29.10.15

Tips Menghadapi Balita Yang Suka Melempar



Hai bunda,... berikut ini tips menghadapi balita yang suka melempar, semoga bermanfaat ya?

Pernahkah Anda mengalami kejadian memalukan karena balita melempar sendoknya hingga ke meja tetangga di restoran? Pokoknya, dalam berbagai kesempatan balita Anda selalu berhasrat untuk melempar barang yang ada di dekatnya.

Melempar memang salah satu keterampilan yang dimiliki anak usia ini yang sedang asyik bereksplorasi. Saat melempar, anak melatih koordinasi antara tangan dan juga matanya. Namun, tentu saja ia belum mengerti benda apa saja yang boleh dan tidak boleh dilempar.  Anda perlu melatihnya mengenalkan benda yang boleh dan tidak boleh dilempar.

1. Beri benda yang aman
Anak bisa melempar barang kapan saja ia suka. Saat ia akan melakukannya terkadang Anda pun tak sempat mencegah. Jadi, pastikan anak Anda aman dari benda pecah belah atau benda dapat melukai dirinya sendiri saat lemparannya meleset. Selain itu, jelaskan juga padanya barang seperti apa yang boleh ia lempar misalnya seperti bola karet, boneka kain, bantal atau guling. Katakan, “Kamu boleh melempar bola. Kalau sendok dan garpu hanya dipakai untuk makan, ya.”

2. Pahami perasaannya
Saat balita Anda melempar barang belum tentu ia sedang marah. Balita yang yang belum mengenal banyak emosi bisa jadi melampiaskan rasa ingin tahu, senang, sedih dan laparnya dengan melempar agar Anda memperhatikannya. Apalagi anak usia ini belum bisa mengontrol perasaannya, jadi cobalah memahami setiap reaksi balita saat melempar. Jika  melempar untuk bereksplorasi,  biasanya anak akan melihat benda yang dilempar, mengamati dan mulai menilai bagaimana hasilnya. Jadi, tak semua lemparannya mengartikan bahwa ia tidak suka atau kesal, lho.

3. Respon dengan baik
Saat ia melempar,  usahakan untuk tidak memberikan respon yang berlebihan atau memarahinya. Anak bisa jadi sedang menarik perhartian Anda dan respon apapun yang Anda berikan akan dianggap sebagai bentuk perhatian. Tak perlu melarang dengan suara keras, dekati ia dan ambil pelan-pelan barang yang akan ia lempar. Arahkan ia untuk mengungkapkan keinginannya tanpa harus melempar. Sebelum melarangnya  untuk melempar barang, pastikan  Anda juga tidak melempar barang ketika merasa marah atau kesal. Sebab, tindakan anak bisa jadi cerminan dari bunda atau ayahnya.

4. Salurkan dengan permainan
Agar hasrat melemparnya tersalurkan, Anda bisa, lho, menggunakan permainan yang menuntutnya untuk melempar. Misalnya, ajak anak  bermain memasukkan bola ke dalam keranjang. Karena lemparan balita belum terarah, gunakan keranjang dengan ukuran diameter yang cukup besar. Dijamin ia pasti puas dan merasa senang. Selain itu,  Anda juga bisa mengajaknya bermain lempar tangkap dengan posisi ia sebagai pelempar. Dari kegiatan ini anak juga bisa belajar bahwa ia boleh melempar asalkan barang yang tepat dan memiliki tujuan baik.

5. Etika melempar
Melempar adalah satu kompetensi yang harus dimiliki balita, tapi latih ia untuk tahu bahwa semua benda dapat menjadi objek lemparan. Misalnya, anak Anda tak boleh melempar manusia. Jika ia melempar balok mainannya atau makanannya pada Anda atau orang lain, jangan ragu untuk memberikan konsekuensi yang disertasai penjelasan yang mudah dipahami anak. Katakan, “Karena kamu melempar mainanmu, besok Bunda tidak akan membantu kamu merapikan mainanmu.”. Jika balita melempar barang atau mainan pada orang lain segera minta maaf dan periksa keadaan korban lemparannya, lalu ajak ia  meminta maaf.

6. Jika ia sudah mahir

Balita yang mahir melempar akan bosan dengan metode bermain sebelumnya. Variasikan saja metode permainan yang Anda berikan. Kalau sebelumnya anak berada di posisi pelempar, kini bantu ia menjadi penangkap yang baik. Variasikan juga bentuk bola yang Anda gunakan. Selain itu, Anda sudah bisa memberikan anak target untuk dilempar. Kena tidak kena urusan nanti, yang penting ia tetap bisa melampiaskan keinginannya dengan cara yang baik.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

26.10.15

Beberapa Aksi Kakak Ketika Memiliki Adik Baru Dan Cara Menghadapinya


Hai bunda,... berikut ini beberapa aksi kakak ketika memiliki adik baru dan cara menghadapinya, semoga bermanfaat ya?

Kehadiran buah hati selalu menjadi momen paling bahagia untuk bunda dan ayah. Namun, kehadiran adik baru untuk si kakak bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan, menakutkan, atau bahkan menyebalkan. Ada-ada saja polahnya yang muncul sejak adiknya pulang ke rumah. Si kakak benci adik? Si kakak anti dengan adik? Belum tentu, Bunda, sebab perubahannya tidak selamanya negatif kok. ayahbunda merangkum beberapa polah si kakak yang kerap muncul setiap memiliki adik baru, sekaligus bagaimana menghadapi si kakak.

Menjadi over protective
Alya baru saja merasakan rasanya menjadi kakak. Ia sangat senang, karena tidak hanya mendapatkan adik baru namun juga teman bermain baru. Saking senangnya, ia sampai tidak mau sekolah dengan alasan tidak ingin jauh dan melepaskan adiknya sendiri.

Dalam kasus ini, kakak bisa dikatakan terlalu protektif terhadap adiknya. Ia ingin 24 jam selalu ada di sisi adik. Sebenarnya ini ungkapan sayang kakak pada adiknya, tapi bila berdampak pada rutinitas si kakak, Anda harus bertindak. Anda bisa berikan penjelasan bahwa adik akan baik-baik saja karena ada Anda atau sebutkan saja siapa yang akan menjaga adik. Dan ia bisa kembali menjaga dan bermain dengan adik sepulang sekolah.

Cemburu pada adik
Rasya awalnya senang memiliki adik baru, tapi lama kelamaan sikapnya berubah menjadi murung dan agak malas melihat adiknya. Ternyata ia kesal karena semua orang memberi kado pada adiknya, sedangkan ia tidak mendapat apa-apa.

