30.9.15

Berbagai Metode Membuat Bayi Tertawa





Hai bunda,... berikut ini cara 25 cara membuat bayi tertawa, semoga bermanfaat ya?

Jika sedang stres, anak tidaklah seperti orang dewasa yang dapat mengelola emosinya. Ia membutuhkan bantuan orang dewasa untuk itu. Dengan tertawa, rasa stres pada anak akan berkurang dan saat bayi tertawa sama seperti ia berolah raga. 25 cara ini dapat membantu bunda dan ayah membuatnya tertawa riang.



25 cara untuk membuat bayi tertawa:

1. Ciluk…ba!  Letakkan bayi di atas kasur, atau jika sudah bisa duduk, ajak ia bermain di lantai beralaskan karpet. Posisikan diri Anda berhadapan dengan bayi, tutup wajah Anda sambil berkata, “Ciluk...” lalu tahan hingga 5 hingga 10 detik. Tampilkan mimik wajah lucu ketika membuka tangan kembali sambil mengucapkan, “Baaa...”  Kontrol intonasi suara dan ekspresi Anda, jangan sampai mengagetkan si kecil.

2. Tiup tubuhnya. Dengan mulut yang menempel di tubuhnya dan bergerak-gerak akan menimbulkan bunyi-bunyian dan rasa geli pada si kecil –lakukan pada perut, tangan, atau telapak kakinya.

3. ‘Memakan’ jemari. Bayi sangat suka ketika orangtuanya berpura-pura mengisap jari-jarinya. Lakukan dengan perlahan, dan ubahlah mimik muka Anda seolah-olah sedang menikmati sepotong ayam bakar yang lezat saat mengemut tangan si kecil. Agar lebih seru, tambahkan suara atau bunyi-bunyian, seperti, “nyam...nyam...nyam”. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan bayi setelah Anda ‘melahapnya’.

4. Gelembung terbang. Pilih gelembung sabun yang terbuat dari bahan yang aman untuk bayi. Jika memungkinkan, buatlah sendiri dari sampo bayi yang tak pedih di mata. Tiup dari jarak yang tak terlampau dekat dengan bayi sehingga pecahan gelembung tak mengenai matanya.

5. Semua sayang. Bayi akan merasa lebih senang ketika ia dikelilingi melihat anggota keluarga terdekatnya, seperti kakak, ayahnya, kakek atau neneknya. Minta mereka bergantian menyapa dan menggoda si kecil. Namun pastikan agar suara yang ditimbulkan tidak terlampau ramai atau berisik karena dapat membuat si kecil merasa tidak nyaman.

6. Bermain dengan wajah. Anda di hadapan bayi, bagaimanapun bentuknya, pasti akan membuatnya tertawa riang. Atur posisi Anda di hadapan bayi. Lalu mulailah mengeluarkan berbagai ekspresi wajah seperti tersenyum, sedih, marah, menangis, dan tertawa. Coba pula dalam bentuk yang konyol seperti menggerakkan alis ke atas dan ke bawah, memonyongkan bibir, menggembungkan pipi, menggerakkan hingga hidung, dan mengerjap-ngerjapkan mata.

7. Boneka kesayangan. Bayi menyukai mainan berbulu halus (soft toys) dan bisa mengeluarkan suara. Duduklah di hadapan bayi sambil memegang boneka kesayangannya. Sapa anak dengan mengatakan, “Nando sayang, sudah minum susu belum?” sambil menggoyang-goyangkan boneka. Lakukan hingga bayi merespon dan tertawa lepas. Yang perlu diingat, bayi di bawah usia 3 bulan hanya merespon kontras, bukan warna. Ia akan tertawa jika Anda mengajaknya bermain dengan menyuarakan boneka panda dan zebra yang berwarna hitam putih, ketimbang boneka Sponge Bob yang kuning menyala.

8. Alunan musik. Repetisi adalah kunci untuk membuat si kecil mengenal dan menyukai musik. Bayi suka melihat, melakukan, dan mendengar dalam waktu bersamaan  agar mereka bisa melepaskan rasa kesal dan bisa mengalami serunya mengalami dan mencoba sesuatu. Pasang CD lagu anak-anak atau nyanyikan lagu kesukaannya sambil mengayun lembut tubuhnya di gendongan Anda.  Pada akhir lagu, buat sedikit kejutan dengan mengeraskan suara pada beberapa kata.

9. Perilaku binatang.
Selain boneka, perilaku binatang yang lucu dan menggemaskan ternyata juga bisa membuat  bayi tertawa. Namun, tidak disarankan bagi Anda untuk membawa binatang peliharaan mendekati bayi –gendong ia melihat dari kejauhan apa yang sedang dilakukan oleh binatang tersebut. Alternatif lain adalah melihat melalui tayangan televisi ataupun video di Youtube mengenai aksi lucu berbagai binatang.

10. Tirukan suara binatang. Cobalah menirukan suara-suara kucing, anjing, sapi, bebek, dan burung di hadapannya. Untuk menambah keseruan, gunakan boneka jari yang bentuknya mewakili binatang yang Anda tirukan suaranya. Bersiaplah melihat bayi mungil Anda terbahak-bahak setelah Anda berucap, “kweeek...kweeek...kweeek”  atau “meooong...meooong...meooong”.

11. Mencari asal suara. Tutupi wajah Anda dengan selembar kain lalu berkatalah: “Ayo cari, Bunda ada di mana, ya?” Jangan turunkan kain tersebut, biarkan si kecil yang melakukannya. Ketika ia berhasil menurunkan kain dan melihat Anda ada di baliknya, katakan, “Hai sayang, Bunda ada di sini!” sambil mengeluarkan mimik kocak. Menemukan’ Anda – seseorang yang dikenal dan sangat dicintai oleh bayi– adalah kejutan yang menyenangkan. Karena itu, aktivitas ini dapat Anda lakukan berulang kali tanpa si kecil merasa bosan.

12. Halang rintang. Gunakan bantal, seprei, selimut, dan boneka untuk membuat berbagai variasi terowongan dan rintangan untuk dilewati bayi saat merangkak. Pancing si kecil agar mau bergerak menelusuri area yang telah disiapkan dengan cara melambaikan tangan di hadapannya. Ia akan tertawa sambil mengejar Anda dan melewati apapun rintangan yang ada di hadapannya. Lakukan saat bayi sudah dapat merangkak dan mengangkat tubuhnya sendiri.

13. Panggil namaku! Berdirilah di salah satu sisi tempat tidurnya, lalu panggil nama si kecil sampai ia menolehkan kepalanya ke arah Anda. Lalu, pindahlah ke sisi lain, dan panggil lagi namanya. Suara Anda adalah suara terindah dan paling menyenangkan baginya. Mendengar Anda memanggil namanya benar-benar ampuh memancing tawanya karena bayi benar-benar bahagia.

14. Mengejar bayangan. Matikan lampu di kamar tidur, lalu nyalakan senter yang telah ditempeli stiker berbentuk kupu-kupu, capung atau kucing,  ke arah lantai. Goyangkan senter ke atas-bawah dan kiri-kanan agar bayangan berbentuk binatang bergerak. Arahkan cahaya senter menjauh darinya dan arahkan pula ke dinding, agar si kecil mencoba untuk menggapainya. Agar ruangan tak sepenuhnya gelap, usahakan ada cahaya yang masuk dengan sedikit membuka pintu, misalnya.

15. Wajah dalam foto. Abadikan wajah orang-orang yang berperan  penting dalam hidup bayi melalui lensa kamera. Cetak foto, lalu tempelkan di atas selembar kertas. Sebut nama-nama orang dalam foto setiap kali bayi memandangnya. Bayi akan tertawa gembira karena ia telah mengenali wajah Anda sejak dini dan kini ia menemukan gambar wajah yang mirip dengan bunda tersayang sehingga membuatnya senang.


16. Melanjutkan lirik lagu. Mulailah dengan bertepuk tangan, lalu nyanyikan lagu favorit bayi dengan lantang. Tepat sebelum sebuah kata atau kalimat dalam lirik lagu yang sering diulang-ulang, berhentilah menyanyi dan tunggu sampai bayi ‘menyelesaikan’ lagu itu, meski hanya melalui gumaman. Ia senang mendapat giliran dan melihat reaksi Anda yang gembira ketika ia menggumamkan sepenggal lirik lagu kesukaannya, ampuh membuatnya tertawa bahagia.

17. Bermain air. Dudukkan si kecil di kursi mandi yang diletakkan di atas bathtub atau lantai kamar mandi. Sediakan beberapa cangkir atau mangkuk plastik yang berbeda ukuran. Biarkan ia bermain dengan wadah tersebut beberapa kali. Kemudian secara perlahan dengan menggunakan wadah yang sama, guyurkan air di atas kepala bayi dan di sekujur tubuhnya. Si kecil dapat merasakan perbedaan banyaknya air yang keluar dari wadah yang berbeda. Aktivitas ini membuat bayi senang. Lakukan ketika koordinasi tangan dan matanya sudah berkembang.

18. Terbang melayang. Sediakan selembar tisu atau kapas, lalu bagi ke dalam ukuran yang tidak terlampau besar namun juga tidak terlalu kecil. Letakkan kapas atau tisu tersebut di telapak tangan Anda lalu mulailah meniupnya dari berbagai arah. Misalnya, dari arah kanan atau kiri bayi atau arah depan dan belakang bayi. Benda-benda yang melayang di udara merupakan hal yang aneh sekaligus lucu di mata bayi. Ia pun tertawa terbahak-bahak sambil berusaha meraih kapas yang terbang di hadapannya.

19. Roller coaster stroller. Letakkan bayi di dalam sroller lalu ajak ia menuju halaman. Kemudian dorong stroller dengan kecepatan lambat, lalu tambah kecepatan laju stroller, kemudian dan secara perlahan dan bertahap tambah lagi kecepatannya. Jaga keseimbangan tubuh Anda saat melakukan gerakan mendorong agar tidak membahayakan si kecil. Selama beberapa bulan pertama kehidupan bayi, aktivitas hari demi hari yang dilaluinya berjalan sangat lambat, karena itu ia menikmati saat diajak ‘ngebut’ di atas kereta dorong. Lakukan aktivitas ini ketika bayi sudah dapat duduk dengan baik.

20. Berguling bersama bola. Baringkan si kecil tengkurap di atas bola senam berukuran sedang. Biarkan ia mengangkat kepala dan mengamati sekelilingnya. Sambil menahan bayi agar tidak merosot, gerakkan bola secara perlahan dan lembut, ke kiri dan kanan. Biasanya, saat bola digerakkan, selain tertawa senang, si kecil secara refleks akan menggerakkan kaki dan tangan untuk menjaga keseimbangan. Lakukan beberapa kali sambil bernyanyi.

