7.11.15

Waspada, Begini Gejala Anak Terserang Pnemonia...!!!



 Hai bunda,... berikut ini ciri-ciri anak yang terserang pneumonia, semoga bermanfaat ya?

Jakarta, dr Nastiti Kaswandani, SpA(K), Ketua UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan selain batuk, pilek dan demam, anak yang terserang pneumonia biasanya bernapas dengan cepat. Dalam istilah kedokteran, hal ini disebut sebagai tachypnea.

"Jadi anak bernapas dengan cepat, atau istilah awamnya ngos-ngosan padahal tidak sedang lari," tutur dr Nastiti, dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (6/11/2015).

Ada batasan tertentu terkait frekuensi napas cepat yang merupakan gejala pneumonia. Dijelaskan dr Nastiti, napas cepat dihitung berdasarkan jumlah frekuensi napas per menit.

- Usia di bawah 2 bulan frekuensi napas 60 kali per menit.
- Usia 2 sampai 12 bulan frekuensi napas 50 kali per menit.
- Usia 1 sampai 5 tahun frekuen napas 40 kali per menit.

"Kalau pada dewasa itu 20 kali per menit cukup. Nah jika anak terlihat ngos-ngosan dan frekuensinya di atas batasan tadi kemungkinan besar terserang pneumonia," tutur dr Nastiti lagi.

Ciri lain yang harus diperhatikan adalah adanya tarikan dinding dada ke arah dalam. Jika antara dada dan perut anak terdapat cekungan ke dalam (chest indrawing) hal ini juga merupakan tanda pneumonia.

Ditegaskan dr Nastiti bahwa orang tua tak boleh lengah melihat kondisi anak yang seperti ini. Terlambat sedikit saja anak bisa terserang pneumonia berat. Ciri pneumonia berat adalah bibir yang membiru karena tubuh kekurangan oksigen dan tubuh kejang-kejang.

"Semakin berat semakin tinggi risiko kematian. Bahkan meskipun sembuh, efek kekurangan oksigen akibat pneumonia berat tadi akan memengaruhi otak anak dan tumbuh kembangnya bisa terhambat," pungkasnya.
(Sumber : detikhealth.com)

5.11.15

Dampak Buruk Yang Akan Dialami Si Kecil Jika Dimarahi Didepan Umum




Hai bunda,... berikut ini dampak buruk sering memarahi anak di depan umum, semoga bermanfaat...

Diberkahi dengan buah hati dalam keluarga kecil yang kita miliki adalah anugerah besar yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.
Apalagi, jika keinginan ini sudah kita nantikan sejak dulu, namun baru saat ini Tuhan mendengar doa kita dan mengabulkan mimpi kita menimang buah cinta kita bersama dengan pasangan.
Ketika si anak baru lahir, melihat lugu wajahnya, polos matanya dan mungil tubuhnya, membuat kita begitu terpukau dan tersentuh sehingga rasa cinta kita kepada si buah hati teramat sangat besar. Berlanjut ke masa dimana si buah hati sudah bisa berjalan dan baru bisa melapalkan beberapa kosakata, rasa senang kita tak terbendung dan mengharapkan si anak segera besar agar kemampuannya semakin terasah dan tergali. Kemudian, si anak sudah mulai bisa berlarian kesana-kemari, ia pun kini sudah mulai bisa mengungkapkan rasa senang, sedih, kecewa bahkan kekesalannya terhadap kita. Salah sedikit saja, orangtua akan langsung dihadapkan pada kekesalan anak.

Perilaku yang ditunjukan oleh si buah hati pun beragam. Ada anak yang menunjukan kekesalannya dengan ngambek kecil dan adapula anak lain yang menunjukan sikap ini dengan amarah dan tangisan keras yang akan membuat bunda kewalahan menghadapi sikapnya ini. Alhasil, bunda akan dibuat pusing dan merindukan akan si buah hati ketika masih kecil dimana ia akan menurut dan tidak melakukan pemberontakan apapun pada sikap yang bunda berikan. Bahkan kini, rasanya si kecil yang dulunya lugu telah berubah menjadi begitu nakal dan tak terkendali.
Tak jarang si kecil bisa berlarian kesana-kemari, berteriak, mengamuk atau bahkan menjahili anak-anak lainnya. Tak tanggung pula, aksinya ini mereka lakukan tanpa mengenal tempat dan waktu. Kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja, saat perilaku bandelnya "kambuh", ia akan membuat masalah dan onar.
Nah, jika sudah begini apa mau dikata, tak jarang bunda pun akan dibuat malu, kesal dan merasa tak enak hati dengan orangtua temannya si anak yang dijahili. Alhasil, bunda akan cenderung dengan spontan memarahi si buah hati saat itu juga. Tak peduli berada di tempat umum, maupun dihadapan teman-temannya, amarah yang membendung dalam benak bunda akan bunda luapkan dalam waktu itu pula.
Lantas, sudah tepatkah sikap kita yang demikian? Apakah dengan begini si anak akan menurut? Tergantung.
Pribadi setiap anak berbeda-beda, ada anak yang akan langsung terdiam dan menyadari kesalahannya ketika dimarahi oleh orangtuanya dihadapan umum. Namun, adapula sebagian diantara anak-anak yang justru malah akan merasa kesal dan benci pada perilaku orangtuanya. Alhasil bukan menyelesaikan masalah, hal ini malah akan semakin membuat si anak melakukan tindakan tersebut dengan lebih parah lagi.
Selain itu, memaharahi anak didepan umum dengan melontarkan kata-kata kasar atau bahkan ancaman pada si anak saat teman-teman lainnya menyaksikan, akan berpengaruh buruk untuk perkembangan mental dan kejiwaannya. Untuk itulah, seberapa kesal dan besarnya amarah kita terhadap si buah hati sebaiknya hindari meluapkan amarah seketika dihari dan tempat yang bersamaan padanya.
Nah, berikut ini ada beberapa dampak buruk yang akan dialami oleh si kecil ketika anda memarahinya di depan umum. Yuk, kita langsung simak beberap halnya berikut ini.

