9.9.15

Tips Mengajarkan Anak Bergaul Berdasarkan Karakter Balita







Hai bunda,... Berikut ini tips mengajarkan anak bergaul berdasarkan karakter balita, semoga bermanfaat ya?

Masuk preschool adalah pengalaman baru yang berarti dalam hidup anak. Selain belajar banyak hal, di preschool anak akan bertemu dengan berbagai tipe anak yang akan menjadi temannya sehari-hari. Beberapa anak memiliki isu dalam pergaulan di preschool, yang berhubungan dengan karakter, posisi di keluarga (anak sulung, bungsu, atau tunggal), dan pola asuh orangtua. Misalnya, anak berkarakter ekstrovert biasanya lebih mudah berbaur dibandingkan anak pemalu. Atau anak yang bersaudara lebih mudah berbagi dibandingkan anak tunggal. Berikut ini beberapa kondisi anak yang dapat menimbulkan isu dalam pergaulan di sekolah dan bagaimana kita membantunya.

1. Si Penyendiri
Di sekolah ia cenderung pendiam dan hampir tidak pernah bermain dengan teman. Di kelas ia berinteraksi seperlunya, saat playtime ia memilih permainan soliter, seperti membaca buku atau main ayunan sendirian. Ada beberapa penyebab yang membuat anak jadi penyendiri, seperti pola asuh orangtua yang terlalu protektif sehingga anak jarang bersosialisasi, dan status anak tunggal.
Cara membantunya…
  • Anda bisa memberi contoh kepada anak untuk menyapa orang yang ia temui di sekolah, baik teman maupun guru.
  • Orangtua menitipkan anak kepada guru agar mencarikan teman bagi anak, mulai dari satu, lalu 2-3 teman hingga akhirnya berkelompok.
  • Mengadakan playdate untuk membantu anak bersosialisasi lebih intensif dengan teman baru. Mulailah dengan kelompok kecil.

2. Anak Dominan
Ada lho, anak yang dominan di sekolah. Saat bermain ia selalu ingin lebih dulu, suka menyuruh teman, kadang mendominasi permainan bahkan cenderung mem-bully teman yang dianggap lebih “lemah”. Ini bisa terjadi akibat pola asuh di rumah, yaitu bila semua keinginannya selalu dituruti orangtua. Sering terjadi pada anak bertubuh lebih tinggi besar atau lebih kuat dari rata-rata anak sebayanya.
Cara membantunya…
  • Jangan langsung memarahi bila mendapati ia dominan di pergaulan.
  • Beritahu ia baik-baik. Katakan jika ia ingin minta tolong teman, mintalah dengan sopan, dan temannya tentu berhak menolak.
  • Minta bantuan guru untuk memberi perhatian khusus kepada anak tipe ini, misalnya dengan mengajarkan anak memperlakukan teman dengan baik.
  • Mendudukkan dan mengelompokkan si kecil dengan anak lain yang juga dominan. Awalnya mereka mungkin berkonflik sebab masing-masing ingin menjadi leader. Anda bisa menjelaskan bahwa ia harus berbagi ‘kekuasaan’ dan bergantian memimpin agar kegiatan berjalan lancar.

3. Anak iseng
Kenapa sih si kecil iseng sekali? Mulai dari menyembunyikan topi teman hingga bercanda di tangga sekolah. Perilaku iseng biasanya timbul karena anak mencari perhatian. Mungkin ia sukses mendapat atensi dari perbuatan jahil itu atau justru dianggap lucu oleh keluarga. Sayang, karena ketidakpahaman, kadang perilaku isengnya kelewatan, mengganggu, bahkan bisa mencelakakan.
Cara membantunya…
  • Tanyakan kepada anak mengapa ia berbuat satu keisengan. Dari jawabannya, Anda akan tahu alasannya.
  • Sampaikan pada anak keisengannya tidak selalu menyenangkan atau pada tempatnya. Jika saat belajar atau sampai mengganggu teman, maka itu tidak boleh. Jika ia bosan, ia bisa minta guru untuk mencarikan aktivitas.
  • Ajarkan anak berempati dengan bertanya “Bagaimana rasanya jika kamu yang diisengi seperti itu?”
  • Jika ia tetap iseng, ajarkan disiplin dengan menerapkan konsekuensi dari ulah isengnya, misalnya tidak boleh bermain dengan mainan favoritnya.

4. Anak yang pasrahan
Anak bertipe pasrah menerima apa pun yang terjadi di sekelilingnya dan perlakuan teman kepadanya. Dia tidak protes dan tidak melawan (bahkan tidak menangis). Hal ini bisa terjadi karena ia terbiasa berperilaku begitu. Mungkin karena di rumah ia anak sulung yang harus selalu mengalah, atau mungkin ia tidak pede “melawan”, atau tidak mau mencari masalah.
Cara membantunya…
  • Dibutuhkan pengamatan jeli terhadap anak ini, agar sifat pasrahnya tidak merugikan anak dan memberi peluang anak lain untuk berperilaku buruk kepadanya.
  • Bangun kepercayaan diri anak dengan memberi pujian atau penghargaan setiap ia berhasil mengerjakan sesuatu.
  • Beri ia kesempatan untuk memilih, misalnya mau membawa bekal apa hari ini ke sekolah, atau melakukan aktivitas apa pada jam freetime. Membuat pilihan akan melatih anak menentukan sendiri apa yang diinginkan.
  • Dorong ia untuk berani berpendapat atau menyampaikan ketidaksetujuan.

5. Tukang ngobrol
Duh, si kecil kerjanya ngobrol terus. Ia bisa menceritakan apa saja kepada temannya, dari bertemu anak kucing di jalan hingga pengalaman pergi saat weekend. Ia bahkan tetap mengobrol saat guru berbicara.
Cara membantunya…
  • Guru dapat memisahkan tempat duduknya dengan anak lain yang juga suka mengobrol.
  • Beri ia tugas yang menuntut untuk fokus atau tenang, seperti mewarnai, menyusun balok, atau membuat prakarya.
  • Buat kesepakatan dengan anak berupa “waktu mengobrol”, misalnya 3-5 menit show and tell. Setelah itu ia harus diam dan mendengarkan.
  • Tetapkan juga aturan dan konsekuensi, misalnya jika ia tidak mengobrol di kelas saat guru mendongeng, ia mendapat sticker yang disukainya.

6. Anak temperamental
Anak mudah “meledak” jika ada hal yang tidak sesuai keinginannya. Anak temperamental dapat dibentuk oleh lingkungan, misalnya sifat orangtua yang juga temperamental. Atau bisa juga karena ia sulit berekspresi, misalnya karena keterampilan bahasanya belum lancar. Akhirnya anak melepaskan emosi dengan menjerit atau membanting benda.
Cara membantunya…
  • Jika sifat temperamental diduplikasi dari ayah bunda, orangtua musti mengubah perilaku itu atau menahan emosi saat di depan anak.
  • Ajarkan anak mengelola emosi. Katakan, Anda paham perasaannya saat marah, sedih atau kecewa dan itu wajar, namun harus dikelola dengan baik.
  • Praktikkan cara-cara mengelola emosi. Jika si kecil marah, minta ia menarik nafas panjang, diam, dan berhitung 1-10, jangan langsung berteriak. Jika sudah agak tenang, ia bisa bicarakan apa yang membuatnya emosi.
  • Tingkatkan kecerdasan bicara dan bahasanya jika temperamen anak disebabkan ia belum lancar mengemukakan sesuatu. 
(Sumber : ayahbunda.co.id)

0 komentar:

Post a Comment