Si kakak cemburu, Bunda. Hal ini wajar terjadi pada anak pertama, dan anak usia ini juga masih memiliki egosentrime yang cukup besar. Ketika ia merasa minim perhatian, ia langsung protes. Anda tentu tidak bermaksud mengesampingkan kakak, namun anak perlu perhatian lebih dalam masa-masa ini. Meski Anda juga perlu menjelaskan bahwa Anda akan lebih sering berada di sisi adik karena adik masih bayi dan belum bisa apa-apa, berbeda dengan dirinya yang sudah mandiri. Anda pun boleh membelikan satu kado untuk si sulung sebagai hadiah sudah menjadi kakak.

Alami regresi
Kalila kini ikut-ikutan seperti adiknya. Ia mulai berbicara a la bayi, minta disuapin, minta dibedong, bahkan mengompol lagi. Padahal ia sudah jadi terlatih buang air kecil di kamar mandi sejak usia dua tahun.

Perilaku anak seperti ini merupakan cara balita mengungkapkan ketidaknyamanannya terhadap sesuatu. Sikapnya yang kembali seperti bayi adalah caranya untuk menarik perhatian Anda.  Sedangkan mengompol, bisa jadi tanda bahwa ia alami regresi -kemunduran perkembangan akibat peristiwa traumatik-. Sebaiknya, Anda tetap memberikan bersikap seperti biasa. Jelaskan juga bahwa menjadi bayi bukan hal menyenangkan karena bayi akan menerima banyak larangan, seperti tidak boleh makan es krim atau tak boleh lama-lama bermain air. Lihat reaksinya, tentu si sulung tak mau semua itu.

Berubah agresif
Entah kenapa Danny berubah menjadi monster kecil. Dia seperti melihat musuh ketika berdekatan dengan adiknya. Danny kerap memukul, mencubit, dan mendorong adik.

Tidak selalu tindakan balita yang terkesan kasar atau agresif seperti itu mengacu pada agresivitas. Hal ini biasanya terjadi karena ia tidak tahu bagaimana berperilaku yang tepat untuk ungkapkan penolakan. Yang perlu Anda lakukan adalah menjelaskan dengan sabar bahwa yang ia lakukan dapat menyakiti adiknya. Katakan pula bahwa Anda akan melakukan hal serupa bila ada orang yang menyakiti dirinya. Hindari mengungkapkan dengan rasa marah karena justru membuat anak lebih agresif. Luluhkan dengan pelukan dan afeksi lainnya.

Mellow
Melihat adik sakit demam dan diperiksa oleh dokter, tiba-tiba Tiana menitikkan air mata. Sejak adiknya sakit, Tiana tak berhenti bertanya pada ayah dan bundanya, apa yang terjadi dengan adik.

Rasa sayang yang terlalu berlebih dapat membuat seseorang menjadi mudah tersentuh hatinya, jika orang yang disayang mengalami sesuatu. Hal ini pun bisa saja terjadi pada buah hati Anda. Solusinya adalah turut meng-update kondisi si adek pada si kakak, meskipun tidak perlu terlalu detail. Katakan juga padanya bahwa adik pasti sembuh, dan ajak dia berdoa untuk adik.

Kecewa dengan adik
“Bundaaa, kok adik nggak bisa main bola, sih? Aaah sebel!”, ujar Sasa saat sedang bersama adiknya. Tidak hanya sekali ini saja Sasa berkeluh kesah karena adiknya belum bisa diajak main.

Kakak biasanya berangan-angan akan bermain bersama adik jika ia sudah keluar dari perut Bunda. Namun, ternyata ia belum paham bahwa perlu menunggu adiknya hingga tumbuh besar. Kekecewaan si sulung pada adik yang tidak bisa diajak bermain -seperti yang biasa ia bermain dengan teman sebayanya- sangat sering terjadi. Anda bisa ajak si kakak bermain dengan adik, tapi dengan permainan khusus bayi, seperti ci luk ba atau lempar bola kecil.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Mengatasi Balita Yang Mudah Kaget


  Hai bunda,... berikut ini tips mengatasi balita anda jika mudah kaget, semoga bermanfaat...

Saat sedang tidur tiba-tiba Tasya terbangun dan kaget. Rupanya ia mendengar bunyi suara pintu yang ditutup terlalu keras. Spontan Tasya panik dan memanggil-manggil Bundanya. Apakah ini wajar? Jika terjadi saat anak masih bayi, tidak masalah. Namun apabila buah hati sudah berusia 2 tahun dan masih sering kaget bisa jadi masalah, ujar Dr. dr. Rini Sekartini, SpAK. Namun, semakin besar usia anak, bisa saja semakin berkurang kadar kekagetannya. Bunda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi balita kagetan.

Gendong Erat
Saat ia tiba-tiba kaget, terbangun hingga panik, segera siapkan gendongan untuk menggendong dan menenangkan si kecil. Gunakan kata-kata lembut yang menenangkan hatinya, seperti, “Tidak apa-apa, nak. coba tidur lagi ya.” Gendong beberapa saat sampai ia tertidur pulas kembali. Lalu letakkan ia kembali di tempat tidur.

Tepuk Lembut
Menepuk-nepuk lembut merupakan salah satu cara menenangkan anak. Tidak hanya saat menggendong, seperti tip sebelumnya. Bunda juga dapat menepuk perlahan agar ia tenang dan kembali tidur lelap. Tambahkan sedikit nyanyian hingga ia terbuai.

Buat Ruang Kedap Suara
Sebisa mungkin, hindari segala pemicu atau penyebab anak mudah terserang kaget, seperti bunyi suara kendaraan bermotor di depan rumah, suara televisi, atau dering telepon. Jika kadar kaget balita Anda sudah di luar batas, coba ciptakan ruang kedap suara. Cara ini bisa jadi terapi awal agar si kecil dapat mengurangi kekagetannya. Setelah itu mulai biasakan ia tidur di ruangan lain secara bertahap.

Tidur Tengkurap
Balita mudah kaget saat tertidur itu bisa disebabkan karena tidurnya yang tidak terlalu nyenyak. Coba ubah ke posisi tengkurap. Karena dengan posisi tidur tengkurap balita lebih nyenyak tidurnya. Posisi dada dan tangan yang bersentuhan dengan permukaan tempat tidur akan menimbulkan rasa nyaman.

Tidak Takut Sendirian
Saat anak tidur dan kaget, pasti ia akan terbangun. Apabila saat terbangun, ia melihat di sekitarnya tidak ada siapa-siapa maka ia pasti jadi takut, bertambah panic, dan langsung menangis. Untuk itu, pastikan ada orang lain di sekitar  posisi tempat tidurnya. Dalam kondisi ini, dianjurkan anak tidur di kamar yangs ama dengan Anda, hingga ia lebih tenang.