1. Perasaan Minder Pada Diri Si Anak

Ketika anda mendapati si anak berulah dihadapan umum anda lantas melontarkan kata-kata kasar dan melakukan tindakan fisik pada si anak dengan menjewer atau memukulnya, tentu saja ini akan berdampak buruk untuk psikologis si anak. Meski masih berusia sangat kecil, akan tetapi sama halnya seperti orang dewasa anak-anak sudah memiliki rasa malu jika semua orang-orang yang ada disekitarnya tiba-tiba menatapnya saat mereka dimarahi oleh ibu atau ayahnya dimuka umum.
Apalagi untuk anak diusia yang sudah lebih besar, tentunya bukan hanya rasa malu yang akan mereka hadapi, namun juga kekesalan akibat amarah orangtua. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi rasa percaya diri si anak di kemudian hari, dan juga bukan tidak mungkin hal ini akan dapat mempengaruhi rasa hormat si anak kepada orangtua.
Tentunya tidak ada anak yang suka dimarahi dan dipojokan. Jangankan dihadapan umum, tanpa ada oranglain saja anak-anak tidak akan suka dimarahi oleh orangtuanya.
Lagipula, pada umumnya kebanyakan orangtua yang melakukan hal ini pada anak-anak mereka dihadapan umum, bukan dilatar belakangi dengan tujuan agar anak bisa lebih disiplin. Akan tetapi, lebih kepada perasaan malu yang dirasakan oleh orangtua atas orangtua anak lainnya. Ketika anak-anaknya melakukan kesalahan, kebanyak orangtua takut bila dicap sebagai orangtua yang tidak bisa mendidik anak-anaknya.

2. Hilangnya Rasa Hormat Pada Orangtua

Menyambung poin yang diatas, tindakan orangtua yang begitu ekstrim dengan terburu memutuskan untuk memarahi anak-anaknya dihadapan umum akan membuat si anak melahirkan kekesalan dan kebenciannya terhadap orangtua. Hal ini tentu saja, dipengaruhi karena rasa malu pada diri anak yang dikarenakan oleh sikap orangtuanya. Jika anda menganggap hal ini akan dapat mendisiplinkan semua anak, anda keliru. Ingatlah, pribadi dan karakter setiap anak berbeda-beda.

3. Ketakutan Si Anak Untuk Bersosialisasi

Ketika anda melontarkan amarah dan mungkin saja anda secara tak sadar mengungkapkan "Dasar kamu bodoh!". Apa efek yang akan dirasakan si anak dari kemarahan anda tersebut? Betul, si anak akan merasa yakin bahwa dirinya adalah orang yang benar-benar bodoh.
Perhatikan setiap perkataan anda. Memberikan label "bodoh" pada si anak tidak sama sekali mendisiplinkan mereka dan membuat kenakalannya terhenti. Justru sebaliknya, hal ini akan membuat situasi semakin buruk.
Menghakimi anak dengan berbagai predikat tentu berdampak negatif untuk perkembangan dan pergaulan anak nantinya. Bahkan saat ia beranjak dewasa nanti, bukan tidak mungkin, anggapan bodoh ini akan terus melekat dalam diri anak, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi kehilangan rasa percaya dirinya dan takut untuk bisa bersosialisasi dengan oranglain.

Ketika Amarah Memuncak dan Ingin Memarahi Anak, Ingat Kembali Hal ini

Anak adalah pribadi yang polos dan masih belum mengerti banyak hal. Terkadang mereka melakukan hal tersebut tanpa tahu makna sebenarnya bahwa perbuatan tersebut adalah hal yang merugikan dirinya dan oranglain. Selain itu, anak adalah anugerah besar yang Tuhan titipkan dalam kehidupan kita. Yang mana sudah seharusnya dan semestinya kita menjaga, mendidik dan melindungi buah hati kita dengan tulus.
Bayangkan dengan orangtua lain yang mungkin saat ini tengah mengerahkan segala upaya dan usahanya untuk bisa memiliki anak. Untuk anda yang sudah diberkahi dan dianugerahi dengan buah cinta adalah tugas anda untuk membesarkan mendidik dan mencintai mereka dengan tanpa syarat.
Memang terkadang perilaku anak bisa sangat menyebalkan dan membuat kita kesal. Akan tetapi dengan rasa sabar yang tinggi dan kecintaan kita terhadap si anak akan dapat mengalahkan rasa kesal kita pada mereka. Selain itu, terimalah kondisi anak apa adanya, jangan pernah bandingkan mereka dengan oranglain. Karena sebaik-baiknya anak oranglain, tetap saja yang anda miliki adalah anak anda saat ini.
Kekesalan anda terhadap perilaku anak yang mereka lakukan didepan oranglain, terkadang membuat anda kesal dan malu. Namun tidak bijak pula melimpahkan kekesalan tersebut di muka umum sebab hal tersebut akan berdampak buruk untuk perkembangan psikologis si anak. Semoga beberapa hal diatas bisa mencegah anda memarahi buah hati di hadapan oranglain. 

(Sumber : Bidanku.com)

3.11.15

Tips Menghadapi Balita Yang Bersikap "Bossy"



Hai bunda,... berikut ini tips menghadapi balita anda yang sering bersikap layaknya seorang bos, semoga bermanfaat...

Beberapa kali Anda mungkin mengerutkan dahi atau kaget mendengar atau menyaksikan balita Anda menyuruh mengatur bak seorang bos. Sikap bossy  ini kadang tampak lucu, namun juga kadang menjengkalkan dan membuat malu. Sikap tersebut sebenarnya  ada positif dan negatifnya. Positifnya adalah mengasah kepemimpinan anak, membuat anak menonjol dibanding teman-temannya, dan biasanya anak menjadi memiliki prinsip. Sisi negatifnya bisa membuat anak mengintimidasi, memanipulasi, dan ingin menang sendiri agar keinginannya terpenuhi. Bantulah anak untuk menjaga perilakunya ke arah yang positif. Beberapa perilaku bossy di bawah ini kerap dilakukan oleh anak.

Mengkritik penampilan
Saat Anda hendak mengantarnya ke sekolah ia berkata, “Bunda, jelek memakai baju itu! Hah? Anda tentu saja ternganga mendengar pernyataannya. Di benak Anda mungkin berpikir, “Tahu apa dia tentang gaya berpakaian orang dewasa!” Tapi, cobalah intropeksi diri. Mungkin saja anak berani untuk mengkritik penampilan Anda karena cara berpakaian Anda memang kurang pantas untuk dipakai ke sekolah. Jika, ya, kenapa tidak ganti baju saja. Bisa juga Anda bertanya apa  alasan yang membuat ia menilai Anda jelek. Cara ini akan melatihnya untuk berargumentasi. Anda bisa  saja tetap memakai baju itu atau menggantinya karena Anda merasa tidak nyaman.

 Main suruh
“Mbak, aku haus. Ambilkan minum!” Sepulang main di luar ia berteriak meminta ART melakukan permintaannya. Tanpa kata tolong lagi. Padahal ia pun sudah bisa mengambil minum sendiri. Emosi Anda naik ketika mendengarnya? Tak perlu meresponnya dengan marah ketika mendengarnya. Tapi hampiri dan katakan padanya, “Ibu tidak mendengar kamu minta tolong” atau jika Anda melihat ART sibuk, Anda bisa mengatakan, “Ayo, Ibu antara kamu mengambil minum sendiri.” Anda tetap perlu melatihnya untuk mandiri dan bersikap sopan.

Juru atur
Saat mewarnai dengan temannya ia paling lantang suaranya. Terdengar ia mengatakan, “Kamu mewarnai pohon. Krayonnya warna hijau. Kamu mobil warna merah.” Begitulah, di antara temannya ia terkenal sebagai ‘si juru atur’. Selama temannya menurut,  tidak masalah. Tapi ada juga yang tidak mau diatur. Terdengar ia mengancam, “Aku tidak mau main dengan kamu.” Dan bertengkalah mereka.  Untuk mengasah kemampuan mengatur, Anda perlu bergabung saat ia bersama teman-temannya. Misalnya mengajak ia bermain menjadi bos dan anak buah secara bergantian.

Jurus pokoknya
Satu saat Anda menolak keinginannya membeli mainan dari seorang pedagang yang berhenti di depan rumah. Anda tak memenuhi keinginannya karena ia punya mainan itu, meski warnanya berbeda. Akibatnya ia menangis, guling-guling di lantai. Tujuannya agar Anda memenuhi keinginannya. Dalam keadaan seperti itu katakan dengan tegas “Ibu tidak akan membelikan mainan karena kamu sudah punya mainan itu.” Sambil menunjukkan mainan yang ia miliki. Dengan itu ia belajar bahwa tidak harus semua keinginannya dipenuhi.

(Sumber : ayahbunda.co.id)