskipun kini sudah semakin langka, ancaman bahaya tetanus masih tetap ada. Bakteri tetanus (clostridium tetani) dapat masuk ke dalam luka yang tidak terawat dengan baik. Setelah berkembang biak, mereka mengeluarkan racun yang membuat otot-otot menjadi kejang. Otot pertama yang kejang adalah di bagian rahang, sehingga mulut tidak dapat dibuka. Itulah mengapa tetanus sering disebut sebagai “kejang mulut “. Otot-otot lain dalam tubuh juga akan kejang sehingga penderita tidak bisa bergerak. Bahaya mengancam ketika kejang membuat organ-organ vital tubuh gagal berfungsi.
Bila Anda mendapati tanda-tanda infeksi tetanus, segeralah membawa anak Anda ke rumah sakit. Tetanus perlu dirawat secara intensif di rumah sakit yang memiliki alat bantu pernapasan dan peralatan penunjang lainnya.
(Sumber : majalahkesehatan.com)

21.1.16

10 Tips Untuk Membantu Anak Memiliki Hati Yang Baik




Hai bunda,... berikut ini beberapa tips untuk membantu anak memiliki hati yang baik, semoga bermanfaat ya?

Yuk, terapkan 10 tip ini untuk membantu anak memiliki hati yang baik!

1. Berawal dari teladan
Balita memerlukan role model yang tak lain adalah orangtuanya. Jadi jika Anda bersikap dan bertutur bahasa yang baik – tidak berteriak atau mengguakan bahasa kasar – ia pun akan menirunya.  Anda bisa memulainya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya membiasakan mengatakan tolong jika hendak meminta tolong kepada balita atau ART di rumah. Bahkan meminta maaf jika melakukan kesalahan.

2. Ramah itu indah
Saat mengajak balita jalan-jalan di kompleks perumahan, latih anak menyapa tetangga, satpam, pengangkut sampah sambil mengucapkan, “Selamat pagi..” Sambil mengatakan itu, tunjukkan wajah ramah berhias senyum. Anak akan belajar bahwa menyapa dan tersenyum itu adalah sesuatu yang membahagiakan Anda dan juga orang yang disapa.

3. Cerita tentang kebaikan
Salah satu cara efektif agar anak bisa belajar untuk menjadi baik adalah melalui buku cerita. Sebab, cerita anak umumnya mengandung nilai-nilai kebaikan yang patut ditiru oleh anak. Misalnya kejujuran, berbagi, saling menolong dan sejenisnya. Asah selalu kemampuan bercerita Anda agar anak senang mendengarkan dan terkesan dengan cerita tersebut.

4. Alasan  berbuat baik
Penting menjelaskan kepada anak mengapa seseorang berbuat baik kepada orang lain agar ia mengetahui efeknya secara langsung. Misalnya, saat Anda menyingkirkan dahan berduri yang jatuh di tengah jalan kompleks, katakan padanya  bahwa dengan menyingkirkannya,  orang yang berjalan kaki atau naik sepeda akan terhindar dari celaka. “Kita juga akan senang karena tidak akan melihat orang jatuh dan terluka.”

5. Semangati dengan pujian
Memuji balita ketika ia melakukan sesuatu yang baik perlu Anda terapkan. Contohnya, saat ia menolong temannya yang terjatuh di sekolah saat bermain, Anda bisa acungkan jempol dan berikan komentar. “Ibu bangga melihat kamu membantu temanmu.” Dengan memberikan pujian, anak bersemangat untuk melakukan kebaikan terus terus.

6. Beri kesempatan berbuat baik
Pepatah mengatakan bisa karena biasa. Karena itu, beri anak kesempatan untuk dapat berbuat baik. Saat anak berkata ingin membantu Anda memasak, mencuci mobil atau membersihkan rumah, respon keingiannya dengan positif dengan mengatakan. “Wah, senang sekali  ada yang mau membantu…” Lalu beri ia tanggung jawab sesuai dengan usianya. Di dapur ia bisa mencuci sayuran atau saat membersihkan rumah, anak bisa mengelap meja, kursi, dan meja. Dengan begitu ia akan merasa bangga dan percaya diri.

7. Taburi dengan cinta
Ekspresikan cinta Anda dengan mendongeng menjelang tidur, memberinya kejutan dengan membuatkan sarapan favoritnya,  atau memberinya pelukan dan ciuman. Dengan itu, anak akan merasa aman dan nyaman yang akan membuatnya tumbuh gembira dan penuh percaya diri. Dengan itu, ia juga akan  tahu bagaimana mengekspresikan rasa sayang yang akan membuat orang yang menerimanya gembira.

8. Disiplin dan konsisten
Menanamkan kebiasaan baik memerlukan disiplin dan konsisten.  Misalnya, ia harus mencuci tangan, kaki, dan menggosok gigi.  Lebih baik jika Anda melakukannya bersama-sama. Dengan itu,  anak tahu Anda juga melakukan hal yang sama.   Anda bisa mengatakan padanya, “Kamu boleh ingatkan Ibu kalau Ibu lupa cuci tangan sebelum tidur. Dan Ibu juga akan ingatkan kamu jika kamu lupa. Oke?” Setelah mengucapkan itu Anda bisa mengajaknya high five.

9. Relawan
Menjadi relawan tidak harus relawan skala besar seperti membantu korban gempa atau  banjir.  Anda bisa juga menjadi relawan dengan menjadi pendamping kelas anak saat mengadakan field trip atau menjadi panitia 17 Agustus di lingkungan setempat. Libatkan anak dalam aktivitas Anda jika memungkinkan. Dengan itu,  ia akan tahu bahwa  berbuat baik bagi orang lain akan membuat orang senang dan akan memiliki banyak teman.

10. Hari baik hati
Satu hari dalam sebulan Anda bisa menetapkan satu hari sebagai “Hari Baik Hati”. Di hari itu, minta anak menceritakan apa-apa saja kebaikan yang telah ia lakukan sepanjang hari. Cara ini akan membuatnya lebih giat melakukan kebaikan yang bervariasi, terhadap manusia, hewan atau tanaman. Anda pun bisa bertanya tentang apa yang membuatnya melakukan hal tersebut. Pemahamanannya tentang kebaikan pun akan meningkat.  
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Beberapa Kondisi Yang Membuat Balita Nempel Terus



 Hai bunda,... berikut ini beberapa kondisi yang membuat balita maunya nempel terus dengan kita dan cara menyikapinya, semoga bermanfaat ya?

Anda sudah siap berangkat ke kantor, namun anak menangis, menolak melepaskan lengannya yang dilingkarkan ke sekeliling leher Anda, tidak membolehkan Anda meninggalkan dia? Atau, sekolah sudah hampir mulai, tetapi dia hanya mau masuk kelas bersama Anda?

Wajar saja kalau balita merasa cemas saat dia harus berpisah dari Anda, meski untuk sementara waktu atau beberapa jam. “Tidak mau berpisah adalah bagian alami dari proses tumbuh kembang. Anak secara fisik mampu pergi dari Anda, namun secara emosional tidak cukup siap berpisah,” kata Alexandra Barzvi, PhD, psikolog anak di New York University Langone Medical Centre.

Walaupun biasanya terjadi di usia 8 bulan, fase yang disebut separation anxiety itu terjadi secara bervariasi di setiap anak. Beberapa anak akan mengalaminya baru pada usia 18 bulan, bahkan sudah berusia 2 tahun. Dan seiring dengan pertambahan usia, biasanya separation anxiety akan menghilang begitu anak memasuki usia 3 atau 4 tahun.

Walaupun demikian, jangan dibiarkan begitu saja, ya, Bunda. Anda dan suami tetap perlu melakukan penanganan yang tepat, agar tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih berat, disebut separation anxiety disorder, yang umumnya memerlukan penanganan profesional. Tetap bersama dan bimbinglah buah hati Anda agar dapat melalui tahap tumbuh kembang ini dengan lancar.

Saat Pertama Masuk Sekolah…
Ini bisa menjadi salah satu hal asing bagi buah hati Anda. Jika Anda mengantar anak ke sekolah, sebelum Anda pergi, kenalkanlah dia dengan situasi di sekitar sekolah, mulai dari lapangan bermain, guru dan teman-temannya. Jika waktu perkenalan sudah selesai, jangan main kabur saja, Bunda. Usahakan bermain dengan balita selama beberapa menit. Lalu, mundur perlahan, dan biarkan guru mengambil alih perhatian anak. Ucapkan selamat tinggal dengan cepat dan riang, ya, Bunda. Setelah itu, baru Anda pergi. “Jangan menyerah dengan sebuah tangisan, karena anak akan belajar bahwa dia bisa membuat Anda kembali hanya dengan menangis,” saran Dr. Paul Horowitz, MD, juru bicara American Academy of Paediatrics.

Saat Punya Adik…
Untuk hal ini, anak membutuhkan waktu, perhatian dan bantuan yang besar dari Anda, dalam mengalami perubahan menjadi kakak. Berikan dia perhatian khusus semampu Anda, seperti mengajak dia bermain berdua selama si adik bayi tidur siang. Berikan si kakak peran aktif dalam kehidupan adiknya. Misalnya, Anda bisa mengatakan begini, “Kayaknya Bunda butuh bantuan Kakak, nih, supaya adik bisa tidur. Tolong ambilkan botol susu itu, ya, Nak.” Memberi anak tanggung jawab seperti itu bisa membuat dia tetap merasa menjadi bagian penting dalam keluarga. Jangan lupa memuji juga setelah anak membantu Anda, ya, Bunda.