Posisi Nyaman
Posisi nyaman saat tidur merupakan salah satu aspek penting dalam mengatasi balita kagetan. Sebelum ia tertidur, pastikan ia memilih posisi paling nyaman. Ditemani boneka kesayangan, atau memeluk guling dan selimut favorit boleh saja, Bunda.

Biasakan Dengan Suara
Agar tidak kerap kaget, kenalkan balita dengan berbagai suara. Mulai dari suara alat musik, binatang, orang-orang di sekitar, hingga kendaraan bermotor. Dengan begitu balita akan lebih akrab dan tidak lagi terganggu aneka suara yang berpotensi membuat kaget saat tidur.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

22.10.15

Cara Mengatasi Kejadian Mendadak Pada Balita



 Hai bunda,... berikut ini cara mengatasi kejadian mendadak pada balita anda, semoga bermanfaat ya?

Bagi balita, kenyamanan menjadi hal penting dalam kesehariannya. Tak heran bila tiba-tiba Anda mengambil selimut kesayangannya, ia mendadak mengamuk. Kenyamanan yang ia dapatkan dari Anda, maupun dari lingkungannya sejak bayi, bisa berbentuk macam-macam. Misalnya, menyusu langsung pada payudara Anda saat ia masih mendapatkan ASI, minum susu dari botol, atau tidur dalam pelukan Anda.

Kini, saat ia menginjak usia 2-3 tahun, ia sudah harus mulai diajarkan untuk meninggalkan zona nyaman. Ini  dilakukan karena usianya yang sudah semakin besar, dan inilah saatnya anak mulai belajar mandiri untuk bersiap masuk sekolah.

Sayangnya, perjalanan untuk meninggalkan beberapa bentuk kenyamanan ini, seringkali diikuti dengan ‘drama’ yang membuat Anda pusing, sekaligus kesal. Sebab, sikap baru yang muncul akibat kenyamanannya diambil, atau berganti, biasanya berbentuk sikap yang negatif. Agar Anda siap dan tak salah mengambil sikap, berikut kiatnya.

1.    ‘Monster cilik’
Ketika anak tidak lagi bisa mendapatkan kenyamanan yang ia mau, bisa jadi ia akan berubah bentuk menjadi ‘monster cilik’ yang suka menangis, marah-marah, menjerit-jerit, bahkan menendang-nendang. Beri ia ruang untuk meluapkan emosinya, namun tetap dalam pengawasan Anda. Kalau Anda menyerah, dan memberikan apa yang ia mau gara-gara tak tahan mendengar teriakannya, maka ia akan belajar bahwa teriakan atau amukan adalah cara untuk mendapatkan sesuatu. Tak heran, bila ia akan mengulang lagi. Oleh karena itu, tenangkan saja balita Anda dengan cara memeluk lembut, dan tetap tidak memberikan apa yang ia minta.

2.    Ahli Melawan
Meski sudah berkali-kali diberi pengertian, agar anak mau minum menggunakan gelas, namun ia tetap ngeyel, dan terus meminta botol sebagai alat minum. Bila tak dituruti, dengan mudah ia menangis, atau mengamuk. Tak hanya itu, ia mulai pandai berargumentasi. Tak perlu emosi dalam menghadapi hal ini. Anda harus tetap bersikap tenang. Pahami latar belakang, dan penyebabnya anak terus membantah. Agar proses perpindahan botol menjadi gelas lebih menyenangkan, Anda pun harus menciptakan suasana yang menyenangkan. Alih-alih berkata, “Pokoknya mulai sekarang kamu harus minum pakai gelas!”, Anda bisa mengajaknya sambil berkata, “Kalau minum, pasti lebih seru, deh, kalau pakai gelas gambar beruang ini.” Berikan stiker, atau hadiah kecil jika anak minum dari gelas agar ia makin bersemangat.

3.    Banyak gaya
Jangan kaget bila kini anak pandai berdrama. Ini semua ia lakukan demi mendapatkan kenyamanannya kembali. Namun, tetap saja sikap seperti ini bisa saja membuat Anda emosi, apalagi bila drama yang ia ciptakan diiringi dengan rengekan atau tangisan. Sikap ini bisa saja muncul akibat Anda menerapkan disiplin yang terlalu ketat. Tetaplah konsisten pada hal-hal baru yang ingin Anda ajarkan. Dengan sikap yang lebih lembut, dan memberikan kata-kata yang menenangkan, Anda pun bisa memenangkan drama ini.

4.    Nempel terus
Sejak di dalam kandungan, kelembutan kulit, hangatnya suhu tubuh, dan merdunya suara detak jantung Anda, menjadi hal yang tak tergantikan bagi anak dalam mencari kenyamanan. Inilah mengapa, ia memilih untuk terus menempel pada Anda. Bila tiba-tiba anak memeluk erat, tandanya ia butuh penenang. Balaslah pelukannya sampai ia betul-betul merasa nyaman, dan melepaskan sendiri pelukannya. Pelukan efektif menumbuhkan rasa percaya dirinya kembali.

5.    Hobi manipulasi
Jurus tangis tanpa air mata bisa saja dikeluarkan balita Anda, saat keinginannya tak dipenuhi. Apalagi bila hal ini menyangkut kebiasaan yang bisa membuatnya nyaman. Tak pelak, tangisan kencang tanpa air mata membuat Anda ‘menyerah’ dan memberikan keinginannya. Namun, ingatlah bahwa anak adalah pengamat yang baik. Saat anak tahu kelemahan perasaan orangtuanya, ia akan terus mengulang dan ‘mempermainkan’ Anda. Oleh karenanya, Anda dan pasangan serta pengasuh harus terus konsisten saat mengajari anak melangkah pada fase berikutnya. Ketika Anda yakin bahwa anak sedang berusaha memanipulasi, Anda boleh mengabaikannya, dengan pura-pura melakukan hal lain. Begitu ia tenang, segera kembali perhatikan anak Anda untuk mengembalikan rasa percayanya terhadap Anda.

6.    Cari perhatian

Berperilaku seperti bayi merupakan salah satu contoh sikap yang dilakukan balita saat ia menginginkan perhatian lebih dari Anda. Kondisi ini menjadi seperti tanda kemunduran (regresi) perkembangan anak. Hal ini wajar terjadi apalagi bila ia memperoleh kemajuan besar dalam tahap perkembangannya, misalnya tidak lagi menggunakan popok. Di balik keberhasilannya, ia pun tampak cemas. Agar anak semakin percaya diri, jangan ragu untuk memberikan pujian bahwa ia sudah tumbuh menjadi anak yang lebih besar dan pintar.