21. Kerincingan kesayanganku! Tengkurapkan bayi, biarkan kepalanya tegak dan memandang sekeliling. Gerakkan rattle atau mainan kerincingan di dekat telinga si kecil, dan biarkan ia berupaya meraihnya. Lalu, jauhkan mainan dari bayi. Lakukan berulang-ulang dari berbagai arah. Ia akan tertawa sambil berusaha menggapai dengan cara merangkak atau membalikkan tubuh, dari posisi tengkurap atau telentang.

22. Sentuh dengan lembut. Gunakan seluruh jari tangan Anda, satukan ujung jari lalu lakukan gerakan menjumput. Arahkan ke beberapa bagian tubuh si kecil dengan lembut, seperti di pipi, dada, perut lengan, paha, dan kaki. Namun jangan tergoda untuk menggelitiki si kecil demi membuatnya tertawa. Pasalnya, tertawa saat digelitiki bisa jadi hanya merupakan cara bayi untuk mengatasi ketidaknyamanan fisik. Perhatikan bahasa tubuh anak, hentikan jika ia terlihat tidak nyaman atau jika tertawanya mulai berlebihan.

23. Pukul panci. Berikan mainan gendang atau bisa juga gunakan panci bekas yang sudah tak terpakai. Contohkan cara memukul gendang kepada bayi, lalu biarkan ia mencoba memukul-mukul sendiri hingga menimbulkan bunyi yang membuatnya terbahak-bahak. Awasi saat ia bermain agar tangannya tak terluka saat memukul-mukul panci.

24. Cermin ajaib. Hadapkan bayi Anda ke cermin, lalu mulailah eksperimen yang akan membuatnya takjub. Ia akan mengamati sosok yang ada di dalam cermin, terkesima sejenak lalu bersiaplah mendengar bayi mungil Anda tertawa terbahak-bahak saat melihat bayangan dirinya dan bayangan Anda di cermin bergerak-gerak.

25. Jari super. Pangku anak menghadap Anda, pastikan punggungnya tersangga dengan baik. Gembungkan pipi Anda, lalu kempiskan dengan jari telunjuk menekan pipi sambil mengatakan, “puuuh”. Dan saat ia menarik kuping Anda, julurkan lidah. Ia akan tertawa kegirangan.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

25.9.15

Yuk Cari Tahu Pengalaman Dan Pengetahuan Anak Dari Hasil Gambarnya....



 Hai bunda, pengalaman dan pengetahuan anak bisa dilihat dari hasil gambarnya, berikut ini penjelasannya, semoga bermanfaat ya?

Aksi eksploratif
Di usia 1 tahun, anak sudah mulai bisa memegang krayon dan menggunakannya di atas kertas. Mereka gemar bereksperimen dan menggerakkan krayon di atas kertas dengan menekan, mengetuk hingga menimbulkan suara, melempar, dan  menusuk. Setelah berkali-kali mencoba, ia akan mendapati dirinya mampu menciptakan efek yang berbeda dari berbagai kegiatannya. Misalnya, ketika ditekan di atas kertas, warna krayon akan tampak jelas ketimbang sekadar diketuk-ketuk.
Secara bertahap,   ia akan  menyukai kegiatan menggambar karena senang mengamati munculnya garis atau warna ketika ia menggerakkan krayon. Itu sebabnya, ia akan  antusias menggerakkan krayon berulang-ulang dari kanan ke kiri,  atas ke bawah, dan kemudian dengan gerakan berputar. Hasilnya,  coretan a la cakar ayam yang tidak melambangkan gambar benda apa pun. 

Sebaiknya…
Biarkan anak mengeksplorasi kegiatan menggambar dan menggunakan alat gambarnya secara leluasa. Tak perlu  buru-buru melarangnya ketika ia bosan menggunakan kertas dan beralih menggambari lengan atau kakinya dengan krayon, tapi siapkan kertas atau media lain di mana ia bisa enak mencorat-coret. Jika anak  senang mencoret-coret dinding,  sediakan  sebidang dinding yang sudah ditutupi kertas bekas kalender setinggi tubuhnya. Beri tahu bahwa ia bisa melakukan aktivitas coret-coretnya di tempat itu.


Mulai terkendali

Menginjak usia 2 tahun, kemampuan motorik anak bertambah baik. Koordinasi antara mata dan tangannya juga sudah mengalami peningkatan. Di usia itu, tangannya  sudah mulai mampu mengendalikan apa yang ingin diciptakan dalam benaknya. Pada usia ini, Anda mungkin akan mendapati  ia membuat coretan yang dianggapnya mirip seperti yang dibuat oleh Anda.  Meski bentuknya belum  jelas, coretannya  sudah memiliki arti. Anda mungkin masih sulit menerka apa, namun anak bisa menjelaskan  mana gambar bunga dan mana gambar mobil. Penting bagi  Anda untuk tidak mengarahkan gerakan tangannya membuat garis atau bentuk. Hal ini akan membuat anak semakin tidak percaya diri dan merasa tidak mampu.

Sebaiknya…
Menahan diri untuk tidak memberikan label pada gambarnya  dengan berkata, “Kamu membuat gambar mobil, ya?” atau “Ini gambar kelinci atau pesawat?”  Tapi tanya langsung, “Gambar apa itu?” Jika ia  bertanya bagaimana membuat bentuk, ajari ia dengan memberikan contoh. Minta anak untuk memperhatikan cara Anda membuatnya. Atau, mintalah ia untuk meraba atau memegang bentuk yang diminta. Selanjutnya, biarkan anak membuat gambarnya sendiri sesuai kemampuannya.

Semakin bermakna
Di usia 3 tahun kemampuan menggambar anak kian bertambah baik. Koordinasi tangannya semakin matang. Ia pun mampu menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan obyek dari dunia di sekitarnya. Misalnya, ia bisa menggambar lingkaran ketika membuat matahari, membuat segitiga ketika menggambar ekor ikan  dan sebagainya. Beberapa anak akan mulai memberi judul pada gambar yang  dibuatnya. Misalnya “gambar kucing” atau “gambar rumah”. Mereka mulai ingin menghubungkan karya yang dibuat di atas kertas dengan hal-hal yang mereka temui sehari-hari. Dari segi sosial, anak mulai punya keinginan untuk berhubungan dengan orang lain melalui media gambar dengan menggambar orang yang disayangi.  Misalnya, ia membuat gambar seorang wanita mengenakan pita pada hari ulang tahun Bunda.

Sebaiknya…
Hindari melabeli gambarnya karena apa yang tadinya dimaksudkan sebagai kereta, di lain waktu bisa berubah menjadi jalan raya. Pada tahap ini, anak akan mulai belajar bahwa coretannya memiliki makna dan merupakan cikal bakal tulisan. Anda dapat membantu menuliskan cerita yang ingin ia sampaikan dengan menggamar dan memintanya  menggambar sesuatu yang Anda inginkan.

Mendokumentasikan lingkungan

Di usia 4 tahun  pengalaman anak semakin kaya. Lingkup pergaulan sosialnya bertambah luas. Anak yang sudah mulai bersekolah, mendapatkan  banyak kesempatan untuk mencipta, bereksperimen, menjelajah, serta mengalami berbagai hal baru yang turut memengaruhi perkembangan jiwa, rasa, dan emosinya. Anak mulai belajar mengenal dunia baru di luar lingkungan rumahnya. Itu sebab,  gambar yang dibuat olehnya mulai berbentuk hal  yang berhubungan dengan lingkungan di luar rumah, seperti teman sekolah, guru, dan tempat bermain.  Ia juga bisa menceritakan adegan yang sedang digambarnya di atas kertas, seperti kegiatan belajar atau bermain di sekolah.

Sebaiknya…

Selain sarana untuk mengembangkan kemampuan motorik halus, kegiatan menggambar juga bisa menjadi media untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak.  Anda bisa memintanya melakukan semacam presentasi kecil-kecilan untuk menjelaskan obyek atau peristiwa yang sedang digambarnya. Ajukan pertanyaan  yang memancing si kecil untuk bercerita lebih jauh, seperti “Waktu bermain dengan,  kamu senang atau tidak? Kenapa?” atau “Kalau sedang di kelas, biasanya ibu guru bercerita tentang apa?” dan sebagainya.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

22.9.15

Tips Mengatasi Saat Anak Diejek Jelek



 Hai bunda,... berikut ini tips mengatasi saat anak kita diejek jelek oleh teman-temannya, semoga bermanfaat ya?

Anak-anak usia 2-3 tahun yang sedang mulai belajar tentang konsep diri, menjadi bingung dengan adanya ejekan dari teman-temannya yang sifatnya berlawanan dengan konsep diri yang ditanamkan kedua orang tuanya di rumah. Oleh ayah dan ibunya, dia selalu disebut sebagai anak yang paling cantik dan paling tampan. Sementara di sekolah, dia justru mendapat julukan “anak jelek.” Bila suatu hari balita Anda bertanya kepada Anda, “Bunda, memangnya aku jelek, ya?” berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghadapinya.

Tunjukkan empati terhadap kesedihannya.
Dekatilah anak, dan katakan kepadanya, “Ibu tahu kamu sedih dan nggak suka dibilang seperti itu oleh
teman-temanm.” Kemudian, tanyakan pendapat dia apakah yang dikatakan teman-temannya itu benar atau salah. Ini mengajarkan anak untuk mengenali dirinya sendiri, termasuk bentuk fisiknya. Ini dapat Anda jadikan kesempatan bagi si kecil untuk memperbaiki diri. Misalnya, bila dia diledek karena tubuhnya yang gemuk, maka Anda dapat mengajak dia untuk memperbaiki penampilannya agar tidak diejek teman-temannya lagi. Caranya, bisa dengan mengajak anak banyak melakukan aktivitas fisik dan berolahraga.

Besarkan hati anak.
Bantu anak untuk melepaskan diri dari rasa kesal atau rasa rendah diri karena ledekan teman-temannya.
Anda dapat menanyakan kepada dia tentang sosok temannya yang mengejek dia. Apabila kebetulan teman yang mengejek si kecil juga sama-sama bertubuh gendut, Anda dapat membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa temannya yang mengejek dia tidak lebih cantik atau lebih tampan dari dia. Dengan begitu diharapkan si kecil Anda akan memiliki keyakinan kalau dirinya tidak jelek dibandingkan dengan teman-temannya.

Ajak bicara orangtua anak yang mengejek.
Lakukan dengan sikap tenang, dan tidak dengan emosi. Katakan kepada orang tua anak yang kerap mengejek si kecil, tentang kebiasaan buruk anak mereka. Mintalah secara baik-baik agar mereka mengatakan kepada anaknya untuk menghentikan kebiasaan buruknya, mengejek anak Anda. Sebab, kata-kata ejekan yang dilontarkan anak mereka menyakiti perasaan anak Anda dan dapat berakibat mengganggu perkembangan emosionalnya.

Dampingi anak Anda.  
Datang dan temani anak Anda ke sekolah. Dampingi anak Anda pada saat bertemu dengan teman-temannya yang sering mengejek dia. Biasanya, begitu melihat Anda berada di samping si kecil, mereka tidak berani melontarkan ejekan. Kehadiran Anda menemani anak menghadapi teman-temannya tersebut, akan memberikan kekuatan dan semangat kepada si kecil untuk menumbuhkan kembali rasa percaya dirinya.

Dekati anak yang mengejek.

Apabila perilaku teman si kecil tersebut sudah keterlaluan, ajak bicara dia dengan tema obrolan yang
santai. Melalui obrolan ini, Anda dapat menanyakan kepada anak tersebut apa yang membuat dia gemar
mengejek anak Anda. Bila dia tidak dapat menjawab pertanyaan Anda, katakan dengan tagas kepadanya
bahwa tidak ada alasan yang kuat bagi dia untuk mengucapkan kata-kata ejekan kepada anak Anda. Obrolan yang bersifat diskusi dengan anak yang sering mengejek si kecil ini sekaligus juga akan mengajarkan kepada dia untuk mendefinisikan secara tepat kata “jelek” atau kalimat ejekan lainnya yang dia lontarkan. Dengan demikian, dia akan belajar untuk tidak sembarangan mengucapkan kata-kata ejekan tersebut.

Bila ejekan kian 'jahat'
Segera temui orangtua anak yang sering mengejek anak Anda. Bawalah barang bukti untuk menguatkan
tuntutan Anda. Misalnya, beberapa hari sebelumnya, mintalah si kecil untuk membawa alat perekam kecil
di saku bajunya untuk merekam suara temannya yang mengucapkan kata-kata ejekan kepadanya. Tunjukkan barang bukti tersebut kepada orang tua anak yang mengejek si kecil. Bukti ini akan membantu Anda untuk meyakinkan orang tua tersebut tentang perilaku anaknya yang sudah melampaui batas. Bukti ini juga dapat Anda tunjukkan kepada pihak sekolah sehingga mereka pun dapat melakukan tindakan untuk mengatasi dan mengubah perilaku anak-anak yang memiliki kebiasaan mengejek teman-teman sekolahnya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Beberapa Kejadian Mendadak Yang Sering Terjadi Pada Balita Dan Cara Mengatasinya



Hai bunda... berikut ini beberapa kejadian mendadak yang sering terjadi pada balita dan cara mengatasinya, semoga bermanfaat ya?

Bagi balita, kenyamanan menjadi hal penting dalam kesehariannya. Tak heran bila tiba-tiba Anda mengambil selimut kesayangannya, ia mendadak mengamuk. Kenyamanan yang ia dapatkan dari Anda, maupun dari lingkungannya sejak bayi, bisa berbentuk macam-macam. Misalnya, menyusu langsung pada payudara Anda saat ia masih mendapatkan ASI, minum susu dari botol, atau tidur dalam pelukan Anda.

Kini, saat ia menginjak usia 2-3 tahun, ia sudah harus mulai diajarkan untuk meninggalkan zona nyaman. Ini  dilakukan karena usianya yang sudah semakin besar, dan inilah saatnya anak mulai belajar mandiri untuk bersiap masuk sekolah.

Sayangnya, perjalanan untuk meninggalkan beberapa bentuk kenyamanan ini, seringkali diikuti dengan ‘drama’ yang membuat Anda pusing, sekaligus kesal. Sebab, sikap baru yang muncul akibat kenyamanannya diambil, atau berganti, biasanya berbentuk sikap yang negatif. Agar Anda siap dan tak salah mengambil sikap, berikut kiatnya.

1.    ‘Monster cilik’
Ketika anak tidak lagi bisa mendapatkan kenyamanan yang ia mau, bisa jadi ia akan berubah bentuk menjadi ‘monster cilik’ yang suka menangis, marah-marah, menjerit-jerit, bahkan menendang-nendang. Beri ia ruang untuk meluapkan emosinya, namun tetap dalam pengawasan Anda. Kalau Anda menyerah, dan memberikan apa yang ia mau gara-gara tak tahan mendengar teriakannya, maka ia akan belajar bahwa teriakan atau amukan adalah cara untuk mendapatkan sesuatu. Tak heran, bila ia akan mengulang lagi. Oleh karena itu, tenangkan saja balita Anda dengan cara memeluk lembut, dan tetap tidak memberikan apa yang ia minta.

2.    Ahli Melawan
Meski sudah berkali-kali diberi pengertian, agar anak mau minum menggunakan gelas, namun ia tetap ngeyel, dan terus meminta botol sebagai alat minum. Bila tak dituruti, dengan mudah ia menangis, atau mengamuk. Tak hanya itu, ia mulai pandai berargumentasi. Tak perlu emosi dalam menghadapi hal ini. Anda harus tetap bersikap tenang. Pahami latar belakang, dan penyebabnya anak terus membantah. Agar proses perpindahan botol menjadi gelas lebih menyenangkan, Anda pun harus menciptakan suasana yang menyenangkan. Alih-alih berkata, “Pokoknya mulai sekarang kamu harus minum pakai gelas!”, Anda bisa mengajaknya sambil berkata, “Kalau minum, pasti lebih seru, deh, kalau pakai gelas gambar beruang ini.” Berikan stiker, atau hadiah kecil jika anak minum dari gelas agar ia makin bersemangat.

3.    Banyak gaya
Jangan kaget bila kini anak pandai berdrama. Ini semua ia lakukan demi mendapatkan kenyamanannya kembali. Namun, tetap saja sikap seperti ini bisa saja membuat Anda emosi, apalagi bila drama yang ia ciptakan diiringi dengan rengekan atau tangisan. Sikap ini bisa saja muncul akibat Anda menerapkan disiplin yang terlalu ketat. Tetaplah konsisten pada hal-hal baru yang ingin Anda ajarkan. Dengan sikap yang lebih lembut, dan memberikan kata-kata yang menenangkan, Anda pun bisa memenangkan drama ini.

4.    Nempel terus
Sejak di dalam kandungan, kelembutan kulit, hangatnya suhu tubuh, dan merdunya suara detak jantung Anda, menjadi hal yang tak tergantikan bagi anak dalam mencari kenyamanan. Inilah mengapa, ia memilih untuk terus menempel pada Anda. Bila tiba-tiba anak memeluk erat, tandanya ia butuh penenang. Balaslah pelukannya sampai ia betul-betul merasa nyaman, dan melepaskan sendiri pelukannya. Pelukan efektif menumbuhkan rasa percaya dirinya kembali.

5.    Hobi manipulasi
Jurus tangis tanpa air mata bisa saja dikeluarkan balita Anda, saat keinginannya tak dipenuhi. Apalagi bila hal ini menyangkut kebiasaan yang bisa membuatnya nyaman. Tak pelak, tangisan kencang tanpa air mata membuat Anda ‘menyerah’ dan memberikan keinginannya. Namun, ingatlah bahwa anak adalah pengamat yang baik. Saat anak tahu kelemahan perasaan orangtuanya, ia akan terus mengulang dan ‘mempermainkan’ Anda. Oleh karenanya, Anda dan pasangan serta pengasuh harus terus konsisten saat mengajari anak melangkah pada fase berikutnya. Ketika Anda yakin bahwa anak sedang berusaha memanipulasi, Anda boleh mengabaikannya, dengan pura-pura melakukan hal lain. Begitu ia tenang, segera kembali perhatikan anak Anda untuk mengembalikan rasa percayanya terhadap Anda.

6.    Cari perhatian

Berperilaku seperti bayi merupakan salah satu contoh sikap yang dilakukan balita saat ia menginginkan perhatian lebih dari Anda. Kondisi ini menjadi seperti tanda kemunduran (regresi) perkembangan anak. Hal ini wajar terjadi apalagi bila ia memperoleh kemajuan besar dalam tahap perkembangannya, misalnya tidak lagi menggunakan popok. Di balik keberhasilannya, ia pun tampak cemas. Agar anak semakin percaya diri, jangan ragu untuk memberikan pujian bahwa ia sudah tumbuh menjadi anak yang lebih besar dan pintar.

Segera Khawatir Jika:

Bila di atas usia 3 tahun, anak masih bersikap tantrum, atau terlalu negatif saat ia mengalami hambatan dalam mendapatkan kenyamanan, maka Anda perlu khawatir. Jika anak tampak sangat kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan level kenyamanan, tampak kaku dan sangat sulit diatur, cobalah berkonsultasi dengan psikolog anak.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Agar Balita Mau Tidur Sendiri



Hai Bunda,... berikut ini tips agar balita mau tidur sendiri, semoga bermanfaat ya?

Perlahan tapi pasti, intip kiatnya agar si kecil sukses tidur sendiri di kamarnya. Berikut tipsnya :

1. Alasan yang masuk akal 
          Anak Anda perlu tahu alasan yang menurutnya masuk akal atau bisa diterima, barulah ia tergerak. Yang Anda perlu siapkan adalah alasan-alasan yang sesuai dengan usianya, misal “Kakak sudah mulai besar lho, kasur Bunda sudah tidak cukup lagi kalau kita tidur bertiga.” Atau “Hari ini tidur Bunda tidur di kamar tidur Bunda, kamu di kamar tidurmu, ya. Kamarmu lebih seru lho, ada lampu tidur binatangnya. Seru kan?” Hindari untuk membohongi si kecil, seperti pura-pura menemani tidur –si kecil menganggap Anda akan menemaninya tidur- lalu Anda meninggalkannya setelah ia tertidur. Ini justru membuat anak tidak percaya lagi pada alasan-alasan Anda.

2. Siapkan kamar yang nyaman
           Waktunya bermain! Melibatkan si kecil mendekor dan mengisi kamarnya dengan barang favorit. Berikan beberapa pilihan wallpaper, bedcover atau lampu tidur untuk memudahkan si kecil memilih. Agar tidak menciptakan lingkungan kamar tidur asing, sebaiknya tata kamar si kecil semirip milik Anda. Untuk menarik perhatian si kecil, tambahkan sedikit ornamen yang menarik, seperti tempat tidur bentuk tokoh favorit si kecil. Kenyamanan kamar si kecil juga perlu menjadi sorotan Anda. Selalu perhatikan kerapian, kebersihan, pencahayaan, dan tingkat kebisingan.

3. Mulai dari tidur siang
          Sudah punya kamar ideal sesuai versinya, kini juga sudah waktunya pula ditempati empunya! Menurut Jodi Mindell, penulis buku Sleeping Through the Night, Anda bisa mulai dengan membuatnya punya kebiasaan baru, yakni waktu tidur siang digunakan untuk momen ia tidur di kamarnya. Sedangkan malamnya, si kecil masih diizinkan untuk tidur satu kamar bersama Anda, tetapi berbeda kasur. Dan jangan lupa untuk selalu menjelaskan alasan kenapa ia perlu tidur di kamarnya sendiri.

4. Barang andalan
          Satu per satu keterampilan si kecil ingin Anda tambah dan kebiasaan buruk ingin Anda bantu perbaiki. Salah satunya, ia selalu membawa ke manapun barang andalannya agar mudah terlelap, semisal bantal bayi favorit. Meskipun tergoda juga ingin segera menghentikan kebiasaannya itu, namun perhatikan kembali prioritas Anda saat ini, yaitu membiasakan si kecil tidur di kamar sendiri. Hindari menuntut si kecil melakukan banyak hal dalam satu waktu, terlebih kali ini ia sedang menjalani proses adaptasi pada kamar baru.