Saat Hendak Pergi…
Anda dan suami siap pergi ke kantor, ia ditinggal di rumah bersama nenek atau pengasuhnya. Sebelum Anda pergi, ajak dia melakukan permainan sederhana, seperti cilukba, lalu lanjutkan dengan bermain petak umpet. Ucapkan “sampai jumpa”, lalu Anda sembunyi di belakang kursi. Lakukan hal itu hingga 2-3 kali, lantas Anda benar-benar menghilang. Anda juga dapat mengatakan ini sambil memeluk dan mengecup balita dengan hangat, kemudian melambaikan tangan, “Bunda akan segera kembali, Nak. Bunda sayang kamu.” Lakukan hal itu setiap kali Anda hendak pergi. Dengan begitu, dia akan terbiasa.

Saat Sakit…
Saat sakit, biasanya anak memang akan lebih rewel daripada biasanya. Tentu saja dia membutuhkan perhatian yang lebih. Untuk itu, Anda dapat menemani dia di tempat tidur sepanjang waktu. Namun pastikan Anda tidak meninggalkan pekerjaan yang lain, seperti menyiapkan makanan bagi anak dan anggota keluarga lain. Berikan pengertian kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan dia sebentar untuk menyiapkan makanan, dan segera kembali. Jika dia tetap menolak ditinggal, Anda bisa membawa dia ke ruang keluarga, dan biarkan dia tiduran di sofa atau bermain dengan mainannya, selagi Anda mengerjakan pekerjaan lain.

Saat Bertemu Orang Banyak…
Menghadiri pertemuan keluarga dan berjumpa dengan banyak orang bisa menimbulkan kegelisahan dalam diri anak, dan ketakutan bahwa dia akan kehilangan Anda di tengah keramaian. Hindari memaksa dia berinteraksi atau bermain tanpa Anda di sisinya. Temani dia terus sampai dia tertarik dengan sesuatu, dan Anda bisa meninggalkan dia sejenak untuk menyapa anggota keluarga lain atau menyantap makanan. Jika dia sudah mau mulai berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, tetap temani anak sampai dia merasa nyaman dan aman untuk Anda tinggal sejenak.

Saat Mau Tidur…
Biasakan Anda melakukan beberapa kegiatan bersama anak sebelum tidur, misalnya membacakan cerita atau bernyanyi. Hal itu akan membantu dia memperkirakan bahwa waktu tidur akan segera tiba. Pasang CD dengan lagu atau irama yang menenangkan ketika Anda hendak keluar dari kamarnya. Saat tidur siang dan dia terbangun, usahakan sebisa mungkin menahan diri Anda agar tidak buru-buru menghampiri balita. Biarkan dia sendirian sejenak di ranjangnya dan bermain, karena hal itu dapat membantu memompa kepercayaan diri dan kemandiriannya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

20.1.16

Beberapa Penyebab Balita Suka Menangis



 Hai bunda,... berikut ini beberapa penyebab balita suka menangis, tapi bukan karena cengeng lho bunda, semoga bermanfaat ya?

Anak usia 3-4 tahun umumnya masih kerap menangis untuk mengekspresikan keinginan. Meski tangisan anak balita tidak bisa dipahami secara general, namun tetap bisa diatasi dengan dasar pemahaman terhadap perilaku balita.  Pada usia 0 hingga 2 tahun, anak menangis karena mengantuk, lelah, lapar, kotor hingga merasa tidak nyaman. Tapi menginjak usia 3-4 tahun, anak memiliki pertambahan kemampuan kognitif dan verbal yang membuatnya menangis dengan lebih banyak alasan. Diantaranya, menangis karena sakit, lelah, lapar, ingin sesuatu, mengantuk, tidak nyaman, merasa ditertawakan, mencari perhatian, takut, kecewa, marah, hingga frustasi.  Bertambahnya keahlian ini bertujuan agar anak memiliki kemampuan mengendalikan emosi di tahap usia selanjutnya.