Segera Khawatir Jika:

Bila di atas usia 3 tahun, anak masih bersikap tantrum, atau terlalu negatif saat ia mengalami hambatan dalam mendapatkan kenyamanan, maka Anda perlu khawatir. Jika anak tampak sangat kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan level kenyamanan, tampak kaku dan sangat sulit diatur, cobalah berkonsultasi dengan psikolog anak.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Penyebab dan Cara Mengatasi Kemampuan Anggota Gerak Yang Melemah Pada Balita



 Hai bunda,... berikut ini dijelaskan tentang penyebab dan cara mengatasi kemampuan anggota gerak yang melemah pada balita anda, semoga bermanfaat...

Buah hati Anda bukan lagi bayi semenjak ia menginjak usia satu tahun. Tentu saja, Anda selalu dibuat bangga dan antusias melihat satu-persatu keterampilan barunya.  Perhatian Anda juga tertuju pada kedua tangannya, baik tangan kanan yang mungkin lebih dominan, maupun tangan kiri.
Tetapi kok, belakangan ini salah satu atau kedua tangannya melemah, ya? Misalnya, anak tampak  kesulitan menggenggam kuat benda-benda yang dulu mudah ia cengkeram. Atau, ia tampak kesulitan menggunakan tangan kiri apabila tangan kanannya sedang memegang benda atau beraktivitas. Padahal, seingat Anda, kekuatan dan koordinasi tangannya normal sejak masih bayi.
Menurut Dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), kemampuan anggota gerak yang melemah, misalnya tangan, atau kaki, dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut penyebabnya, masing-masing disertai cara mengatasinya. 

Penyebab 1 : Gangguan kemampuan motorik.
Bila anak menunjukkan kesulitan meraba, meraih benda atau mengancingkan baju hanya pada satu tangan, padahal tadinya ia sudah dapat melakukan itu semua, bisa jadi ia sedang mengalami gangguan motorik. Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kerja otak kecil atau serebelum, yang mengatur koordinasi dan keseimbangan tubuh. Adanya masalah di atas, dapat mengindikasikan adanya cedera pada bagian kepala yang disebabkan oleh trauma, terjadi akibat otak mengalami benturan atau guncangan yang kuat. Jika terlihat hanya satu tangan yang dominan –tangan lainnya pasif  atau posisi dan gerakannya terlihat tidak normal- sebaiknya segera bawa anak ke dokter anak agar diketahui penyebabnya.
SPLASH: Cedera saraf juga dapat terjadi sejak lahir. Misalnya akibat pertolonan persalinan dengan instrumen forsep yang keliru pada saat penarikan kepala bayi, sehingga   menyebabkan cedera saraf di salah satu sisi. Mengoreksinya dengan  fisioterapi, namun konsultasikan terlebih dulu pada dokter spesialis saraf anak.

Penyebab 2: Kelainan Tulang Tangan
Melemahnya tangan atau lengan anak juga dapat terjadi bila ia mengalami kelainan bawaan pada tulang lengan bawah, Misalnya pada radius (tulang pengumpil) dan ulna  (tulang hasta)  -keduanya tulang lengan bawah- yang menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari. Kelainan bisa berupa panjang tulang bawah lengan tidak tumbuh normal, terjadi keseluruhan atau pada bagian tertentu saja. Kelainan ini menyebabkan fungsi tangan tidak bekerja dengan baik. Periksakan ke dokter spesialis tulang anak untuk penanganannya.



Penyebab 3: Terjadi cidera
Ketika anak menggerakkan kedua tangannya secara bersamaan, lalu Anda menemukan salah satu tangannya mengalami perbedaan intensitas gerak, misalnya  bergerak kaku, atau bergerak tak secepat dan sekuat tangan satunya, maka ada kemungkinan tangan tersebut  sedang mengalami kelemahan, yang bisa juga disebabkan oleh cidera atau luka.  Coba perhatikan lengan, telapak, dan jari anak, lihat apakah terdapat tanda-tanda luka, atau radang berupa warna kemerahan atau kebiruan,  bengkak dan nyeri. Segera atasi adanya luka atau cidera, misalnya dengan mengobati luka atau jika tangan anak diduga terkilir atau patah -anak terlihat kesakitan jika tangan digerakkan ke arah tertentu-  bawa ia ke dokter.


Penyebab 4: Gangguan refleks.
            Coba uji refleks tangannya, misalnya dengan sekoyong-konyong menusuk pelan tangan anak dengan benda tumpul. Bila tangan balita hanya memberi respon refleks lemah, atau bahkan tidak muncul respon sama sekali, maka ini dapat mengindikasikan adanya kelainan perkembangan refleks. Sejak bayi lahir, mustinya orangtua memantau perkembangan anak termasuk refleks-refleks. Pada usia satu tahun, meski pun terdapat gerak refleks yang menghilang, namun refleks tangan mustinya tetap ada hanya saja gerakannya berubah menjadi terkontrol. Gangguan gerak refleks adalah indikator adanya gangguan perkembangan otak, yang erat hubungannya dengan kecerdasan anak kelak. Segera konsultasikan dengan dokter anak, dokter anak tumbuh kembang atau dokter neurologi (saraf) anak agar dapat dibantu sesegera mungkin.


Penyebab 5: Keterlambatan perkembangan umum.
           Setiap anak memiliki pencapaian tumbuh kembang yang berbeda, namun bisa juga terjadi keterlambatan perkembangan di satu atau lebih ranah perkembangan. Dikatakan normal, jika perkembangan seluruh area perkembangan (motorik kasar, motor halus, bahasa dan personal sosial) sesuai dengan tahapan perkembangan usianya, yang dipastikan dengan pemeriksaan skrining perkembangan. Misalnya, normalnya, mulai bisa berjalan, mulai usia 10 hingga 18 bulan. Namun, seringkali ditemukan juga  perbedaan perkembangan di antara anak seusia, misalnya belum dapat berjalan pada usia 2 tahun. Pada kasus ini dapat dikatakan anak mengalami keterlambatan perkembangan motor kasar atau global developmental delay. Orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan anak. Salah satunya, gerakan yang tidak seimbang antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan. Penyebab keterlambatan perkembangan umum ini adalah gangguan genetik. Sebaiknya, segera datangi tenaga kesehatan terdekat untuk diadakan skrining perkembangan anak.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

21.10.15

Tips Menghadapi Anak Yang Posesif Dan Suka Cemburu



 Hai bunda,.. berikut ini tips menghadapi anak yang posesif dan suka cemburu, semoga bermanfaat...

