28.1.15

Suka boleh,Tapi Jangan Kecanduan !

 Moga bisa memberi manfaat yaa :)
Seorang teman bercerita bahwa ada seorang teman anaknya yang “tergila-gila” meng-update statusnya di Facebook. Kata teman saya, paling lambat, remaja yang duduk di kelas 1 SMA itu meng-update statusnya 15 menit sekali. Bayangkan, itu juga dilakukannya di sekolah! Jadi, di kelas, selama guru mengajar, anak itu terus “bergerilya” ber-Facebook-ria.
Itu cerita sekitar setahun yang lalu. Sekarang, anak itu sudah beralih ke Twitter. Ia rajin ber-Twitter-ria, persis dengan pola yang sama seperti dulu ia menggunakan Facebook.

Bagian dari kehidupan
Memang, bagi sebagian remaja masa kini, internet adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka adalah Digital Natives, generasi yang lahir sesudah tahun 1990, yang sejak lahir sudah mengenal teknologi media baru. Mereka umumnya sangat fasih berselancar di dunia maya.
Dengan teknologi handphone yang makin canggih, yang memungkinkan internet dapat diakses dengan mudah, maka internet pun makin dekat dengan kehidupan anak. Bisa dikatakan, internet sekarang ada di genggaman anak (melalui HP yang selalu ada di tangan anak).
Twitter, Facebook, Youtube adalah tiga social media yang menjadi favorit remaja sekarang. Dengan Facebook, mereka meng-upload foto, berbagi link, menulis status,  memberikan comment, dan lain-lain. Dengan Twitter, remaja banyak melakukan aktivitas menulis status (tweet), menyapa teman (mention), menjawab sapaan teman (reply), meneruskan tweet yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan melalui Youtube, mereka mengunggah video, mengunduh video, menonton video, belajar sesuatu dari video, berbagi ilmu melalui video, dan lain-lain.
Anak dan remaja dapat mengambil manfaat dari berbagai social media ini. Namun, masalahnya, seperti media lain yang juga memiliki dua sisi (positif dan negatif), media-media ini pun memiliki potensi dampak negatif. Salah satunya yang sering dipermasalahkan adalah kecanduan.

Potensi mencandu
Cerita di awal tulisan ini adalah salah satu ilustrasi tentang remaja yang kecanduan internet. Anak-anak dan remaja memang menyukai internet. Cuma, harus dibedakan antara kesukaan (preference) dan kecanduan (addiction).
Ketika anak masih bisa menikmati harinya tanpa ada atau tanpa gadgets-nya itu artinya anak masih pada taraf suka. Namun, ketika anak mulai mengeluh, “Saya tidak bisa tenang tanpa memeriksa Facebook di HP,” itu tandanya anak mulai kecanduan.
Ketika anak masih bermain game di komputer dengan batasan waktu yang masih bisa ditolerir, anak dapat dikatakan masih sebatas “suka”. Namun, saat ia ingin terus-menerus bermain game, marah-marah saat ditegur untuk berhenti, maka itu tandanya anak mulai kecanduan.
Potensi anak untuk kecanduan sangat besar. Salah satu ciri teknologi adalah menghapus batas-batas. Pada dekade yang lalu, anak-anak kita bermain game di tempat tertentu. Sebut saja di rumah, karena game yang ada tidak bisa dibawa ke mana-mana. Kini, di mana pun dan kapan pun anak-anak bisa mengakses game dengan mudah. Beberapa perangkat game sudah bersifat portable alias bisa dibawa ke mana pun. Apalagi, sekarang teknologi HPmakin canggih.
Pada situasi tertentu, anak dan remaja mungkin tidak lagi bisa membedakan batas-batas penggunaan media-media baru itu. Misalnya, kebiasaan bermain game di rumah yang tidak dibatasi berujung pada kebiasaan bermain game di kelas menggunakan HP

0 komentar:

Post a Comment