Menangis karena masalah fisik
Tangis anak dapat dipicu oleh masalah fisik seperti sakit, lapar, mengantuk, atau bosan. Jika anak menangis di jam tertentu biasa dia makan, dan setelah diberi makanan ia diam, artinya ia lapar dan sebaiknya orangtua memerhatikan jam-jam atau jadwal makan anak.  Jika anak menangis lalu saat diajak ke kamar dan dibaringkan kemudian tenang, ini berarti ia menangis karena mengantuk. Sebaiknya perhatikan jadwal tidur anak di siang dan malam hari sebelum tangisnya pecah. Atau saat anak menangis di luar sebab-sebab lapar dan mengantuk, lalu diputarkan film kartun kesukaannya dan ia  diam, artinya anak merasa bosan. Begitu pula saat sakit, anak biasanya lebih banyak menangis ketimbang saat sehat, karena merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Tentunya, anak yang sakit diawali dengan gejala penyakit seperti demam, pilek, dan sebagainya.
Mengetahui masalah fisik penyebab anak menangis, memerlukan kedekatan dan perhatian orangtua akan kebiasaan anak.

Menangis karena frustasi
Tak selalu mudah memahami tangis balita. Jika tak paham dan ditangani secara tepat, tangis anak akan menjadi berkepanjangan bahkan disertai beberapa aksi seperti menendang-nendang, membenturkan kepala ke lantai atau tembok, bahkan membanting barang-barang. Ini berarti ada masalah kegagalan atau ketidakmampuan anak dalam mengendalikan emosi. Jika sudah berkembang seperti ini, dikatakan anak frustasi.
Menurut edukator orangtua dari Amerika Serikat, Jenny Emmerson, frustasi adalah hal yang wajar pada balita. Termasuk ketika ia merasa tak nyaman dengan orang atau tempat baru. Kasus tangis frustasi berulang karena anak gagal mengendalikan emosi ini berpotensi menjadi tantrum atau mengamuk. Pendeknya, jika usia 0 – 2 tahun anak frustrasi, lalu usia 3-4 tahun juga frustrasi, maka di usia 5 tahun anak dapat menjadi tantrum.   Marah dan menghukumnya tidak akan membantu. Justru dengan menunjukkan empati, memeluk, menyentuh, berbicara dan melakukan kontak mata akan menenangkannya.

Menangis manipulatif
Anak kerap melakukan tangisan ‘trial and error’ pada orangtua. Saat tak berhasil mendapatkan keinginannya, anak menangis dengan harapan dengan dibantu tangisan yang memancing rasa iba, permintaannnya akan dikabulkan.
Jika tangisannya selalu berhasil membuat orangtua datang, atau menuruti keinginan anak, atau membuat ayah bunda panik, maka anak akan memilih untuk menangis terus dan mengulangnya di lain waktu. Inilah yang disebut tangisan senjata atau manipulatif.  Beberapa cirinya antara lain suaranya melengking, menangis sembari berguling-guling, sembari menahan napas, sambil menghentak-hentakkan kaki, mengantukkan kepala ke tembok atau lantai, membanting barang, menarik-narik, dan menendang-nendang, disertai upaya anak mencuri pandang ke arah orangtua guna mengetahui respon orangtua. Ciri ini dapat muncul beberapa sekaligus.
Saat orangtua tak mampu mengatasi atau kurang keahlian mengelola tangis manipulatif si kecil pada usia 0 – 2 tahun, maka akan membentuk reaksi tangis manipulatif berulang pada usia 3 hingga 5 tahun.

Menangis karena takut
Anak dapat menangis karena merasa sangat takut, cemas, dan terancam. Salah satu yang kerap terjadi adalah kekerasan fisik. Jika anak menangis saat menginginkan sesuatu, lalu bunda mencubit untuk menghentikan tangisnya, ini justeru membuat  anak menangis ketakutan. Anak akan menangis lebih panjang dan tidak efektif membuatnya mampu mengendalikan perasaan.
Lebih baik berikan ia elusan dan kasih sayang. Dan katakan jika bunda menyayangi si kecil.  Atau, katakan lembut “Bunda tidak mengerti apa yang kamu inginkan. Kasih tahu bunda, ya, kamu maunya apa?” sembari membantu anak dengan menggambar sesuatu, menyebutkan beberapa benda, atau mencontohkan sebuah aktivitas.

Menangis drama
Beberapa anak kerap menangis untuk menarik perhatian orang di sekitarnya, misal ketika ia menangis saat di rumah kerabat, di pusat perbelanjaan, atau saat bertamu di rumah orang. Bisa jadi, ini adalah hal yang telah dipelajari anak sebelumnya, atau sedang dicoba untuk mendapatkan keinginan dan kerap disebut menangis drama.   Menurut pengamat anak dan penulis buku Don’t Give Me That Attitude, Michele Borba, Ed.D., ciri anak suka menangis dramatis adalah anak yang kerap bereaksi berlebih kendati hanya mengalami sedikit kekecewaan atau sedikit penolakan permintaan. Hanya sedikit penyebab, anak rentan mengeluarkan air mata ataupun ledakan emosi. Anak drama queen ini biasanya penuh emosi dan tak ragu mengeluarkan perasaan, namun sebenarnya sandiwaranya dapat diprediksi. Sebelum ke babak ‘menangis drama’, biasanya akan terlihat sedikit perubahan sikap anak akan memulai menangis.
Menghadapinya, orangtua perlu memberi tanda atau bicara jika perilakunya sudah melewati batas. Tak berhasil, tinggalkan ruangan dan tunggu hingga ‘drama’ berakhir. Lalu, ajak anak bicara dengan tenang soal apa yang mengganggunya. Lama kelamaan anak akan belajar mengelola kepribadiannya dengan baik.
( sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Ciptakan Bayi Yang Bahagia Dan Sehat



Hai bunda,... berikut ini tip ciptakan bayi yang bahagia dan sehat, semoga bermanfaat ya?

Anda boleh  bangga,  tiga  minggu setelah melahirkan, Anda mulai mahir membedakan ‘irama’ tangis  pertanda si kecil lapar, dan pertanda popoknya basah. Hari demi hari pun,  kemampuan Anda sebagai orangtua baru terus meningkat. Anda pun semakin percaya diri. Namun tetap saja ada rasa cemas menyelinap di benak.  Cukupkah makannya? Apakah tangisnya itu normal?  Bahagiakah ia?  Inilah  beberapa hal yang bisa mencirikan bayi sehat ,dan bahagia lewat perilaku, temperamen, dan penampilannya.

1.    Sering ganti popok
Sebagai ibu baru, Anda mungkin merasa ASI tidak  mencukupi kebutuhannya, apalagi ia sering menangis. Anda menduga ia kelaparan.   Anda pun khawatir si kecil tidak tumbuh dan  berkembang dengan baik. Ternyata,  jika Anda sering mengganti popoknya, paling tidak 8 - 10 kali sehari, Anda tak perlu khawatir. Itu adalah pertanda  yang baik jika kebutuhan makannya terpenuhi.

2.    Senang tersenyum dan menatap
Senyum dan tertawa,  menurut, Dr Caspar Addyman dari Birkbeck College  London, Inggris yang melakukan riset tentang senyum dan tawa bayi,  kedua hal tersebut merupakan alat komunikasi yang penting bagi bayi sebelum kemampuan bahasa mereka berkembang. Saatnya bagi Anda untuk sering mengajaknya bermain  agar senyumnya berkembang beriringan dengan kemampuan bahasanya, karena ia sering mendengar Anda mengajaknya bicara.


3.    Tangis mereda oleh suara
Menangis adalah alat komunikasi utama bayi di awal kehidupannya. Lewat  itu  ia mengungkapkan rasa ngantuk, lapar atau ingin ganti popoknya yang basah.  Tangisnya akan reda jika Anda memenuhi kebutuhannya. “Saat ia menangis dan orangtua merespon tangisnya, bayi akan belajar bahwa Anda bisa membuatnya tenang,”  kata  Linda Gilkerson, Ph.D.  Direktur The Irving B. Harris Infant Studies Program, Erikson University, Illionis, AS.  Respon si kecil yang tenang itu juga  sebagai tanda mulai terbangunnya hubungan yang baik antara si kecil dengan Anda.

4.    Sering tampak diam
Di minggu awal kelahirannya, aktivitas utama si kecil  adalah  minum susu dan tidur. Hampir setiap 2 jam sekali ia minum susu. Ia pun tidur  16 jam. Namun di usia 1 bulan,  bayi mulai   berkurang jam tidur. Saat bangun ia mulai ‘mengamati’ dan ia mulai fokus saat melihat  sesuatu. Coba saja Anda menunjukkan mainan berwarna cerah di dekatnya. Anda akan melihat, benda itu  mencuri perhatiannya. Jika ia sedang rewel, benda itu pun bisa membuatnya tenang. Di usia ini,    si kecil  sedang berusaha  untuk mengamati sekelilingnya dan memproses semua informasi itu di benaknya.

5.    Tertarik suara musik
Sebetulnya, sih,  bayi  sudah bisa mendengar sejak lahir, namun membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mendengar suara secara jelas.  Suara AC yang berdesis, suara  musik dari televisi atau yang terdengar saat melewati toko musik, cukup akan membuatnya mencari-cari datangnya suara. Suara itu juga membuatnya ‘terhibur’.  Coba saja Anda membuat suara konyol, membunyikan bibir, membuat suara mobil atau motor menderu misalnya, bisa membuatnya tertawa. Semua reaksi yang ia berikan itu menandakan telinganya sehat dan pendengarannya baik.

6.    Terpana  melihat warna dan bentuk
Anda akan melihat pandangannya terpana dan tertuju kepada benda yang berputar-butar seperti kipas angin. Itu pertanda perkembangan padangannya telah mengalami kemajuan. Bayi baru mampu melihat secara jelas dalam rentang 8 – 12 inci, sama dengan  jarak dari wajahnya saat menyusu ke wajah Anda.  Beberapa riset menemukan, bayi lebih menyukai gambar wajah dibanding gambar yang lain. Di usia 2 bulan rata-rata bayi mulai senang melihat pola, warna cerah dan benda-benda yang berputar.
  
7.    Semakin kuat
Di usia satu bulan, saat  tidur tengkurap, Anda akan mulai melihat ia mencoba  mengangkat kepala.  Ia akan berusaha  menggerak-gerakkan lehernya saat berada di gendongan Anda. Di usia 3 bulan,  bayi semakin ahli dan senang menahan kepala,  kemudian  menggerakkan lehernya. Itu pertanda si kecil sedang melatih otot-ototnya. Mulailah memberinya waktu untuk tummy time, yang akan membantu mengembangkan perkembangan otot termasuk kemampuannya berguling dan duduk.  “Bayi yang tak memiliki cukup tummy time, cenderung telat berguling duduk dan merangkak dibanding normal,” kata Dr. Jennifer Shu,  penulis  buku Heading Home With Your New Born, bersama  Dr. Laura Jana.

8.    Tenang dan tidur teratur
Anda mulai tidak lagi sering mendengar tangisnya.  Ia kini ia mulai sering tampak tenang.  Secara perlahan ia mulai pandai beradaptasi dengan lingkungan barunya di luar rahim. Tidurnya pun semakin nyenyak. Bahkan,  beberapa bayi mulai memiliki jam tidur rutin di usia 4 bulan yang akan membuat Anda bisa merencanakan dan mengatur kegiatan. Anda bisa merencanakan me time untuk mengajak teman menonton film terbaru, dan mengunjungi restoran yang selama hamil tidak bisa Anda datangi. Namun, jika bayi usia 4 bulan masih makan dan tidur dalam jam yang tidak teratur,  cobalah untuk mengatur ulang jadwal aktivitasnya sehari-hari.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

19.1.16

Beberapa Kebiasaan Yang Akan Membuat Anak Tumbuh Dengan Bahagia Dan Percaya Diri




Hai bunda,.... berikut ini beberapa kebiasaan yang akan membuat anak tumbuh dengan bahagia dan percaya diri, semoga bermanfaat ya?

Anak pun akan menjadi lebih bahagia, percaya diri dan menjalani hubungan sosial yang sehat saat dewasa nanti jika menguasai 7 kecakapan dalam hidup berikut :

Kesadaran Diri
Penting bagi anak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Dengan begitu, ia tahu bagaimana harus bereaksi dan mengelola emosinya. Saat di luar rumah,misalnya, arahkan anak memehartikan berbagai hal yang ada. Ketika melihat mobil-mobil berseliweran di jalan, Bunda bisa bilang, karena banyak mobil, maka si kecil harus berhati-hati saat menyeberang agar tidak tertabrak dan luka. Kesadaran diri juga akan membantu anak mengingat secara jelas dan kuat.

Kebaikan
Pada dasarnya, kebaikan sudah ada di dalam diri anak, dan Bunda tinggal menolong ia mengenali dan mengasahnya. Untuk itu, Bunda bisa memasangkan ia dengan seorang teman, dan meminta ia menyebutkan hal-hal baik tentang temannya itu, begitu juga sebaliknya. Jika mereka belum bisa mengekspresikannya, Anda dapat membantu, Bunda.

Rasa Ingin Tahu
Anak  memiliki rasa ingin tahu yang besar. Biasanya ia akan antusias saat melihat hal baru, dan berusaha mempelajarinya. Tidak heran kalau ia sering bertanya tentang semua yang dilihat. Yang bisa Anda lakukan adalah memberikan perhatian ekstra dan ikut terlibat saat si kecil tertarik akan suatu hal. Seperti, bermain hujan. Biarkan saja ia melakukannya agar tahu rasanya, tetapi tetap temani dan batasi waktunya ya, Bunda. Cukup sebentar saja.

Empati
Empati bisa menjadi nilai yang kuat saat ia dewasa. Ketika ada seorang anak yang tersesat di mal meminta bantuan Anda menemukan orang tuanya, perhatikan reaksi anak Anda. Setelah Anda menjelaskan kondisi anak itu kepada si kecil, ajak ia ikut membantu menemukan orang tua anak tersebut. Dengan begitu, ia pun bisa memiliki kepedulian sosial.