Saat balita berusia 2-3 tahun, ia merasa menjadi pusat perhatian sehingga sering cemburu jika tidak diperhatikan. Hal pertama penyebab kecemburuannya timbul adalah kepemilikan ayah bunda yang dianggap hanya miliknya seorang. Fase kecemburuan ini sebenarnya bukan sesuatu yang buruk.

Menghadapi anak yang suka cemburu adalah proses pembelajaran bagi anak tentang arti berbagi. Pada dasarnya balita Anda tidak menyadari perasaan cemburu yang dialaminya, oleh karena itu peran ayah bunda menjadi sangat penting. Hal terpenting adalah libatkan ia dengan orang atau sesuatu yang menjadi sumber kecemburuan. Jika tidak, anak-anak cenderung akan kurang menghargai dan cenderung tidak bisa berbagi.

Cemburu dengan Orangtua

Jika balita Anda cemburu melihat ayah dan bundanya mesra, itu hal yang normal. Inilah fase kecemburuan yang paling sering terjadi. Hal yang membuatnya cemburu adalah ketika ia tidak diikutsertakan saat ayah dan bundanya sedang berdua.
Solusi: Sertakan ia saat ayah bunda sedang berpelukan, atau lakukan kegiatan bersama. Jika ayah memeluk bunda, maka ajak balita  masuk dalam pelukan. Ini sebagai tanda juga bahwa yang sayang padanya bukan bunda saja atau ayah saja. Jika ayah bunda memang ingin menghabiskan waktu hanya berdua untuk sementara, maka jangan lupa beri pengertian pada balita, “Tadi bunda sudah main sama kamu, sekarang bunda ingin ngobrol sama ayah dulu, ya.” Untuk Ayah, jangan lupa mengatakan padanya bahwa Anda juga menyayanginya sama seperti bunda sayang padanya.

Cemburu dengan Adik Baru
Kehadiran adik baru atau bayi baru di rumah Anda merupakan hal yang baru untuk dirinya . Seakan-akan ada yang menyainginya di rumah. Apalagi ia akan melihat Anda seakan-akan lebih perhatian pada adik baru. Dia belum memahami kalau adiknya masih butuh banyak bantuan.
Solusi: Kenalkan pada balita bahwa ia kini sudah mejadi kakak. Akan lebih baik perkenalan itu dilakukan ketika adik bayinya masih dalam kandungan bunda. Ajari dan libatkan anak saat Anda merawat adik bayi. Ajak pula dia bermain bersama adik bayinya, seperti bermain ciluk-ba. Jangan lupa selalu mengucapkan terima kasih dan memberinya pujian sebagai kakak yang baik.
Cara menghadapi kecemburuan kakak dan adik dengan jarak berdekatan. Usahakan punya waktu spesial atau “waktu kencan” untuk masing-masing anak secara bergantian. Ayah bunda pun harus bergantian. Akan lebih sulit memang menghadapi kakak dan adik yang berdekatan dan sedang menjalani fase kecemburuan, karena keduanya sama-sama belum memahami dan masih belajar berbagi.

Cemburu dengan Binatang Peliharaan
Banyak penelitian yang menemukan memelihara binatang peliharaan mengurangi tingkat stres manusia. Tidak salah jika Anda pun menyayangi binatang peliharaan. Dengan catatan, balita Anda tidak alergi atau punya masalah kesehatan terhadap bulu-bulu binatang.
Solusi: Mengajarkan anak cinta pada binatang terutama binatang peliharaan di rumah menjadi salah satu cara agar ia tidak terus menerus cemburu pada binatang peliharaan. Tidak salah juga jika Anda ingin bermain dengan binatang peliharaan. Ketika balita tidak bisa bermain bersama binatang peliharaan, jangan lupa berikan pengertian padanya.

Cemburu dengan Kakek dan Nenek
Kakek dan nenek merupakan manula (manusia lanjut usia) yang pasti membutuhkan banyak bantuan. Terlebih ketika kakek dan nenek sedang sakit. Anak akan melihat bahwa kakek dan neneknya seakan-akan merebut perhatian Anda. Bagaimana cara mengatasinya?
Solusi: Sebenarnya hal ini sangat bergantung bagaimana kakek dan nenek berinteraksi dengan anak. Akan sangat menyenangkan jika balita bisa bermain dengan kakek dan neneknya. Menceritakan berbagai kisah-kisah bisa menjadi salah satu pilihan. Anda sebagai orangtua sekaligus anak dari kakek dan nenek harus bisa membuat interaksi antara kakek nenek dan balita Anda.

Cemburu dengan Gadget
Ketika perhatian Anda ternyata banyak memandang gadget, ia merasa bahwa benda itu telah memalingkan perhatian bunda terhadapnya.
Solusi: Jika Anda menggunakan gadget sebatas pekerjaan kantor, maka ada cara yang bisa Anda gunakan dengan menggunakan “teori jam analog”. Anda bisa memberikan pengertian pada dirinya, “Nak, bunda mau telepon dulu, ya. Lihat sekarang jarum jam ada di angka 2, bunda janji selesai saat jarum jam di angka 5.” Ketika Anda sedang menelepon, balita berteriak dan menangis untuk mencari perhatian, Anda harus konsisten dengan janji Anda. Ini merupakan proses pembelajaran dan pemahaman bagi anak Anda bahwa Anda betul-betul tidak bisa diganggu saat itu.

(Sumber : ayahbunda.com)

20.10.15

Tips Mengajarkan Balita Mengelola Emosinya

 
 
 
 
Hai bunda,... berikut ini tips mengajarkan balita mengelola emosinya, semoga bermanfaat ya?
 