5. Ritual sebelum tidur
          Buat ritual tidur baru yang lebih menyenangkan bagi si kecil. Misalnya Anda menciptakan tos sebelum tidur atau mendongeng disertai memeragakan tokohnya dengan boneka-boneka. Lakukan ritual itu jika ia mau untuk tidur sendiri di kamarnya. Jika ia menolak untuk tidur sendiri, tolak permintaannya untuk melakukan ritual tidur terbaru a la Anda. Hal ini akan menstimulus si kecil untuk tertarik tidur di kamar sendiri karena ingin melakukan ritual tidur yang seru.

6. Bisa jadi, ia pindah lagi 
          Bak penyelinap, tiba-tiba di tengah malam, si kecil sudah berada satu kasur lagi dengan Anda. Tidak perlu cepat kesal, hal ini wajar saja terjadi karena si kecil belum terbiasa. Ketika terbangun, ia segera mencari kenyamanan yang biasa didapat dari orangtua. Seperti yang dilansir babycenter.com, sesekali izinkan ia tidur bersama tapi di kasur yang berbeda. Selanjutnya, sebaiknya ajak anak dengan lembut untuk kembali ke kamarnya. Temani ia terlebih dahulu dan ingatkan kembali alasan ia harus tidur di kamar sendiri.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

21.9.15

Tips Mengatasi Anak Yang Tantrum di Depan Umum


Hai bunda,... berikut ini tips mengatasi anak yang tantrum di depan umum, semoga bermanfaat...

Balita Anda yang berusia 2 tahun kini tengah mengenali dan mengeskplorasi lingkungan sekitarnya. Ia pun mulai memiliki keinginan sendiri, dan mulai mengetahui apa saja yang disukai dan tidak disukai olehnya. Tak hanya itu, baginya semua hal kini berpusat pada dirinya (egosentris), karena itu anak terlihat kerap memaksakan kehendaknya.

Karena ia belum piawai mengungkapkan perasaan dan emosinya melalui kata-kata, maka yang dilakukannya adalah menangis, berteriak, dan mengamuk atau disebut dengan tantrum. Tak jarang hal tersebut dilakukannya saat berada di ruang publik, dan sukses membuat muka Anda memerah akibat malu. Namun sesungguhnya, tantrum atau luapan kemarahan anak, merupakan bagian dari pertumbuhan emosional balita dan hal ini wajar terjadi.

Menurut Diane Ryals, pendidik ekstensi kehidupan keluarga dari University of Illinois, Illinois, AS, tantrum menjadi masalah ketika orangtua menyerah pada anak terlalu cepat atau terlalu sering. Sehingga berakibat mengajarkan pada anak bahwa dengan mengamuk adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Berikut hal-hal yang dapat Anda lakukan saat menghadapi balita tantrum di tempat umum:

1. Buat Kesepakatan Sebelum Pergi
Sebelum bepergian, buatlah kesepakatan secara rinci dengan anak. Misalnya saat akan mengajaknya berbelanja ke pasar swalayan, katakan padanya, Hari ini Bunda akan pergi berbelanja. Kamu boleh ikut tapi harus janji tidak akan merengek atau menangis minta dibelikan mainan, cokelat, permen, dan es krim. Bunda hanya akan membelikan kamu susu dan biskuit. Kalau kamu tetap menangis atau berteriak memaksa Bunda membelikan yang kamu mau, sore hari kamu tidak boleh bermain di taman bersama teman-teman”. Jika sudah sepakat, baru ajak ia untuk pergi. Jika anak melanggar kesepakatan, terapkan konsekuensi pada anak saat itu juga. Konsistensi berperan penting dalam mendisiplinkan anak untuk menghilangkan kebiasaan tantrum.

2. Tenangkan Diri Anda
Saat Anda mendapati balita tantrum, sebelum menenangkannya, sebaiknya Anda lebih dulu menenangkan diri sendiri. Sebab bila tidak, Anda akan kesulitan mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi anak. Pada kondisi ini pula, Anda sekaligus berkesempatan mengajarkan balita cara yang tepat merespon emosi orang lain.

3. Kenali Penyebab Tantrum
Dengan mengetahui pencetus tantrum pada anak, maka Anda diberikan kemudahan untuk dapat menanganinya. Penyebab tantrum bermacam-macam, di antaranya karena tidak terpenuhinya keinginan anak, ia lelah, mengantuk, bosan, atau lapar. Terlebih, di usia ini beberapa anak belum dapat mengungkapkan emosinya melalui kata-kata, karena itu mereka memilih untuk menangis atau berteriak. Oleh karena itu, Anda sebaiknya jeli melihat keadaan. Bila hendak mengajak anak bepergian, pastikan anak dalam keadaan sehat, sudah kenyang, dan tidak mengantuk.

4. Segera Tenangkan Anak
Peluk tubuh anak dengan erat lalu ajak ia beranjak dari tempat tersebut dengan perlahan. Bagi sebagian anak –terutama anak yang baru pertama kali atau tidak terlalu sering tantrum- cara tersebut dapat segera meredakan tantrum dan memberikan rasa aman dan nyaman. Kemudian setelah ia tenang, segera alihkan perhatian anak dengan hal lain yang dapat menarik perhatiannya. Misalnya dengan mengajak anak makan pasta atau biskuit favoritnya

5. Abaikan dan Jangan Melunak
Segala cara sudah Anda terapkan, tetapi tak juga membuahkan hasil. Biarkan ia menyelesaikan tangis dan teriakannya, Anda tak perlu lagi menghampiri dan membujuknya. Jangan bersikap lunak dengan segera memberikan yang diinginkan anak agar tantrumnya segera usai. Jika Anda melakukannya, artinya si 2 tahun telah berhasil memanipulasi Anda, dan jangan kaget jika di lain waktu ia akan mengulangi kembali aksinya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya. Hampiri anak hingga tangis dan teriakannya reda dengan sendirinya, karena lama-kelamaan ia juga akan lelah dan bosan karena aksinya tak ditanggapi.

6. Bawa Anak ke Tempat Sepi
Jika aksinya mulai mengganggu orang-orang di sekitarnya atau bahkan membahayakan diri sendiri dan orang lain, misalnya ia mulai  membenturkan kepala ke dinding atau melempar barang ke segala arah, segera pindahkan anak ke lokasi yang lebih sepi. Anda dapat membawanya ke mobil, lalu pegang erat kedua tangan dan tubuh anak, kemudian tatap matanya namun Anda tak perlu berkata apapun. Tunggu 15 hingga 20 menit, biasanya anak akan berhenti menangis dan berteriak karena ia mulai lelah, dan saat itulah Anda dapat mengajaknya berbicara. Tidak perlu memaki anak, namun Anda boleh dengan tegas mengutarakan perasaan kecewa dan tidak suka atas perilakunya tadi.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Mengajarkan Disiplin Pada Anak Berdasarkan Tipe Anak


Hai bunda,... berikut ini tips mengajarkan disiplin pada anak berdasarkan tipe anak, semoga bermanfaat ya?

Disiplin perlu diterapkan sedini mungkin agar anak dapat memahami konsep "benar dan salah", meski ia butuh waktu untuk memahami  konsep tersebut. Beberapa ahli mengatakan, kesalahan terbesar dalam mendisiplinkan anak adalah ketika bertentangan dengan alam mereka. 

Dalam  buku “The Child Whisperer; The Ultimate Handbook for Raising Happy, Successful, and Cooperative Children”   Carol Tuttle, terapis energi dan guru spiritual asal AS menuliskan tentang empat tipe anak. Berdasarkan itu,  menurutnya, Anda dapat menerapkan disiplin dengan memahami apa yang ia butuhkan, bagaimana mengerti maksud lain dari sikapnya –caranya dengan bertanya pada diri sendiri-, dan bagaimana cara menghadapinya.

Tipe 1: Anak penuh cinta
KEKUATAN: ada di dalam kemampuan bersosialisasi.
KARAKTER: sosok  yang friendly dan periang. Setiap hari ia  penuh semangat dan kerap random dalam melakukan atau menyukai sesuatu. Anak tipe ini terkesan hiperaktif dan sulit diandalkan.
KEBUTUHAN: sesuatu yang sifatnya menyenangkan untuk dilakukan dan happy parents.

CARA MENGHADAPI
1. refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
o Apakah ia dikontrol berlebihan?
o Jangan-jangan ia merasa sendirian?
o Apakah Ia merasa hidupnya kurang playfull?
Jika benar, bisa jadi perilakunya adalah bentuk ungkapan non-verbal-nya.

2. Berikan kejutan-kejutan kecil seperti jalan-jalan ke area bermain air atau ke pasar malam. Anak tipe ini butuh suasana baru yang ceria.

3. Kenalkan ia pada anak dari teman Anda. Ia butuh bermain dengan anak lain dan bahagia bila bisa menjalin persahabatan dengan banyak anak.

4. Ciptakan suasana seru dan menyenangkan, meski dengan cara yang sederhana. Misalnya, manfaatkan sisir untuk kegiatan bernyanyi.

Tipe 2: Anak sensitif
KEKUATAN: terletak pada emosionalnya.
KARAKTER: perasaannya sangat halus, lemah lembut, dan sangat berhati-hati menggunakan perasaannya yang membuatnya bijaksana, meski ia sering dibilang pemalu dan hipersensitif.
KEBUTUHAN: kekuatan perasaan, sebab ia lebih sering melihat dan menilai sesuatu berdasarkan rasa. Ia juga membutuhkan koneksi kuat dengan keluarga karena hanya keluarga yang dianggap paling mengerti perasaannya.

CARA MENGHADAPI
1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
o Apakah ia merasa tidak didengarkan suaranya?
o Apakah ia merasa keinginannya sering diabaikan?
o Apakah ada kegiatannya yang tidak sesuai dengan keinginannya?
Jika benar, bisa jadi perilakunya itu adalah bentuk ungkapan non-verbal nya.

2. Tenangkan ia dengan cara memeluk, mencium, atau mengukapkan kata-kata cinta. Kata-kata dari orang  dicintainya akan membuatnya luluh.

3. Berikan ia waktu untuk relaks tak perlu didondir dengan pertanyaan “kenapa” atau omelan. Bisa jadi ia jenuh dengan aktivitasnya saat itu.

4. Buat koneksi dengan ‘signal’ yang sama dengan balita Anda. Masuk dan dalami perasaannya. Caranya tak lain adalah sering ngobrol berdua atau lakukan aktivitas nge-date. 

Tipe 3: Anak tekun
KEKUATAN: terletak pada tubuh atau fisiknya.
KARAKTER: anak yang sangat aktif, energik gigih, super sibuk, dan selalu tekun melakukan kegiatan yang sudah dipilihnya. Tak heran bila banyak yang menyebutnya sebagai anak ambisius dan penuntut.
KEBUTUHAN: pengalaman-pengalaman baru yang menantang. Hal ini membuat ia juga butuh orangtua yang selalu mendukung dirinya melakukan kegiatan-kegiatan barunya.

