9.9.15
Tips Melatih Dan Mengembangkan Anak Dalam Menyelesaikan Masalah
Hai bunda,... berikut ini tips melatih dan mengembangkan anak dalam menyelesaikan masalah, semoga bermanfaat ya?
Anda sering melihat balita tampil menengahi temannya yang sedang berkelahi? Sungguh membanggakan! Di usia ini ia memang sedang mengembangkan kemampuan bersosialisasinya. Dengan cara itu, ia menunjukan rasa simpati kepada teman sepermainannya. Jadikan periode ini untuk melatih dan mengembangkan kemampuannya menyelesaikan masalah dan berbeda pendapat. Dukung ia dengan cara ini.
1. Cukup mengawasi
Hindari ikut campur saat anak tengah berperan sebagai wasit. Belajarlah untuk percaya bahwa ia dapat menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Hargai juga pendapatnya dengan tidak menyela ketika ia tengah mengutarakan pendapatnya. Berikan waktu padanya untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika dia menemukan jalan buntu, ia pun akan akan segera menghampiri Anda untuk meminta bantuan. Anda bisa mengajukan beberapa solusi padanya. Anak biasanya akan menerima solusi yang diusulkan oleh orang dewasa.
2. Kenalkan konsep “benar” dan “salah”
Menurut Sharon Lamb, Ed. D, pengajar psikologi di Faith Michael College, Vermont, AS, anak mulai paham 'benar' dan 'salah' pada usia 18 bulan. Ketika memasuki usia 3 tahun, ia mulai mengembangkan suara hati, yang disebut kesadaran. Kenalkan “benar” dan “salah” lewat kegiatan yang biasa dilihatnya sehari-hari. Misalnya, saat anak tidak membereskan mainannya, katakan padanya bahwa itu adalah hal yang “salah” dan yang “benar” adalah merapikan semua mainan ke tempat semula. Ajari juga konsep “benar” dan “salah” lewat bacaan dan juga tontonan anak sehari-hari. Dengan begitu, ketika anak dihadapkan pada sebuah masalah, secara sadar dia sudah bisa menilai dan mengambil keputusan sesuai dengan kesadarannya.
3. Tak menggigit dan memukul
Biasakan anak menyelesaikan masalah dengan mengajaknya berbicara, bukan dengan menggigit, memukul atau melempar. Jika terbiasa menyelesaikan masalah lewat dialog, anak juga akan menirunya. Beri contoh cara menyelesaikan konflik atau masalah secara baik, tidak membentak atau menggunakan kekerasan. Tunjukkan pada anak bahwa Anda dapat mengontrol sikap, begitu pula dengan balita Anda.
4. Kenalkan emosi dan empati
Anak usia 3-4 tahun sudah bisa berempati, namun tidak bisa dipungkiri kadang sifat egoisnya masih muncul. Untuk mengasah kemampuan tersebut, ajak ia mengamati bahasa tubuh orang lain, kenalkan kosakata yang menunjukkan emosi sambil menunjukkan ekspresi emosi. Misalnya, merengut saat marah, menangis saat sedih, dan tertawa saat senang. Ajarkan anak menunjukkan perasaan yang sedang dialaminya sehari-hari lewat kata-kata, tidak hanya ekspresi wajah.
5. Tanyakan apa yang dilakukannya
Asah kemampuan balita untuk memilah-milah situasi dengan mengajukan pertanyaan. Misalnya, apa yang terjadi, mengapa masalah tersebut terjadi dan lain-lain. Tanyakan juga padanya, apa yang akan kamu lakukan untuk menenangkan teman yang berkelahi? Bila balita masih mengalami kesulitan untuk menemukan solusinya dari permasalahan, berikan pilihan solusi. Misalnya, saat temannya berebutan mainan, tanyakan apakah ia akan meminta teman bermain bergantian atau memainkan permainan lain yang bisa dimainkan berdua. Tanyakan alasannya memilih cara tersebut.
Lalu bagaimana jika balita justru jadi korban?
Ketika melihat anak justru menjadi korban saat hendak melerai teman, tidak ada salahnya Anda maju dan menolongnya. Ada juga bisa menjadi penengah masalah yang terjadi di antara anak dan temannya. Namun sebaiknya jadi penengah yang adil. Jangan membela salah satu, apalagi selalu membela anak Anda. Tunjukkan sikap netral dan bantu mencari solusi permasalahannya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment