6.3.15

Berbagai Ragam Kebiasaan Makan Balita Dan Cara Mengatasinya



Hai bunda... berikut ini berbagai tipe ragam kebiasaan makan balita dan cara mengatasinya, semoga bermanfaat...

Idealnya, anak makan hidangan sehat sampai piringnya licin. Tetapi faktanya, kebiasaan makan anak tidak selalu "lurus."

Si Pemalas Mengunyah. Dia hanya senang makanan yang mudah ditelan dan licin. Makanan keras ditolak, bahkan yang sudah telanjur masuk mulut, dilepeh. Padahal jumlah gigi anak sudah cukup untuk mengunyah. Mengatasinya: Fans terhadap makanan lembut, terbentuk karena beberapa alasan. Salah satunya adalah kebutuhan anak untuk terus menjadi bayi, yang kerap terjadi pada anak yang baru saja punya adik. Selain itu faktor kenyamanan , misalnya, anak protes, mengapa, makanan mesti dikunyah kalau bisa langsung ditelan? Kadang makanan yang disajikan mungkin juga mudah kering. Penyebab lain, rongga mulut anak hanya sedikit menghasilkan air ludah, bila ini penyebabnya, bawa ke dokter. Pastikan pemberian makanan bertekstur keras dilakukan dalam porsi sedikit demi sedikit, dan sajikan dengan banyak saus atau kuah.

Si Doyan Makan. Kerjanya makan terus. Biasanya penyebabnya berhubungan dengan pengalaman  sejak masa bayi; anak-anak yang pada awal hidupnya setiap kali menangis langsung diberi ASI atau susu botol, akan menjadikan makanan sebagai jalan keluar setiap kali ia ingin merasa tenang atau nyaman. Mengatasinya: Dia harus belajar menunggu rasa lapar yang sesungguhnya. Jadikan makanan seperti "obat", yang hanya dimakan saat betul-betul butuh dan dalam porsi yang sesuai. Coba buat jadwal makan anak, atur porsi makan,  dan sambil mengisi waktu di sela jadwal makan, ajak anak berkegiatan menarik seperti bermain, baca cerita atau mengobrol.  Kegiatan semacam itu bisa mengalihkan perhatian anak dari makanan.

Si Spesialis Makanan. Anak cuma mau makan makanan yang sudah dikenal dan sulit ganti menu. Dia memiliki pandangan skeptis terhadap makanan. Penyebabnya, mungkin akibat pengalaman makan yang tidak baik, misalnya pernah keracunan atau sakit perut setelah menyantap masakan bunda. Alasan lain, bisa karena anak tengah memasuki perubahan besar dalam hidupnya, seperti baru masuk sekolah atau pindah rumah, sehingga ia pilih makanan yang itu-itu saja untuk mendapat rasa aman. Mengatasinya: Tetaplah memberi makanan yang sudah akrab dengannya, namun setiap 10 hari sekali, minta dia mencicipi “makanan baru.” Mengapa 10 hari, sebab setiap 10 hari sel-sel indera perasa di permukaan lidah akan memperbarui diri,  dengan demikian jenis makanan baru memiliki kesempatan untuk diterima oleh lidah.

4. Si Anti Makanan Bergizi. Balita menyingkirkan setiap makanan berjenis buah dan sayuran. Makanan yang dilengkapi potongan wortel atau labu siam, akan diurainya satu persatu untuk memastikan tidak ada makanan sehat masuk ke dalam mulutnya.
Mengatasinya: Anak dengan tipe makan seperti ini, sangat sensitif pada bagian mulut dan bibir. Dia mengenali buah dan sayuran seperti benda asing. Solusinya, secara perlahan, ubah kebiasaannya. Beri sayur atau buah dalam bentuk bubur, jus, atau saus yang menjadi pelengkap atau siraman makanan yang disukai anak. Bila ia sudah terbiasa dengan rasanya, apel atau wortel boleh disajikan sedikit kasar. Lalu tingkat kekasaran sedikit demi sedikit.

5. Si Penggemar Manis. Maunya hanya mengemil makanan manis, sehingga pada jam makan sesungguhnya nafsu makan "terbang." Selera camilan manis akan terus berkembang sehingga lama-lama memengaruhi kadar gula darah anak. Akibatnya bila ia tidak makan yang manis-manis, kadar gula darahnya langsung turun dan anak akan merasa lapar yang teramat sangat. Demikian seterusnya hingga terjadi lengkaran setan yang sulit diputus. Mengatasinya: Bertahap, tukar makanan manis dengan yang lebih alami seperti buah manis, gula buah dan kismis. Pada saat sama, perpanjang waktu pemberian camilan hingga anak hanya konsumsi makanan manis di waktu-waktu tertentu seperti setelah makan siang.

6. Si Minimalis. Anak ini sangat pemilih makanan, jarang sarapan, hanya menyendok yogurt sedikit di siang hari, dan malam hari merasa cukup hanya makan beberapa suap mie. Mengatasi: Bila pola makan anak memang mengkhawatirkan, periksakan ke dokter, apakah ada masalah motorik atau kejiwaan yang memicu, dan apakah tumbuh kembangnya berjalan dengan normal. Bila ternyata anak baik-baik saja, stop khawatir. Lebih baik ciptakan atmosfir menyenangkan di meja makan yang bisa menambah selera makannya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

0 komentar:

Post a Comment