CARA MENGHADAPI
1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
o  Apakah ia merasa kurang dengan aktivitas yang menuntut tubuhnya untuk bergerak?
o  Apakah ia terlalu sering mendengar kata “Tidak” ?
o  Apakah ada sesuatu yang membuat dirinya mudah menyerah?
Jika benar, bisa jadi perilakunya adalah bentuk ungkapan non- verbal-nya.

2. Selalu penuh semangat untuk mendorongnya melakukan tugas yang sudah dipilihnya atau dorong ia mencoba hal-hal yang baru.

3. Bebaskan ia bergerak dengan membiarkannya  mengekplorasi apa yang ada di dekatnya. Biarkan ia bebas menggerakan anggota tubuhnya.

4. Sediakan dan up-date list tempat petualangan yang perlu ia coba. Info terbaru bisa Anda peroleh dari rubrik weekenders ayahbunda.

Tipe 4: Anak super serius
KEKUATANNYA adalah sisi intelektual.
KARAKTER suka menganalisa, menghasilkan sesuatu, dan memilih untuk menyelesaikan tugas apa pun yang sudah dimulai. Biasanya tugasnya berakhir dengan tepat dan digambarkan secara detail. Ia cenderung suka mengkritik.
ANAK BUTUH dihargai hasil karyanya dan biasanya ia akan memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang ia terima.

CARA MENGHADAPI
1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
o  Apakah ia butuh dihormati lebih besar dibandingkan anak lain?
o  Apakah ia butuh waktu untuk fokus dalam memelajari sesuatu?
o  Apakah ada sesuatu yang menurutnya tak sesuai dengan pengertiannya?
Jika benar, bisa jadi perilakunya itu adalah bentuk ungkapan non-verbal-nya.

2. Hormati apa yang sudah dilakukannya.

3. Dukung langkah-langkahnya, meski terkadang kurang tepat. Beri ia  kritik, namun  cara yang membuatnya terkesan bodoh.

4. Fokus mendengarkan ketika ia menjelaskan sesuatu.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Menghadapi Balita Yang Tidak Mau Berbagi


Hai bunda,.. berikut ini tips menghadapi balita yang tidak mau berbagi, semoga bermanfaat...

Secara umum anak balita belum mengerti apa arti berbagi. Memang rasa mau berbagi tidak muncul secara alami. Apalagi untuk balita. Malah sebaliknya, mereka tidak ingin berbagi mainannya atau wilayah bermain dengan orang lain, tidak jarang ada yang hanya ingin berbagi dengan orang tuanya saja. Jika mainannya diambil, pasti akan menangis, bahkan mengamuk! Jika wilayah bermainnya dimasuki orang lain, ia pasti melarang keras. Orang tua pun jadi kebingungan, kewalahan, bahkan frustasi hingga malu jika anaknya berebut mainan hingga menangis keras-keras. Bagaimana cara menghadapinya?

1.    Ajak main di luar rumah
Sering mengajak anak bermain di luar bisa menjadi salah satu cara menghadapinya. Dengan begitu, anak akan bertemu teman sebaya dan bersosialisasi. Anda dapat menjadwalkan kunjungan rutin ke sebuah taman dekat perumahan atau playground. Mainan yang ada di sana merupakan milik bersama, sehingga sangat bisa dijadikan pelajaran agar anak dapat berbagi dengan temannya.

2.    Bermain bersama itu baik lho!
Tidak jarang ada anak yang hanya main sendiri terus-terusan, karena enggan  berbagi miliknya. Tanamkan konsep bahwa bermain bersama itu baik. Ajarkan permainan atau kegiatan yang dilakukan bersama-sama sebagai hal yang menyenangkan. Jika hal ini dilakukan terus-menerus, pasti anak akan terbiasa dan mulai bersedia berbagi dengan orang di sekitarnya. Selain itu bermain bersama teman-temannya juga bisa membangun pertemanan dan mengajarkan anak untuk bekerja sama. Bunda dapat memulainya dengan merencanakan playdate dengan teman sebaya.

3.    Role model tokoh anak
Salah satu cara paling mudah bagi anak untuk belajar sikap berbagi adalah dengan meniru. Selain orang tua, tokoh kartun idola buah hati bisa menjadi contoh untuk berbagi. Pilih tokoh kartun yang baik dan sering bermain bareng teman-temannya ya, Bunda. Jika anak sudah mulai berebut atau tidak ingin berbagi, bunda dapat berkata “Nak, Winnie The Pooh  dan teman-temannya kalau main selalu bersama-sama, tidak rebutan.”  Dengan begitu, anak pasti akan mencontoh tokoh idolanya dengan baik dan mau belajar berbagi dengan teman sekitarnya.



4.    Anak kembar, belikan mainan yang berbeda
Biasanya untuk para orang tua yang memiliki anak kembar, mereka hanya akan membelikan mainan satu macam untuk masing-masing. Nah, Ayah dan Bunda dapat menerapkan dengan konsep berbeda dari biasanya, yaitu membelikan mainan yang tidak sama. Tujuannya, untuk mengajarkan mereka berbagi dan bergantian. Penerapannya dapat dilakukan dengan membuat suasana main berbagi satu sama lain, bergantian, atau bersama-sama jitu jauh lebih mengasyikkan. Seperti contohnya, ketika anak rebutan boneka, ajak anak yang lain mengambil perlengkapan dokter, jadilah bermain dokter dan pasien. Satu anak sebagai dokter, satu anak lagi sebagai ibu yang membawa anaknya sebagai pasien. Dengan begitu anak dapat bermain dengan seru, ceria dan saling berbagi.

5.    Ini punyaku & itu punyamu

Bunda dapat mengajarkan bahwa merebut barang atau mainan milik orang lain tidak baik. Untuk awal, berikan contoh kejadian yang sering terjadi di dalam rumah atau keluarga. Seperti, kalau anak mau pinjam barang orang tua seperti gadget, beritahu dirinya kalau gadget  tersebut adalah milik Ayah, sehingga meminjamnya harus dengan cara baik dan dikembalikan seperti semula. Jika di dalam rumah ia sudah paham barang miliknya dan milik orang lain, maka saat  ia bermain di luar bersama teman-temannya, ia akan menerapkan konsep yang sudah diajarkan dari rumah.

6.    Berikan reward pada anak
Jika anak sudah mulai berubah dan memperbaiki sikapnya menjadi lebih ingin berbagi pada orang sekitar, berikan reward atau hadiah. Bunda dapat memberikan hadiah berupa buku cerita, alat mewarnai, hingga mainan. Ingat, reward tidak selalu berupa hadiah, lho. Bunda juga dapat memberikan pujian ketika ia mau berbagi. Ini efektif untuk memupuk semangat untuk mengulangi tindakan baik itu.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

19.9.15

Beberapa Penyebab Balita Menangis Pada Hari-hari Pertama Sekolah Dan Cara Mengatasinya


Hai bunda,... balita anda menangis di Sekolah pada hari-hari pertama sekolah? Nah berikut ini beberapa penyebabnya dan cara mengatasinya, semoga bermanfaat....

Si kecil menangis tersedu-sedu di gerbang sekolah? Tentu saja, sebagian besar anak balita yang baru masuk sekolah membutuhkan bantuan untuk berdaptasi dengan lingkungan dan aktivitas  yang serba  baru itu. Namun, untuk memberi bantuan yang tepat kepadanya, ketahui terlebih dulu makna di balik tangis si kecil.
Inilah beberapa alasan mengapa anak menangis pada hari-hari pertama sekolah, beserta bantuan yang dapat Anda berikan.

1. Dia takut tidak punya teman.
          Meskipun melihat dan bertemu dengan banyak teman sebaya, si kecil ternyata menangis karena ia khawatir tidak dapat bergabung atau tidak disukai dan atau diterima oleh teman-teman barunya itu, sehingga ia akan sendirian dan kesepian.
Bantuan Anda… Ketika mengantarnya ke sekolah,  pertemukan di kecil dengan staf pengajar yang selalu standby di kelas atau di playground, lalu sampaikan padanya kekhawatiran si kecil. Biasanya miss akan sangat mengerti, sehingga akan mempertemukan anak  dengan salah seorang teman, agar mereka bisa bermain bersama.  Hal ini merupakan awal bagi anak untuk mengembangkan pertemanan, dimulai dari  satu teman, menjadi dua teman, dan seterusnya hingga menjadi satu kelompok bermain dengan kesamaan jenis kelamin, minat atau hobi.    Untuk membuat proses ini lancar, Anda bisa meminta bantuan miss untuk memastikan anak memiliki teman setiap hari di awal sekolah.

2. Ia berpikir, tidak bisa melakukannya tanpa Bunda.
          Banyak anak 3-4 tahun merasa tidak berdaya tanpa Bunda, sehingga membayangkan untuk berada di sekolah selama beberapa jam tanpa kehadiran Bunda, akan membuat air matanya jatuh bercucuran.
Bantuan Anda… Mulailah hari dengan optimis serta sikap positif tatkala mengantar anak ke sekolah. Katakan, yakinkan dan ulangi, bahwa ia bisa melewati hari ini dengan baik. “Kamu akan bertemu dengan banyak teman yang baik, mendengarkan dongeng dari ibu guru, dan banyak kegiatan seru yang sudah menunggu.” Selain itu, buka dan ingatkan memorinya, saat si kecil bisa mengatasi masalah tanpa Anda. “Ingat nggak,  waktu kamu playdate di rumah temanmu tanpa Bunda, kamu tetap bisa bersenang-senang dan tidak menangis, kan?” dan cerita sukses lainnya, demi memberikan suntikan energi keberanian pada si kecil.

3. Ia takut, Anda tidak akan kembali.
          Tentu saja, Anda akan kembali mendatangi si kecil saat jam sekolah berakhir. Namun ternyata ia ragu akan hal itu, karena mungkin, sebelumnya Anda pernah melanggar suatu janji kepadanya, sehingga ia khawatir kali ini pun Anda cuma lip service.
Bantuan Anda… Terus mengingatkan bahwa Anda pasti kembali, termasuk sewaktu Anda meninggalkannya dengan staff pengajar di pagi hari. “Bunda akan menjemputmu kembali sesegera mungkin. Semoga harimu menyenangkan, ya,  Nak!”  Pesan sederhana namun tegas ini, diharapkan dapat membuatnya merasa aman. Yang terpenting adalah, penuhi janji Anda, dan usahakan tidak terlambat menjemputnya di sekolah.