Gejolak emosi seperti marah dan sedih, kerap dialami anak. Ada anak yang sudah mengerti perasaanya, ada pula yang belum. Ada anak yang belum paham emosi yang ia rasakan disebut marah, sedih, kesal atau kecewa. Cara mengungkapkannya pun belum tepat, sehingga mereka sering mengamuk, atau sebaliknya diam saja memendam kemarahan. Ajarkan dia mengelolah emosinya secara benar dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:
  • Mengenali emosi. Bantu balita mengenali bermacam perasan yang dialaminya dan beritahu sebutan semua emosi itu. Anda bisa menggunakan alat bantu berupa stiker atau gambar sederhana yang mewakili emosi tertentu, seperti gambar mr.smiley sedang tertawa, sedih atau menangis. Setiap kali anak mengekspresikan salah satu perasaan itu, tunjukkan stiker atau gambar itu padanya.
  • Menentukan batas. Setelah anak mengenali jenis emosi yang dialaminya, langkah berikut adalah membantunya menentukan batas ketahanan emosi. Misalnya, ketika batas ketahanan emosi. Misalnya, ketika anak gagal melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga ia mulai terlihat putus asa, gerakannya semakin tidak terarah segera minta ia berhenti sejenak untuk beristirahat. Ia bisa melanjutkannya lagi setelah hilang rasa lelahnya.
  • Contoh nyata. Menurut teori pengasuhan anak oleh Denham, Zoller & Couchoud, anak tidak bisa belajar tentang pengedalian emosi secara baik jika ia melihat contoh orang tua yang meledak-ledak. Sebaliknya, menurut para ahli perkembangan anak, orang tua dapat membantu anak secara efisien mengelola kemarahan jika menunjukkan sikap tanggung jawab, tidak agresif saat mengekspresikan kemarahan.
  • Dorongan positif. Setelah mencontohkan bagaimana mengungkapkan kemarahan secara tepat yaitu mengungkapkan dengan jelas perasaan, tanpa merengek atau mengatur emosi sebelum meledak, maka orang tua sebaiknya konsisten memastikan hal ini sebagai sikap yang diharapkan dari anak. Setelahnya, setiap kali anak bisa mengendalikan emosinya secara tepat, kita perlu memujinya. Hal ini akan menjadi penguatan positif buat anak, sehingga dia akan mengulanginya untuk dijadikan kebiasaan.
  • Kesempatan berlatih. Sedetil apa pun teori Anda melatih balita mengelola kesabaran, tidak akan banyak berarti jika tidak dimbangi kesempatan mempraktikannya. Aturlah kesempatan anak bermain dengan teman dari berbagai usia, sehingga dia berinteraksi, menemui beragam sifat yang bisa mengasah pengendalian emosinya.
Kemarahan adalah emosi yang natural dan sehat untuk dipelajari. Tak perlu melarang anak tak boleh marah. Sebagai penyeimbang, latih ia untuk mengungkapkan kebahagiaannya secara tepat sehingga menjadi pribadi yang seimbang. 
 
(Sumber : ayahbunda.co.id)
 
 

Tips Melatih Kecerdasan Bahasa Anak




Hai bunda,... berikut ini tips melatih kecerdasan bahasa anak, semoga bermanfaat ya?

Bahasa merupakan simbol dari proses komunikasi. Berbicara, merupakan bagian dari proses komunikasi dan ekspresi dari bahasa. Anak usia dua sampai tiga tahun ini sudah mulai banyak berbicara, mengekspresikan sesuatu. Bahkan mereka sudah dapat berbicara hingga satu kalimat. Kecerdasan bahasa seorang anak tidak dapat dilakukan secara langsung, memerlukan beberapa tahap dan proses. Tahap dan proses tersebut dilakukan balita tidak sendiri, melainkan dengan bantuan orang sekitar, terutama orangtua. Orangtua sangat berperan besar dalam tahapan pengembangan bahasa seorang anak. Merangsang kecerdasan bahasa anak dapat dilakukan sejak dini. Ada berbagai macam cara untuk menstimulasi kecerdasan anak dalam berbahasa, diantaranya:

DONGENG
Mendongengkan cerita secara rutin bisa menjadi salah satu stimulus baik untuk perkembangan bahasa anak. Cerita dongeng mampu merangsang anak-anak meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Kisah dongeng yang positif akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah dalam menyerap tutur kata. Tabungan kosakata balita jadi lebih banyak ya, Bunda. Jangan lupa untuk berdiskusi dengan balita Anda selesai mendongeng, tanyakan bagaimana tanggapan ia mengenai cerita tersebut, tokoh mana yang favoritnya, dan lain-lain. Dengan begitu dapat mengasah tata bahasa serta ingatannya.

BACA BUKU
Biasakan anak dekat dengan buku, ajak ia bermain dengan berbagai macam buku. Walaupun usia dua hingga tiga tahun belum bisa membaca, namun akan lebih baik jika ia sejak dini sudah diperkenalkan dengan buku. Sediakan buku-buku yang berisi satu atau dua kalimat setiap halamannya. Anda dapat membacakan sedikit demi sedikit, anak Anda akan belajar suara dasar, pola dan ritme suara saat berbicara, perbendaharaan kata, arti kata dan penggunaannya. Ajak ia untuk mengulang kata-kata yang ada di buku tersebut. Penulis Owens dalam buku Rita Kurnia Metodologi pengembangan bahasa anak usia dini mengemukakan bahwa “anak usia balita memperkaya kosa katanya melalui pengulangan”. Untuk itu mulailah membiasakan ia dekat dengan buku agar kelak mencintai aktivitas membaca.

LIHAT GAMBAR
Selain buku, Anda juga bisa menyiapkan gambar-gambar menarik untuk merangsang kecerdasan bahasa anak. Bisa berbentuk, buku, sticker, maupun poster. Secara rutin ajak anak sambil bermain tebak menebak gambar tersebut. Lakukan per tema, misalnya hari ini gambar makanan, lalu hari esoknya macam-macam gambar hewan, keesokkan harinya silsilah keluarga seperti ini kakek, dan ini nenek. Bunda dapat menyebutkan arti setiap gambar dan jelaskan secara perlahan, lalu ajak ia untuk mengulang kembali apa nama gambar-gambar tersebut.

DENGAR MUSIK
Menurut Mark Tramo M.D., medical neurobiologist dari Harvard University, Massachusetts, AS jutaan sel syaraf yang membentuk sirkuit atau jaringan dalam otak yang menjadi aktif saat seseorang mendengarkan musik. Termasuk pada balita, mendengar musik dan bernyanyi dapat menjadi dorongan untuk perkembangan bahasa. Bunda dapat memilih lagu anak-anak dan dengarkan ke anak. Akan lebih baik jika Anda ikut bernyanyi, pasti ia akan tambah senang dan ia akan mulai mengikuti bernyanyi. Mendengarkan music saja, bisa menambah kosakata anak, apalagi jika ia ikut bernyanyi, tidak hanya tabungan kosakata yang bertambah namun akan mengasah ingatan ia.

AJAK NGOBROL
Mengajak ngobrol bisa jadi salah satu stimulus penting untuk menambah kecerdasaan bahasa balita. Secara rutin ajaklah anak Anda mengobrol. Tidak perlu panjang-panjang namun lakukan dengan sering. Seperti, “Tadi seharian ngapain aja, nak?” atau “Makan siang apa tadi di sekolah? Ceritain ke Bunda, dong.” Jika ingin pergi bersama-sama, tanyakan pendapatnya ia ingin kemana dan apa alasannya ingin ke tempat tersebut. Tidak selamanya ia akan menjawab dengan lancar, kadang pasti ia akan bingung merangkai kata-kata, Anda dapat membantunya dengan memberikan kata-kata yang tepat. Suruh ia mengulang kembali agar ia tetap ingat. Tidak hanya mengajaknya berlatih, mengajak ngobrol juga bisa membangun bonding antara Ayah dan Bunda dan Anda jadi tahu pendapat atau isi hatinya.


(Sumber : ayahbunda.co.id)

Kiat Melarang Si kecil Secara Halus Tanpa Menggunakan Kata "Tidak"




Hai bunda,... berikut ini kiat melarang anak tanpa harus menggunakan kata "tidak", semoga bermanfaat ya?

Kira-kira berapa kali Anda sudah berkata “Tidak” pada si kecil setiap harinya? Bisa jadi, si kecil paling malas jika mendengar Anda berkata “TIDAK” ketika tengah melakukan sesuatu yang seru. Tujuan Anda tentu ingin menjaga si kecil agar tetap bermain aman. Namun menurut Bruce Grellong, Ph.D, kepala psikologi anak dan keluarga di Jewish Board of Family and Children's Services, New York, beberapa anak memang tidak cukup memahami bila hanya dengan mendengar kata ‘TIDAK’. Beberapa ahli juga menuturkan, terlalu sering melontarkan larangan tanpa alasan dapat perburuk kemampuan berbahasa anak dibandingkan mereka yang mendapat respon positif dari orangtuanya. Kemampuan berpikir dan berbahasa si tiga tahun yang semakin terampil menjadikannya mudah diajak diskusi dan kompromi kok! Ini kiatnya, melarang secara halus namun tetap berjalan mulus:

1. “Boleh, asalkan….”
           “Bunda, aku boleh makan kue-kue manis ini?” Anda bisa menjawab, “Boleh, asalkan kamu sudah menghabiskan makan siangmu. Dan sebelum tidur jangan lupa menyikat gigi, ya?” Memberikan ‘lampu hijau’ atas permintaan si kecil boleh Anda lakukan, selama permintaannya masih berada pada batas wajar, menurut Anda. Cara ini akan menyenangkan hati si kecil dan Anda juga sekaligus dapat melindunginya dari kekhawatiran sakit gigi.

2. “Kita lihat yang lain dulu, yuk!”
          Umumnya, si kecil suka ‘lapar mata’ atau mudah tertarik terhadap sesuatu, dan juga mudah dialihkan. Oleh sebab itu, manfaatkan kebiasan si kecil mudah dialihkan ini. Segera alihkan perhatiannya jika ia mulai merengek minta sesuatu yang tidak perlu atau membahayakan. Misalnya, ajak anak melihat pertunjukan yang biasa diadakan di hall mol, jika ia merengek minta dibelikan mainan yang sudah ia miliki di rumah.

3. Berikan alasan
          Si kecil yang kritis jelas tidak mempan bila Anda hanya menggunakan kata “TIDAK BOLEH”. Ia butuh penjelasan kenapa keinginannya Anda larang. Usahakan untuk memberikan alasan setelah Anda melarang si kecil. Berikan alasan yang mudah dimengerti anak, dan pastikan alasan Anda selalu konsisten. Misalnya pada saat si kecil merebut gadget milik pamannya karena ingin bermain game. Berikan alasan bahwa game yang ada di gadget paman adalah game yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Lalu berikan game yang boleh ia mainkan.

4. Gunakan bahasa isyarat
          Ada kalanya Anda tidak dapat menegur langsung si kecil, bahkan bersuara karena sedang berada di tempat ibadah dan rumah duka. Tetapi, Anda dapat mengkomunikasikan larangan lewat isyarat. “Sssst….(Sambil meletakkan jari telunjuk di bibir Anda). Kita bicaranya pelan-pelan saja, ya, nanti mengganggu tante dan om di sebelah yang sedang berdoa.” Usai perayaan selesai, jelaskan alasan dibalik ‘instruksi’ Anda tadi. Tujuannya agar kelak jika hal tersebut terjadi lagi, si kecil paham bahwa jari telunjuk di letakkan di bibir pertanda tidak boleh berisik.

5. Buat kesepakatan
          Anda baru saja meninggalkan lantai ruang keluarga dalam keadaan bersih dan masih basah. Tiba-tiba, si kecil membawa peralatan piknik dan  menjadikan ruang keluarga sebagai taman. Sebelum Anda mengeluarkan kata “TIDAK BOLEH”, buat kesepakatan dengan cara memberikan dua pilihan. “Kamu boleh bermain di ruang keluarga, tetapi hanya bisa duduk manis di sofa karena lantai masih basah. Atau kamu boleh bermain piknik-piknikan di kamar dan kamu bisa bebas bermain bersama boneka-bonekamu di lantai. Kamu pilih yang mana?” Memberikan pilihan pada anak akan membuatnya memiliki otoritas, dan ia lebih senang jika mendapatkan otoritasnya. Hal ini juga sekaligus mengajarkan anak untuk konsisten dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

6. Sentuh hatinya
          Trik ini merupakan trik jitu karena Anda membuat anak berpikir dan bermain dengan perasaannya. Misalnya, si kecil baru saja membuang makanan ke rumput taman. Anda dapat mengatakan, “Kalau kamu membuang makanan ke rumput, kasian petugas kebersihan di taman karena harus bekerja membersihkan makananmu. Dan Bunda juga harus membeli makanan jika nanti kamu lapar. Padahal sudah tidak ada uang lagi di dompet Bunda. Kamu tidak boleh melakukan ini lagi, ya.” Hal ini dapat mengasah sisi emosional dan kepedulian si kecil terhadap perasaan orang lain sejak dini.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

3.10.15

Yuk Mengenali 9 Temperamen Bayi....




Hai bunda,... Yuk kita mengenali beberapa temperamen bayi agar kita tahu cara mengasuh bayi denagan tepat... semoga bermanfaat...
 
Bunda perlu menerima dan  mengetahui temperamen bayi agar tahu cara mengasuh yang tepat.  Para ahli percaya bahwa sejak lahir bayi memiliki 9 temperamen yang perlu diterima, dipahami dan distimulasi agar bayi  bisa berkembang bahagia.

