Hai bunda,... tidak semua keinginan anak harus kita turuti. Nah berikut ini tips mengajari anak untuk bisa menunda keinginannya, semoga bermanfaat...
Menangis selalu jadi senjata andalan anak
saat keinginannya tidak dituruti. Orang tua mana, sih, yang tega
mendengar anaknya menangis? Apalagi jika tangisannya semakin keras,
ditambah raungan, teriakan, hingga berguling-guling di lantai. Hati pun
menjadi luluh seketika.
Sayang anak tidak berarti mengabulkan semua keinginan atau permintaannya. Ada kalanya Anda perlu mengatakan “tidak” kepada si kecil. Hal ini bukan tanpa alasan, lho. Terbiasa dituruti semua permintaannya, bisa menyebabkan si kecil tumbuh menjadi pribadi yang manja dan keras kepala. Sebagian anak, akibat pemanjaan yang berlebihan, akhirnya tumbuh dengan daya juang yang rendah, dan memiliki daya tahan terhadap stres yang rendah pula.
Akibatnya, ia menjadi mudah tertekan saat keinginannya tidak tercapai, merasa orang tuanya tidak lagi peduli dan menyayanginya seperti dulu (ketika keinginannya dituruti!).
Nah, untuk itulah, sejak dini, anak harus diajarkan bahwa segala sesuatu yang kita inginkan, meski hal yang berguna sekalipun, seringkali membutuhkan kesabaran dan perjuangan untuk mendapatkannya. Bagaimana caranya?
Belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan
Tak mudah bagi anak, terutama balita, untuk memahami apa itu keinginan dan kebutuhan. Pengaruh teman, sering kali membuatnya meminta sesuatu yang nampak menarik baginya. Anda perlu menjelaskan apa saja yang masuk dalam kategori keinginan atau kebutuhan. Misalnya, “Adik butuh pensil, kan, untuk menulis? Nanti Mama belikan, ya. Tapi, kalau Adik minta pensil dengan hiasan boneka di atasnya, itu namanya keinginan. Mama tidak bisa memberikan pensil seperti itu sekarang, karena harganya lebih mahal dibanding pensil biasa.”
Berikan alasan mengapa Anda tidak memenuhi keinginannya
Katakan padanya bahwa sikap Anda ini didasari oleh perasaan sayang dan bertanggung jawab terhadapnya. Misalnya, “Mama bisa saja membelikanmu pensil boneka. Tapi nanti teman-teman di kelas kamu pasti juga ingin punya pensil bagus seperti itu. Kasihan, kan, kalau mereka menangis dan merengek minta dibelikan pensil itu juga kepada mamanya?” Anda sekaligus mengajarkannya untuk menjadi anak yang berempati pada sesamanya.
Membuat daftar prioritas
Dalam satu periode tertentu, ada kalanya Anda diperkenankan untuk berkata “ya”, misalnya sebulan sekali, sehabis pembagian rapor, atau setelah ia mengerjakan tugas tertentu. Meski begitu, tetap harus ada aturannya. Anda bisa mengajak si kecil membuat skala prioritas keinginan. Minta ia menyebutkan apa saja keinginannya, urutkan mulai dari yang paling diinginkan sampai yang paling tidak diinginkan. Dari daftar itu, Anda dan si kecil bisa berkompromi mengenai keinginan mana yang bisa ia dapatkan dalam waktu dekat ini.
Sayang anak tidak berarti mengabulkan semua keinginan atau permintaannya. Ada kalanya Anda perlu mengatakan “tidak” kepada si kecil. Hal ini bukan tanpa alasan, lho. Terbiasa dituruti semua permintaannya, bisa menyebabkan si kecil tumbuh menjadi pribadi yang manja dan keras kepala. Sebagian anak, akibat pemanjaan yang berlebihan, akhirnya tumbuh dengan daya juang yang rendah, dan memiliki daya tahan terhadap stres yang rendah pula.
Akibatnya, ia menjadi mudah tertekan saat keinginannya tidak tercapai, merasa orang tuanya tidak lagi peduli dan menyayanginya seperti dulu (ketika keinginannya dituruti!).
Nah, untuk itulah, sejak dini, anak harus diajarkan bahwa segala sesuatu yang kita inginkan, meski hal yang berguna sekalipun, seringkali membutuhkan kesabaran dan perjuangan untuk mendapatkannya. Bagaimana caranya?
Belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan
Tak mudah bagi anak, terutama balita, untuk memahami apa itu keinginan dan kebutuhan. Pengaruh teman, sering kali membuatnya meminta sesuatu yang nampak menarik baginya. Anda perlu menjelaskan apa saja yang masuk dalam kategori keinginan atau kebutuhan. Misalnya, “Adik butuh pensil, kan, untuk menulis? Nanti Mama belikan, ya. Tapi, kalau Adik minta pensil dengan hiasan boneka di atasnya, itu namanya keinginan. Mama tidak bisa memberikan pensil seperti itu sekarang, karena harganya lebih mahal dibanding pensil biasa.”
Berikan alasan mengapa Anda tidak memenuhi keinginannya
Katakan padanya bahwa sikap Anda ini didasari oleh perasaan sayang dan bertanggung jawab terhadapnya. Misalnya, “Mama bisa saja membelikanmu pensil boneka. Tapi nanti teman-teman di kelas kamu pasti juga ingin punya pensil bagus seperti itu. Kasihan, kan, kalau mereka menangis dan merengek minta dibelikan pensil itu juga kepada mamanya?” Anda sekaligus mengajarkannya untuk menjadi anak yang berempati pada sesamanya.
Membuat daftar prioritas
Dalam satu periode tertentu, ada kalanya Anda diperkenankan untuk berkata “ya”, misalnya sebulan sekali, sehabis pembagian rapor, atau setelah ia mengerjakan tugas tertentu. Meski begitu, tetap harus ada aturannya. Anda bisa mengajak si kecil membuat skala prioritas keinginan. Minta ia menyebutkan apa saja keinginannya, urutkan mulai dari yang paling diinginkan sampai yang paling tidak diinginkan. Dari daftar itu, Anda dan si kecil bisa berkompromi mengenai keinginan mana yang bisa ia dapatkan dalam waktu dekat ini.
(Sumber : parenting.co.id)
0 komentar:
Post a Comment