4.  Ia berpikir sesuatu yang buruk akan menimpanya.
          Sekolah merepresentasikan dunia luar yang baru bagi anak. Bisa jadi anak memiliki ketakutan di dunia baru ini ada mara bahaya mengintai selepas Bunda pergi, seperti orang jahat yang akan menyakitinya di sekolah atau teman yang nakal. Bayangan-bayangan buruk itu bisa  menghilang, atau sebaliknya bertambah menakutkan, tergantung pada reaksi Anda saat menyikapinya.
Bantuan Anda… Tetap tenang dan percaya diri ketika si kecil menangis atau menunjukan kecemasan. Katakan, “Jangan takut, Nak. Kamu aman kok, di sekolah, semuanya akan baik-baik saja.”  Berikan ia salam perpisahan dengan peluk dan cium yang hangat. Tidak lupa, pasang senyum lebar pada wajah Anda.

5. Ia percaya sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada Anda.
          Sebaliknya, ada juga balita yang menangis ketika akan berpisah dengan Bunda di sekolah, karena khawatir sesuatu yang buruk akan menimpa Bunda saat tidak bersama anak, misalnya  anak berhalusinasi Bunda mengalami kecelakaan, sakit atau mati. Ketakutan ini akan semakin menjadi apabila saat mengantarnya ke sekolah, Anda tampak kurang sehat, atau Anda sedang sedih gara-gara bertengkar dengan ayah si kecil tadi pagi.
Bantuan Anda… Sebaiknya memang ciptakan pagi yang ceria dan bebas dari konflik pada hari-hari pertama sekolah, agar mood Anda bagus, sehingga “menular” kepada anak menghasilkan suasana hati yang baik pula.  Jadi, bila terpaksa berselisih paham dengan suami di pagi hari, usahakan tidak terdengar anak. Isilah waktu perjalanan ke sekolah dengan  percakapan yang riang dan gembira, bukan omelan terhadap lalu lintas yang macet, misalnya.

6. Ia mengalami masalah di sekolah, dan tak bisa mengatasinya.
          Anda musti jeli mengamati, sebab kadang-kadang tangisan merupakan kode yang mengarahkan bahwa si kecil tengah menghadapi masalah. Misalnya, kemarin ada temannya yang menginjak sepatunya dengan sengaja, atau ia tidak menyukai salah satu staff pengajar atau orang dewasa lainnya di sekolah.
Bantuan Anda… Temui dan bicarakan hal ini dengan wali kelas. Bila sudah menemukan titik permasalahanya, segera ambil tindakan untuk membantu si kecil keluar dari masalahnya.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Mengajarkan Balita Menjadi Anak Yang Mandiri


Hai bunda,... berikut ini tips mengajarkan balita anda menjadi anak yang mandiri, semoga bermanfaat ya? 

Seiring dengan berkembangnya psikososial anak, membuat kebanyakan anak ingin bisa melakukan segalanya sendiri. Seperti dipaparkan oleh ahli perkembangan anak, Erik Erikson, di usia 2-3 tahun dalam diri anak mulai tumbuh kebutuhan untuk mandiri (self autonomy) dan kebutuhan ini makin meningkat di usia prasekolah. Mereka memiliki keinginan yang besar untuk menunjukkan pada orang lain bahwa ia mampu melakukan seperti yang orang dewasa lakukan. Sayangnya, aksi anak itu seringkali membuat berantakan, was-was, dan gregetan sehingga membuat Anda tak sabaran kala membiarkan anak melakukan sesuatu sendiri. Padahal apresiasi dan stimulasi merupakan ‘bahan bakar’ yang tepat agar anak berhasil.
Berikut adalah berbagai ‘layanan’ yang perlu Anda berikan untuk memfasilitasi setiap aksi mandirinya dalam rutinitas sehari-hari.

Mandi
Keterampilan anak untuk membersihkan anggota tubuh sebaiknya diawali dengan proses toilet training secara benar.
  1. Tahap awal, berikan arahan apa saja yang dibutuhkan pada saat mandi. Misalnya sabun, sampo, dan handuk. Pastikan alat keperluan mandi mudah dijangkau oleh balita. Hal ini untuk menghindari kemungkinan ia jatuh dan terluka.
  2. Jelaskan dan tunjukkan bagaimana cara dan urutan mandi yang tepat. Misalnya, cara berkeramas dan menyabuni anggota tubuh. Jika pada bagian punggung sulit dijangkau oleh tangannya, hindari untuk langsung membantunya. Biarkan ia berusaha sendiri hingga ia meminta bantuan pada Anda. Jangan lupa untuk memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan jika busa sabun atau sampo mengenai matanya.
  3. Pasang papan keberhasilan untuk menempelkan stiker tanda anak berhasil menggunakan toilet untuk buang air kecil atau buang air besar, menyabuni setiap anggota tubuh, dan berkeramas dengan benar.
  4. Lakukan kegiatan seru di kamar mandi, seperti memasang obat khusus untuk membuat air di kloset menjadi biru. Saat menekan tombol flush, jelaskan bahwa setiap kotoran dari urine atau BAB-nya akan dibersihkan oleh kloset itu.
  5. Usai mandi, ajari anak untuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk di dalam kamar mandi. Lalu keluar dari kamar mandi dengan terbalut handuk –tidak telanjang-.

Berpakaian
Menginjak usia dua tahun, anak tak hanya memahami fungsi dari pakaian saja. Ia mulai ingin mengenakannya sendiri dan mengenal pakaian dengan berbagai gaya, sehingga tak jarang mereka hanya ingin pakai pakaian yang dipilihnya sendiri.
  1. Awali dengan menunjukkan cara mengganti pakaian pada boneka. Pilih boneka yang cukup besar sehingga jemarinya lebih mudah membuka dan memasangkan pakaian.
  2. Tata pakaian balita di atas tempat tidur sesuai dengan urutan pemakaian, seperti meletakkan kaos atau kemeja dilanjutkan celana atau rok di bagian tengah, kemudian kaos kaki di bagian terakhir. Cara ini akan membantunya mengetahui urutan yang benar dalam mengenakan busana.
  3. Beri contoh cara mengancingkan atau menarik resleting pakaian. Lakukan secara perlahan agar ia dapat memahami dan bisa mengikuti gerakan-gerakan tangan Anda. Anda dapat mengawali ‘pelajaran’ ini dengan alat bermain yang sekaligu dapat dijadikan alat peraga, berupa papan datar dengan dummy baju berkancing dan bertali. Anak bisa melatih keterampilan taktil tangan dengan mengancingkan pakaian di papan tersebut.
  4. Bila sudah terbiasa, tambahkan variasi pakaian seperti topi, jaket, kardigan, rompi, dan sebagainya.
  5. Tempatkan pakaian dalam jangkauan mereka. Bila pakaian tergantung tinggi di lemari pakaian seukuran orang dewasa, anak akan sulit memulai proses belajar mengenal pakaian dan ragamnya. Tempatkan pakaian anak di lemari pakaian khusus untuk anak yang bisa mereka sentuh dan raih.

Menyisir Rambut
Balita juga senang ketika punya kesempatan menata rambutnya sendiri. Aktivitas asyik ini dapat Anda ajarkan melalui cara berikut:
  1. Berikan sisir khusus anak-anak karena akan lebih mudah ia genggam dan nyaman untuk kulit kepala serta rambutnya.
  2. Tunjukkan cara Anda menyisir rambut sambil bercermin. Setelah itu, minta anak untuk menyisir rambutnya sendiri.
  3. Gunakan rambut boneka untuk mengasah keterampilannya menyiris rambut.
  4. Jelaskan pula manfaat dari menyisir rambut, seperti membuatnya terlihat lebih rapi dan rambut akan lebih sehat.
  5. Bila sudah mahir, Anda dapat meminta anak untuk bereksplorasi dengan rambutnya. Misalnya, menyisir poni, membentuk rambut jambul ala Tintin, dan sebagainya.
Cuci Tangan
Hobi eksplorasi beriringan dengan hobi ‘pegang-pegang’. Namun tak semua benda yang ia sentuh terjamin kebersihannya. Anak perlu bimbingan agar terbiasa menjaga kebersihan tangan, caranya:
  1. Siapkan tempat mencuci tangan yang mudah diraih anak atau sediakan bangku kecil di bawah wastafel Anda. Kemudahan ini dapat menambah semangat balita.
  2. Ajari bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Bila perlu tempel urutan mencuci tangan di wastafel Anda. Klik http://www.fem.gp/jg5Sqv untuk mengetahui cara benar mencuci tangan.
  3. Sediakan sarana mencuci tangan yang menarik agar anak makin semangat. Misalnya sabun cuci anak dengan warna favorit anak Anda atau handuk bergambar tokoh favoritnya.
  4. Lakukan prosesi mencuci tangan sambil bernyanyi. Anda bisa pilih lagu-lagu kesayangan anak atau menciptakan lagu dengan lirik yang terkait mencuci tangan. Ia pasti happy!
  5. Jadikan diri Anda sebagai teladan anak. Bila anak terbiasa melihat Anda mencuci tangan, ia akan meniru dan kelak akan menjadi kebiasan.
  6. Jangan bosan mengingatkan anak untuk cuci tangan sebelum makan atau sesudah dari kamar mandi.

Sarapan
Merupakan rutinitas yang penting bagi Anda dan balita untuk menabung energi agar bisa menjalani hari. Dan anak butuh suasana menyenangkan untuk menikmati sarapannya.
  1. Sebaiknya sarapan tidak langsung tersaji di piring anak. Ajari anak untuk mengambil sendiri nasi, lauk, sayur, dan minumnya. Anda juga dapat sekaligus mengenalkan mengambil makan sesuai dengan porsinya.
  2. Berikan anak 2-3 pilihan menu sarapan yang mudah dimakan sehari sebelumnya. Dan sediakan menu yang bervariasi agar anak tidak bosan dan memiliki kesempatan eksplorasi rasa makanan.
  3. Ikut sarapan bersama anak agar ia makin memahami bahwa sarapan memang penting dilakukan. Lagipula sarapan dapat dijadikan momen bercerita atau bonding Anda dengan balita.
  4. Tunda dahulu berita pagi melalui televisi. Suara televisi bisa merusak selera sarapan anak karena ia  pasti ingin ikut menonton televisi.
  5. Bermain permainan makanan sehat: minta anak mencari gambar makanan, gunting, dan tempel di pintu lemari es. Ingatkan anak pentingnya makan makanan sehat.
  6. Jelaskan konsekuensi bila ia tidak sarapan. Misalnya, “Kalau kamu sarapan, nanti kamu akan lebih kuat saat bermain.”
  7. Usai sarapan, minta anak untuk meletakkan piring dan gelasnya ke dapur, serta membantu Anda membereskan meja makan.