Bayi Aktif:
  • Cukup nyaman dengan dirinya karena bisa “sibuk” sendiri.
  • Senang menikmati dunia dari stroller-nya.  
  • Memiliki activitiy level atau tingkat aktivitas  tinggi, terlihat dari kesukaannya bergerak, sampai-sampai membuat Anda kesulitan mengganti diaper-nya.
  • Karena aktivitasnya tinggi, ia  mudah tidur lelap.
Bayi Teratur:
  • Tidur, makan dan BAB pada jam tertentu setiap hari.
  • Tidak menolak setiap usaha Anda menerapkan jadwal rutin.
Bayi Ramah:
  • Tersenyum kepada  orang yang baru yang ditemui.
  • Nyaman bertemu orang baru.
Bayi Adaptif:
  • Mudah menyesuaikan dengan segala sesuatu yang baru; tempat, suasana, orang.
  • Bisa tidur nyenyak di tempat tidur yang bukan miliknya, seperti di hotel, di ruah saudara atau di rumah nenek,sehingga mudah diajak bepergian.
Bayi Intensif
  • Menunjukkan perasaannya dengan menangis.
  • Merengek jika ada sesuatu yang mengganggunya.
Bayi Moody:
  • Jika sejak bangun tidur ia tersenyum  maka akan riang sepanjang hari.  Namun jika ketika bangun tidur rewel, kemungkinan begitu pula suasana hatinya seharian.
  • Saat bertambah besar, ketika ia belajar  untuk mengungkapkan perasaannya dengan lebih baik, maka frekuensi tangisnya akan berkurang.
Bayi Mudah Terganggu:
  • Saat mengamuk ia tidak mudah ditenangkan meski sudah diberi kegiatan lain.
  • Anda sering tidak tahu apa yang diinginkannya.
  • Mudah terganggu hanya oleh bunyi mesin blender.
Bayi Ulet:
  • Tidak mudah menyerah dan terus berupaya menarik atau meraih mainan.
  • Menangis bila usahanya diinterupsi –misalnya Anda menggendongnya saat ia sedang asyik merangkak “mengejar” mainan.
Bayi Sensitif: Mudah terganggu oleh suara berisik, diapers basah, atau kain seprai dingin.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Melatih Konsentrasi Anak




Hai bunda,... berikut ini cara melatih konsentrasi anak, semoga bermanfaat ya?

Kemampuan anak berkonsentrasi,  mengingat  dan kemudian memecahkan masalah, sangat tergantung  pada tahapan usia dan bagaimana menstimulasinya agar berkembang maksimal.

Usia 1-2 tahun. Anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Namun kemampuannya berkonsentrasi masih tergantung pada daya tariknya. Misal, ia sudah mengingat benda  kesukaannya yang sering  ia bawa seperti boneka. Juga mengingat wajah orang yang sehari-hari ditemuinya. Kemampuan konsentrasinya  berkisar 1-3 menit. Ini  berkaitan dengan kemampuan fungsi indra, otak dan fungsi  lain yang masih dalam masa perkembangan. Keingintahuan yang besar mendorongnya banyak gerak, eksplorasi, mencoba berbagai hal yang menyebabkannya sulit fokus pada suatu hal, dalam rentang waktu yang lama. Stimulasi dengan:
  • Perrmainan  yang menantang sekaligus menuntut konsentrasi seperti puzzle,  yang memiliki sedikit kepingan.
  • Permainan   memasukkan   benda berbentuk angka atau  huruf  ke dalam wadah,  yang memiliki lubang sesuai dengan bentuknya.
  • Memindahkan bola dari satu keranjang ke keranjang lain, meronce manik-manik besar dan menyusun balok-balok berukuran besar.
  • Malakukan  kontak mata dan ajak ia bicara, jika Anda masih memberinya ASI.
  • Melihat  gambar dan menjelaskan warna dan bentuk apa saja yang terdapat pada gambar dan lakukan berulang-ulang.
  • Mengajak bicara secara fokus dan tuntas agar anak memahami dan memberi respon. Misalnya, “Ini mobil berwarna merah. Ini mobil berwarna biru. Kamu pilih yang mana?”
  • Membunyikan  mainan secara sembunyi hingga menarik perhatiannya. Ini akan membuatnya berusaha menemukan sumber bunyi.
  • Membuat halang-rintang dengan menumpuk bantal yang dijejerkan.  Ini akan menstimulasi anak menyingkirkan bantal agar ia bisa lewat.
Usia 2-3 tahun. Kemampuan konsentrasi dan memorinya makin meningkat. Ditandai
kemampuannya menyebut kembali kata yang terdapat pada satu atau dua lagu yang didengarnya. Kemampuan konsentrasinya  berkisar 3-5 menit. Di usia ini  anak sedang hobi ‘mendua’, meninggalkan aktivitas yang tengah dikerjakan,  saat ada aktivitas lain yang menarik perhatiannya. Stimulai dengan:
  • Menyelesaikan tugas atau permainan dengan cara  menyusun puzzle hingga selesai.
  • Ngobrol berdua dan minta ia mendengarkan. Anak akan terdorong berkonsentrasi jika mengobrol dilakukan secara dua arah. Suasana seperti itu akan memacunya untuk bertanya dan berkomentar.
  • Ajak menirukan gerakan yang Anda lakukan. Itu akan membisakan anak
  • Mainan yang konstruktif seperti puzzle dan balok susun.
  • Beri  kesempatan anak untuk belajar mengenakan sepatu atau sandal sendiri.
Usia 3-4 tahun. Konsentrasi dan memori anak makin baik. Ia sudah bisa mengingat dan mengulang sedikitnya 3 benda terakhir yang berurutan disebutkan. Kemampuan konsentrasinya berkisar 5-10 menit.  Kegiatan fisik sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan sensori - motorik sebagai salah satu cara bagi mereka untuk mengeksplorisasi lingkungan. Stimulasi dengan:
  • Melatihnya berenang, karena dapat menstimulasi indera-indera sensoris, konsentrasi serta stimulasi otak kanan dan kiri.
  • Minta anak  menceritakan kembali film yang sudah ditonton atau buku yang sudah dibacakan.
  • Tantang untuk melakukan lebih dari satu perintah dalam waktu bersamaan. Jangan memarahinya, jika tak berhasil melakukannya. Jika ia berhasil, beri ia hadiah pujian, pelukan dan ciuman.
  • Melatih memasang atau menyopot sendiri kancing baju.
  • Membongkar  mainan seperti robot atau rumah boneka dan minta untuk menyusunnya kembali.  Biarkan ia melakukan sendiri.
(Sumber : ayahbunda.co.id)