Neuropati terdengar sepele padahal hampir terjadi setiap hari. Ini adalah gangguan saraf dengan gejala umum berupa kram, kaki kesemutan dan baal (mati rasa). Penyebabnya karena penuaan, penyakit sistematik seperti kencing manis dan kekurangan vitamin B.
"Ini berbeda dengan kesemutan kalau setelah silo (duduk bersila) ya. Itu kan ada penjepitan pembuluh darah, asupan darahnya terhambat sehingga menyebabkan kesemutan. Kalau sudah berdiri ya sembuh lagi. Kalau neuropati, tidak ditekuk tapi tahu-tahu kram," jelas Prof. Dr. dr. Moh Hasan Machfoed, Sp.S(K), M.S., ketua umum PERDOSSI Pusat, dalam acara temu media bertajuk 'Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati' yang diselenggarakan di Hotel Jambuluwuk Yogyakarta, Kamis (28/11/2013).
Namun Prof Hasan memastikan neuropati dapat dicegah, utamanya dengan mengenali gejalanya terlebih dulu. Gejala neuropati sendiri sangatlah beragam, tergantung dari serabut saraf yang mana yang terkena neuropati.
Untuk serangan neuropati pada saraf motorik dapat dilihat dari gejala seperti lumpuh, kaki dan tangan lemas (foot drop atau hand drop), kram, otot berkedut dengan sendirinya dan atrofi otot (penyusutan jaringan otot). Apabila yang terkena neuropati saraf sensoriknya, maka penderita cenderung memperlihatkan gejala kesemutan, hipersensitif, muncul sensasi seperti terbakar di kaki, alodinia (timbul nyeri dengan sendirinya tanpa ada rangsangan), serta baal (mati rasa).
Sedangkan untuk gejala neuropati yang mengenai saraf otonom atau saraf yang bekerja tanpa sadar biasanya kulit mengering, sering beser atau kehilangan kontrol terhadap kandung kemih, diare maupun sembelit dan impotensi. Neuropati juga bisa mengenai beberapa saraf sekaligus.
"Jadi neuropati itu bisa motoris kalau misalnya lumpuh, bisa sensoris, kalau sensoris ini misalnya baal (mati rasa). Kemudian bisa otonomis, seperti yang terjadi pada penderita impotensi, penisnya tak bisa berdiri meskipun dirangsang," terang Prof Hasan.
Bagaimana mencegahnya? Prof Hasan menyarankan perbaikan gaya hidup seperti menjaga pola makan dan rutin berolahraga serta mengonsumsi vitamin neurotropik yang terdiri atas vitamin B1, B6 dan B12 satu kali dalam sehari secara teratur.
"Toh efek sampingnya kalau vitamin seperi ini tidak ada ya. Lain kalau vitamin C karena dia bisa jadi gumpalan kalau terlalu banyak dikonsumsi. Sedangkan vitamin B ini larut dalam air dan yang diserap tubuh pun kurang dari dua persen," ujarnya.
Prof Hasan juga mendorong untuk melakukan pemeriksaan gangguan saraf secara berkala agar setiap orang mengetahui risiko neuropatinya masing-masing, dengan mengunjungi dokter saraf atau neuropathy service point terdekat.sumber: detikhealth
0 komentar:
Post a Comment