Menyikat gigi
Menyikat gigi menjadi salah satu penentu kesehatan gigi anak. Anda perlu ajari anak menyikat gigi sendiri secara rutin dan bersih.
  1.  Berikan pilihan sikat dan pasta gigi yang tepat dan aman untuk anak-anak. Biarkan anak yang memilih rasa pasta gigi atau gambar dan warna sikat giginya agar rutinitas menyikat gigi menjadi lebih menyenangkan.
  2. Ajari kapan anak perlu menyikat gigi. Waktu yang tepat adalah minimal sesudah sarapan dan sebelum tidur malam.
  3. Beri contoh gerakan menyikat gigi. Berdiri bersamanya di depan cermin yang terletak di atas wastafel. Minta ia memegang sikat giginya dan memerhatikan contoh gerakan sederhana sikat gigi yang Anda lakukan.
  4. Jangan lupa untuk berkumur dengan air matang usai menyikat gigi. Lalu bersihkan sisa-sisa busa pasta gigi yang menempel di pipinya. Agar anak terhindar dari risiko diare akibat kuman penyakit dan kotoran yang mungkin terkandung di dalam air mentah apabila tertelan.
  5. Di tahap awal, sebaiknya Anda tak mempersoalkan teknik menggosok gigi yang tepat. Terpenting adalah bagaimana bisa membangun kebiasaan menyikat gigi secara rutin.
  6. Jelaskan manfaat menyikat gigi lewat buku cerita atau film.

Memakai Sepatu
Mengajari anak untuk memakai sandal dan sepatu prinsipnya sama dengan mengajarkanberpakaian sendiri.
  1. Sediakan sepatu dengan model pantovel atau sepatu berperekat velkro agar anak mudah memasukkan kaki dan mengancingnya. Sebaiknya hindari dengan memberikan sepatu bertali karena cukup rumit untuk anak yang baru belajar pakai sepatu.
  2. Agar mengenakan sepatunya tidak terbaik, tempelkan stiker berwarna pada bagian pinggir sepatu yang bersisian. Katakan pada anak bahwa sisi sepatu yang ditempeli stiker harus menempel. Jika tidak, berarti ia memakai sepatu terbalik.
  3. Belikan sepatu berukuran tepat agar kaki anak nyaman dan tidak menghambat pertumbuhan kakinya.

Menikmati Bekal
Membiasakan membawa anak bekal makanan ke sekolah adalah baik sebab Anda melindungi kesehatan tubuh. Namun, bagaimana caranya agar balita dapat menikmati bekalnya?
  1. Berkoordinasi dengan pihak sekolah (seperti guru) tentang jadwal menu bekal yang sebaiknya disediakan oleh orangtua.
  2. Saat jam makan siang, buah hati Anda akan belajar tentang kebersamaan. Mereka bisa menikmati bekal bersama-sama atau bahkan bisa berbagi bekal dengan teman-temannya.
  3. Kreasikan bekal sehat anak dengan bentuk yang menarik untuk menggugah semangat dan gairah makannya.

Tidur Siang
University of Massachusetts di AS menemukan bahwa tidur siang dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar balita. Saat tidur siang, otak mereka banyak mengolah informasi. Yuk, biasakan balita untuk tidur siang!
  1. Lakukan rutinitas tidur siang 1-2 jam setelah makan siang (jangan terlalu sore) dan paling sedikit 2-4 jam sebelum waktu tidur malam.
  2. Berikan anak aktivitas aktif sebelum tidur siang agar ia lebih mudah diajak untuk tidur siang karena kondisi tubuh yang sudah lelah.
  3. Anda bisa gunakan “jam istirahat” atau “jam tenang” untuk menyebut tidur siang. Karena beberapa anak merasa kata “tidur siang” menjadi kata yang menakutkan atau paksaan.
  4. Tawarkan pilihan, “istirahat sekarang atau 5 menit lagi?” Ini akan memberinya ‘kendali’ untuk menentukan waktu tidur siang.
  5. Bacakan dongeng, buku cerita atau memeluk boneka untuk membantu balita berhasil tidur siang.
  6. Ciptakan suasana yang nyaman –seperti pada saat tidur malam-untuk mendukung suasana tidur siangnya. Misalnya pencahayaan yang redup, suhu udara tidak panas dan tidak dingin, serta tenang.
  7. Jika anak sudah bangun dari tidur, minta ia untuk bangun sendiri dengan tidak rewel dan tidak perlu digendong.
Membereskan Tempat Tidur
Bertanggung jawab untuk membereskan sendiri atas apa yang sudah digunakan perlu diajarkan pada anak, salah satu contohnya adalah membereskan tempat tidur.
  1. Minta anak untuk menata kembali letak bantal, guling, dan seprai seperti sebelum ia tidur. Memang hasilnya tidak seperti yang Anda lakukan.
  2. Melipat selimut juga perlu Anda kenalkan. Anda bisa awali dengan memberikan sapu tangan. Tunjukkan bagaimana cara melipatnya kembali. Lalu ajak anak untuk melipat selimut berdua, selanjutkan biarkan ia melipat selimutnya sendiri.
  3. Jika balita Anda sudah tidur di tempat tidur atau kamar sendiri, hindari membiarkannya membereskan tempat tidur Anda. Justru Anda perlu memberikan contoh kebiasaan membereskan tempat tidur usai bangun tidur.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

17.9.15

Tips Ciptakan "Bayi Bahagia"



 Hai bunda,... berikut tips menciptakan "bayi bahagia", semoga bermanfaat....

Anda boleh  bangga,  tiga  minggu setelah melahirkan, Anda mulai mahir membedakan ‘irama’ tangis  pertanda si kecil lapar, dan pertanda popoknya basah. Hari demi hari pun,  kemampuan Anda sebagai orangtua baru terus meningkat. Anda pun semakin percaya diri. Namun tetap saja ada rasa cemas menyelinap di benak.  Cukupkah makannya? Apakah tangisnya itu normal?  Bahagiakah ia?  Inilah  beberapa hal yang bisa mencirikan bayi sehat ,dan bahagia lewat perilaku, temperamen, dan penampilannya.

1.    Sering ganti popok
Sebagai ibu baru, Anda mungkin merasa ASI tidak  mencukupi kebutuhannya, apalagi ia sering menangis. Anda menduga ia kelaparan.   Anda pun khawatir si kecil tidak tumbuh dan  berkembang dengan baik. Ternyata,  jika Anda sering mengganti popoknya, paling tidak 8 - 10 kali sehari, Anda tak perlu khawatir. Itu adalah pertanda  yang baik jika kebutuhan makannya terpenuhi.

2.    Senang tersenyum dan menatap
Senyum dan tertawa,  menurut, Dr Caspar Addyman dari Birkbeck College  London, Inggris yang melakukan riset tentang senyum dan tawa bayi,  kedua hal tersebut merupakan alat komunikasi yang penting bagi bayi sebelum kemampuan bahasa mereka berkembang. Saatnya bagi Anda untuk sering mengajaknya bermain  agar senyumnya berkembang beriringan dengan kemampuan bahasanya, karena ia sering mendengar Anda mengajaknya bicara.


3.    Tangis mereda oleh suara
Menangis adalah alat komunikasi utama bayi di awal kehidupannya. Lewat  itu  ia mengungkapkan rasa ngantuk, lapar atau ingin ganti popoknya yang basah.  Tangisnya akan reda jika Anda memenuhi kebutuhannya. “Saat ia menangis dan orangtua merespon tangisnya, bayi akan belajar bahwa Anda bisa membuatnya tenang,”  kata  Linda Gilkerson, Ph.D.  Direktur The Irving B. Harris Infant Studies Program, Erikson University, Illionis, AS.  Respon si kecil yang tenang itu juga  sebagai tanda mulai terbangunnya hubungan yang baik antara si kecil dengan Anda.

4.    Sering tampak diam
Di minggu awal kelahirannya, aktivitas utama si kecil  adalah  minum susu dan tidur. Hampir setiap 2 jam sekali ia minum susu. Ia pun tidur  16 jam. Namun di usia 1 bulan,  bayi mulai   berkurang jam tidur. Saat bangun ia mulai ‘mengamati’ dan ia mulai fokus saat melihat  sesuatu. Coba saja Anda menunjukkan mainan berwarna cerah di dekatnya. Anda akan melihat, benda itu  mencuri perhatiannya. Jika ia sedang rewel, benda itu pun bisa membuatnya tenang. Di usia ini,    si kecil  sedang berusaha  untuk mengamati sekelilingnya dan memproses semua informasi itu di benaknya.

5.    Tertarik suara musik
Sebetulnya, sih,  bayi  sudah bisa mendengar sejak lahir, namun membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mendengar suara secara jelas.  Suara AC yang berdesis, suara  musik dari televisi atau yang terdengar saat melewati toko musik, cukup akan membuatnya mencari-cari datangnya suara. Suara itu juga membuatnya ‘terhibur’.  Coba saja Anda membuat suara konyol, membunyikan bibir, membuat suara mobil atau motor menderu misalnya, bisa membuatnya tertawa. Semua reaksi yang ia berikan itu menandakan telinganya sehat dan pendengarannya baik.

6.    Terpana  melihat warna dan bentuk
Anda akan melihat pandangannya terpana dan tertuju kepada benda yang berputar-butar seperti kipas angin. Itu pertanda perkembangan padangannya telah mengalami kemajuan. Bayi baru mampu melihat secara jelas dalam rentang 8 – 12 inci, sama dengan  jarak dari wajahnya saat menyusu ke wajah Anda.  Beberapa riset menemukan, bayi lebih menyukai gambar wajah dibanding gambar yang lain. Di usia 2 bulan rata-rata bayi mulai senang melihat pola, warna cerah dan benda-benda yang berputar.
  
7.    Semakin kuat
Di usia satu bulan, saat  tidur tengkurap, Anda akan mulai melihat ia mencoba  mengangkat kepala.  Ia akan berusaha  menggerak-gerakkan lehernya saat berada di gendongan Anda. Di usia 3 bulan,  bayi semakin ahli dan senang menahan kepala,  kemudian  menggerakkan lehernya. Itu pertanda si kecil sedang melatih otot-ototnya. Mulailah memberinya waktu untuk tummy time, yang akan membantu mengembangkan perkembangan otot termasuk kemampuannya berguling dan duduk.  “Bayi yang tak memiliki cukup tummy time, cenderung telat berguling duduk dan merangkak dibanding normal,” kata Dr. Jennifer Shu,  penulis  buku Heading Home With Your New Born, bersama  Dr. Laura Jana.

8.    Tenang dan tidur teratur
Anda mulai tidak lagi sering mendengar tangisnya.  Ia kini ia mulai sering tampak tenang.  Secara perlahan ia mulai pandai beradaptasi dengan lingkungan barunya di luar rahim. Tidurnya pun semakin nyenyak. Bahkan,  beberapa bayi mulai memiliki jam tidur rutin di usia 4 bulan yang akan membuat Anda bisa merencanakan dan mengatur kegiatan. Anda bisa merencanakan me time untuk mengajak teman menonton film terbaru, dan mengunjungi restoran yang selama hamil tidak bisa Anda datangi. Namun, jika bayi usia 4 bulan masih makan dan tidur dalam jam yang tidak teratur,  cobalah untuk mengatur ulang jadwal aktivitasnya sehari-hari.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

16.9.15

Tips Melatih Balita Menjadi Anak Pemberani


 Hai bunda.... berikut ini tips melatih balita agar jadi anak pemberani, semoga bermanfaat ya?