Menerima Kenyataan
Sebagai orang tua, Anda akan berupaya keras untuk tidak mengecewakan buah hati. Namun, mengesampingkan hal-hal yang tidak baik dapat membuat ia sulit mengatasi kekecewaan yang mungkin timbul. Saat ia kecewa karena tidak memenangkan suatu perlombaan, Anda dapat menghibur dengan tetap memberikan pujian dan mengatakan bahwa tidak masalah meski tidak juara, karena yang penting ia mendapat pengalaman baru dan bisa berlatih. Lebih baik Anda fokus kepada usaha yang sudah dilakukan anak daripada hasilnya.

Kepercayaan
Balita sudah belajar mempercayai sesuatu sejak dilahirkan. Saat seorang anak mempercayai lingkungannya dan merasa aman serta nyaman berada di dekat orang tuanya, ia akan berani mengekspresikan diri. Berikan rasa sayang, cinta dan perhatian yang tidak terbatas agar anak merasa nyaman saat berada di dekat Anda, dan ia akan memiliki kepercayaan penuh kepada Anda, sehingga menjadi pribadi yang terbuka.

Mendengarkan orang lain
Jika Anda memiliki waktu untuk mendengarkan buah hati Anda, maka kemungkinan besar ia juga akan mengikuti perilaku Anda dan menjadi pendengar yang baik. Orang tua adalah role model yang tepat untuk anak. Maka, jika ia memiliki sesuatu yang penting untuk diberitahukan kepada Anda, sebaiknya Anda menghentikan sejenak kegiatan yang sedang Anda lakukan, berjongkok hingga Anda sejajar dengan tubuhnya, dan memberikan perhatian saat ia sedang berbicara. Berikan respons yang positif dan gembira agar ia tahu bahwa Anda mendengarkan dirinya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

14.1.16

Tips Agar Anak Tidak Takut Ke Dokter Gigi


Hai bunda,... berikut ini tips agar anak tidak takut ke dokter gigi, semoga bermanfaat ya?

Wajar jika anak di usia ini merasa takut dan sering menangis jika diajak ke dokter gigi. Tak hanya kunjungan pertama kali, saat harus berkunjung ke dokter gigi untuk kedua kalinya pun masih sering membuat anak takut. Bantu anak agar tak takut lagi ke dokter gigi, dengan beberapa cara berikut ini:
Bangun Image Positif
Tanamkan pemahaman bahwa ke dokter gigi itu bertujuan untuk membuat gigi sehat. “Caranya, ajak anak memeriksakan gigi berkala semenjak usia 1 tahun atau sejak gigi susu pertamanya tumbuh,” pesan Rhea Haugseth, D.M.D., Presiden The American Academy of Pediatric Dentistry, AS. Jangan ajak anak saat Anda ke dokter gigi, karena bisa muncul persepsi yang salah, apalagi jika tempat praktik dan perawatan yang Anda lakukan menyeramkan.

Tak Kenal, Tak Sayang
Salah satu cara mengenalkan gigi dan memberitahu anak tentang pentingnya  merawat gigi adalah melalui permainan tentang gigi. Saat ini, sudah tersedia aplikasi game mobile berjudul “Toothsavers” yang dibuat oleh Ad Council the American Dental Association dan Partnership for Healthy Mouths, AS. Permainan ini mengajak anak menyelamatkan tokoh utama dari mantra pembusuk gigi si penyihir jahat. Anak juga diajak menyikat gigi dua kali sehari selama dua menit, untuk membunuh bakteri dan membuka peta kerajaan yang terkunci kutukan. Ada lagi, game “Little Dentist” yang bercerita tentang cara dokter gigi merawat gigi anak.
Dongeng juga bisa membantu anak mengenal gigi, seperti The Tooth Book (Dr.Seuss) yang bercerita tentang cara menjaga gigi. Atau Maisy, Charley, and the Wobbly Tooth: A Maisy First Experience (Lucy Cousins), yang bercerita tentang pengalaman pertama Maisy ke dokter gigi yang menyenangkan.

Bersikap Biasa
Sebelum berangkat ke dokter gigi, cobalah bersikap biasa dan buat persiapan sesederhana mungkin. Jika bunda nampak terlalu sibuk bersiap, anak akan semakin gusar dan banyak pertanyaan. “Hindari mengatakan ‘semua akan baik-baik saja’, karena justru akan meningkatkan ketidakpercayaan anak terhadap bunda maupun dokter gigi,” ungkap Joel H. Berg, D.D.S., M.S., Direktur  Departemen Kedokteran Gigi dari Seattle Children's Hospital, AS.

Bermain Peran
Ajak balita bermain peran ‘dokter gigi’, misalnya Anda sebagai dokter gigi dan anak sebagai pasiennya. Berpura-puralah Anda sedang memeriksa gigi anak, sambil menunjukkan gigi-giginya melalui cermin dan memberi komentar seperti “Wah, giginya bersih ya. Pasti rajin sikat gigi. Supaya giginya tetap sehat dan tidak berlubang, harus rutin diperiksa ke dokter gigi, nih.”   

Dokter Gigi Anak
Dokter gigi anak memiliki standar perawatan yang sudah disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak. Semua elemen di klinik dokter gigi anak, mulai dari dokter, perawat, aroma ruangan, alat-alat medis, juga dekorasi ruangan, dirancang khusus agar balita nyaman. Tenaga medis juga sudah terlatih menangani anak-anak saat perawatan gigi. Tak jarang, dokter dan perawat di sana rela bertingkah lucu agar anak tak menangis lagi.
Cari informasi tentang dokter gigi anak terbaik melalui teman, kerabat, rekan, maupun tetangga. Jika perlu, datangi langsung tempat dokter berpraktik untuk mendapat informasi layanan dan biaya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Ajarkan Balita Bersalaman



 Hai bunda,... berikut ini tips mengajarkan anak bersalaman dengan setiap orang dewasa yang ditemuinya sebagai bentuk pengajaran etika yang baik, semoga bermanfaat....

Bersalaman bukan sekadar menjabat tangan dan menaruhnya di hidung atau dahi, tapi merupakan bentuk kesopanan dan penghormatan anak terhadap yang lebih tua. Informasi lebih lengkap simak di sini.

Bunda pasti sering bertemu dengan orang lain sambil mengajak anak, kan. Pada momen tersebut, biasanya Anda meminta balita untuk bersalaman dengan orang tersebut. Bagaimana reaksinya? Apakah ia langsung melakukan yang Anda minta, atau malah malu dan bersembunyi di belakang Anda? Mengajarkan anak untuk bersalaman dengan setiap orang dewasa yang ditemuinya merupakan bentuk pengajaran contoh etika yang baik kepada anak sejak dini. Dengan begitu, ia akan terbiasa bersikap sopan kepada orang lain hingga ia beranjak dewasa nanti.

Bersalaman ke Siapa?
Bersalaman bukan hal yang sulit dilakukan, namun, tak jarang anak tidak mau melakukannya. Saat bunda dan ayah mengunjungi rumah teman, keluarga, atau tamu yang sedang mengunjungi rumah, jangan ragu untuk memanggil anak lalu mengajarkan mereka untuk bersalaman. Beri tahu anak dengan memberikan kata salam di depan orang lain dengan baik.

Bagaimana Cara Bersalaman?
Pastikan tangan anak bersih dan jangan lupa mengajarkan anak menggenggam tangan tamu dengan benar, seperti menggenggam tangan orang lain jangan terlalu keras dan salim dengan meletakkan tangan di kening, hidung, atau mulut. Anda bisa memberikan contoh cara bersalaman pada keluarga, kerabat, atau orang lain, karena anak akan melihat perilaku dari orang tuanya.

Mengatur Anak Bersalaman
Saat ingin memperkenalkan anak ke orang lain, anak malah berlari dan susah diatur. Maka, bunda dan ayah perlu membimbing si kecil belajar untuk bersalaman. Misalnya ikut mengiringi anak untuk bersalaman dengan nenek, “Nak, ayo sini kita salim ke Nenek, coba liat bunda, nah sekarang giliran kamu...”

Ucapkan Nama
Ketika si kecil bersalaman dengan orang lain, jangan lupa mengajarkan dia untuk memperkenalkan dirinya di depan orang lain. Ucapkan namanya dengan tegas dan sopan, dan berikan senyum yang manis. Dengan begitu, dia menjadi percaya diri karena ketika berinteraksi dengan orang lain, tidak terjadi hal-hal yang menakutkan dan dia menjadi mudah untuk bersosialisasi.

Posisi Salaman yang Benar
Ajarkan anak untuk bersalaman dengan posisi berdiri, atau, jika orang yang diberi salam lebih tinggi dan susah dijangkau si kecil, ayah dan bunda bisa menggendong si kecil agar dia bisa menatap mata orang tersebut dan memberikan senyum. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dia menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.

Anak Tidak Mau Bersalaman
Memang penting mengajarkan anak untuk memberikan salam kepada orang lain, tapi jika situasinya anak sedang merasa sangat lelah, bunda dan ayah tidak perlu memaksakan. Biarkan dia istirahat, dan ketika dia sudah lebih baik, bunda dan ayah bisa memberitahu bahwa kalian bertemu dengan tamu tersebut.
(Sumber : ayahbunda.co.id)