“Ayo, siapa yang berani maju ke depan?” Hampir semua anak angkat tangan, tapi anak Anda tidak. Lho, kenapa? Apa ia kurang berani? Memang tidak semua balita ‘berbakat’ untuk menjadi berani. Perlu waktu, proses latihan, serta kebiasaan untuk menumbuhkan keberanian pada anak. Namun Anda tidak perlu khawatir. Berikut ini beberapa jenis keberanian yang perlu dimiliki anak dan cara mengajarkannya pada anak.

Berani Berpendapat
Kenapa yah, anak saya terkesan malu, bahkan tidak mengeluarkan kata-kata sama sekali saat ditanya oleh gurunya. Ada beberapa alasan yang membuat balita kurang berani mengutarakan pendapat, seperti karakternya yang pendiam dan jarang berbicara, gangguan bicara, serta kurangnya stimulasi. Hal yang perlu dilakukan adalah merangsangnya untuk berani mengemukakan pendapat.

Latih anak untuk menentukan pendapat dengan memberikan pilihan. Mulailah dengan yang simpel, misalnya “kita hari ini berenang atau jalan-jalan ke taman, yah?” Biasanya anak akan menjawab berdasarkan alasannya. Untuk awal, lakukan berdua dulu, kemudian saat bersama kakak atau adiknya, selanjutnya saat bersama teman-temannya.

Jika anak mengalami gangguan bicara seperti gagap atau cadel sehingga malu, bantu ia agar percaya diri. Jika percaya dirinya tumbuh, ia pasti mudah memberikan pendapat.

Berikanlah pujian setiap kali anak mampu menentukan pendapatnya sendiri.

Jangan langsung memberi penilaian terhadap pendapat anak. Cari waktu yang pas dan katakan dengan bahasa yang dimengerti anak mengapa pilihannya kurang sesuai.

Berani Mencoba
Saat anak-anak mecoba permainan ayunan, balita justru enggan mendekati mainan itu. Ia takut untuk mencobanya. Wah, bagaimana ini? Percayalah, ia sebenarnya ingin mencoba, tapi mungkin ia khawatir akan terjatuh, sehingga tidak berani mencoba. Lalu, bagaimana menstimulasinya agar ia berani mencoba?

Tumbuhkan rasa aman terlebih dulu dengan cara mendampingi anak saat ia mau mencoba sesuatu yang baru. Bila perlu, Anda juga terlibat dan dapat memberikan contoh langsung.

Ajak teman-temannya bermain bersama. Minta anak mengamati teman-temannya yang sedang bermain. Selanjutnya, minta ia mencobanya sendiri. Berikan semangat dan pujian untuk mendorong balita lebih berani.

Bila ia belum berani juga, minta anak bercerita mengapa ia tidak mau mencoba. Berikan pengertian, selama ia mengikuti rambu keamanan, ia tidak perlu khawatir.

Tidak memaksakan keinginan pada anak. Ketika balita tidak berani mencoba permainan ayunan, alihkan dengan permainan sejenis yang memberikan manfaat sama seperti perosotan atau jungkat-jungkit.

Berani Tampil
Saat diminta maju ke depan kelas untuk bernyanyi atau bercerita, anak tidak pernah mau. Kenapa, ya? Jangan buru-buru kecewa bila ia tidak mau tampil. Mungkin ia ingin mengobservasi dulu suasana sekitar, mungkin ia gugup, atau mungkin juga ia tidak tertarik. Dengan pembiasaan dan latihan rasa percaya diri, keberanian untuk tampil akan tumbuh dan berkembang.

Biasakan tampil di acara berskala kecil, misalnya di depan orangtua, saat acara keluarga, atau pesta ulang tahun. Itu akan melatih keberanian anak untuk tampil.

Tampil ramai-ramai, dengan begitu balita akan merasa perhatian orang tidak hanya tertuju padanya. Tampil ramai-ramai juga bisa berarti tampil ditemani ayah dan bunda.

Sebelum tampil, buat semacam gladi resik untuk merinci langkah-langkah yang harus dilakukan anak agar ia menguasai kemampuannya, dari berjalan ke panggung, tersenyum, menyanyi atau menari, mengucapkan terima kasih, dan meninggalkan panggung.

Besarkan hatinya. Jika penampilannya kurang memuaskan, katakan, “Ayah dan Bunda bangga kamu berani tampil di depan banyak orang.” Jika memuaskan, beri ia pujian.

Berani Membela Diri
Saat anak bermain dengan mainannya, tiba-tiba datang anak lain merebut mainannya. Ia hanya terdiam. Anda sebagai orangtua pasti gemas melihatnya. Membalas perbuatan temannya tentu tidak akan menyelesaikan masalah dan malah membuat persoalan baru. Lalu jika hal ini terulang kembali, bagaimana cara mengajarkan balita untuk berani membela diri?

Ajarkan balita untuk berani menegur temannya, misalnya mengatakan, “ini mainanku, kamu bisa main setelah aku selesai, atau kita bisa main bersama.”

Ajarkan balita untuk melibatkan orang di sekitar yang memiliki pengaruh dalam mengatasi perilaku negatif si teman, misalnya guru. Ia bisa bilang, "Kalau kamu pukul aku lagi, aku akan bilang sama ibu guru."

Kenalkan anak pada berbagai karakter orang, misalnya baik hati, suka menolong, suka mencuri, atau pembohong. Ajari juga anak bersikap terhadap masing-masing karakter. Dengan demikian, balita punya bekal dalam menghadapi berbagai karakter temannya.

Selalu luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak sehingga ia akan nyaman dan terbiasa mengungkapkan perasaannya. Jadi, jika suatu saat ia diganggu temannya, ia akan cukup percaya diri untuk mengungkapkan perasaannya secara jujur.

(Sumber : ayahbunda.co.id)

11.9.15

Trik Untuk Menyikapi Perilaku Balita yang Suka Meminta Imbalan



 Hai bunda,... balita anda suka meminta imbalan jika anda memintanya melakukan sesuatu? Nah berikut ini trik untuk menyikapi perilaku tersebut, semoga bermanfaat ya?

Kemampuan bicara anak 3 tahun kini semakin baik, disertai dengan logika berpikir dan memorinya. Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang menonjol di usia ini adalah bernegosiasi. Akibatnya, tidak jarang saat Anda meminta anak melakukan sesuatu, bukannya langsung melakukan, ia justeru bernegosiasi terlebih dulu meminta imbalan kepada Anda. Seperti, “Aku mau mandi, tapi Bunda beliin es krim dulu, ya!” Jika kebiasaan itu tidak segera dikoreksi, anak bisa jadi akan tumbuh menjadi kurang bertanggung jawab, kurang berempati dan sukar menolong orang lain tanpa pamrih. Berikut trik yang dapat Anda lakukan untuk menyikapi perilaku tersebut:

- Bedakan tujuan Anda memberi hadiah, sebagai penghargaan atau untuk menyogok anak. Menyogok berarti Anda menawarkan atau mengiming-imingi hadiah sebelum anak melakukan sesuatu yang Anda inginkan. Sebaliknya, penghargaan berarti hadiah yang diberikan setelah balita Anda menyelesaikan kewajibannya, ia mau melakukan sesuatu dengan kesadarannya sendiri.

- Perkenalkan anak pada beragam jenis penghargaan yang tidak selalu berbentuk material. Misalnya dengan memberikan pelukan, ciuman, ucapan terimakasih atau two thumbs up setelah anak menuruti permintaan Anda. Katakan pada anak bahwa hal-hal tersebut Anda ucapkan atau lakukan sebagai ‘hadiah’ karena ia telah membuat Anda senang dan bangga. Tanamkan padanya bahwa jenis penghargaan non material tersebut tidak kalah bagus jika dibandingkan dengan imbalan berupa barang.

- Beri contoh pada anak bahwa dalam kehidupan sehari-hari Anda dapat melakukan sesuatu tanpa pamrih. Misalnya saat melihat sampah berserakan di jalan, Anda segera memungut lalu membuangnya ke tempat sampah. Perlahan anak akan mengerti bahwa hal-hal yang dilakukannya tidak semata-mata bertujuan untuk mendapat hadiah atau imbalan.

- Beri alasan, setiap kali Anda memberi penghargaan berupa hadiah maupun pujian. Hal ini penting dilakukan untuk memperkaya identitas diri balita. Jangan memberinya pujian kosong, seperti “Kamu pintar, deh!” Beri pujian yang membuat anak paham akan perbuatannya. Misalnya, “Kamu pintar, sekarang sudah doyan makan sayur”. Anak akan mudah memahami alasan mengapa dirinya dikatakan pintar oleh orangtuanya. Sehingga di kemudian hari, hal tersebut akan memotivasinya untuk kembali ‘unjuk gigi’ di hadapan Anda.

- Hindari memberi hadiah bila anak mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi tanggung-jawabnya. Di saat Anda baru memperkenalkan anak dengan tanggung jawab, hadiah perlu diberikan untuk memotivasi anak. Namun selanjutnya, motivasi dalam diri anak harus dibangun dengan atau tanpa hadiah.

- Jangan terlalu royal, berikan penghargaan sesuai pencapaian atau apa saja yang sudah dilakukan oleh anak. Akan lebih efektif untuk menghapus sikap anak yang selalu berharap mendapatkan hadiah setiap kali dia melakukan sesuatu. Biarkan ia merasakan kepuasan saat menerima sesuatu yang sebanding dengan perjuangan dan usahanya. Misalnya, saat anak menuruti permintaan Anda untuk mandi selalu tepat waktu, Anda tak perlu memberikannya sepatu baru. Cukup berikan satu kali tambahan 10 menit bermain tablet atau handuk baru dengan gambar tokoh kartun favorit anak agar waktu mandinya terasa menyenangkan.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Perkembangan Motorik Dan Imajinasi Anak Dapat Dikembangkan Melalui Aktivitas Menggambar



 Hai bunda,... ternyata aktivitas menggambar dan mewarnai banyak manfaatnya bagi perkembangan motorik dan daya imajinasi anak, nah berikut ini penjelasannya, semoga bermanfaat ya?

Aktivitas menulis, menggambar, mewarnai, menggunting atau membuat prakarya, ternyata  memiliki banyak manfaat bagi anak. Aktivitas kreatif itu tidak hanya dapat melatih keterampilan motorik halus dan daya imajinasi anak, tetapi juga memiliki manfaat terapeutik atau penyembuhan untuk beberapa gangguan atau kendala psikologis. 
Proses kreatif yang terjadi manakala anak menggambar, mewarnai, menggunting atau membuat prakarya, akan mengeksplor perasaan dan sisi emosional. Salah satunya berupa pelepasan energi dan emosi negatif. Lewat terapi seni, ayah bunda juga bisa memetik manfaat lebih dekat dan akrab dengan anak.  Secara keseluruhan, hal ini akan mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.

1. Untuk Ice Breaking
          Terkadang setelah berpisah dengan anak seharian karena bekerja, bunda atau ayah mengalami kesulitan memulai interaksi dengan anak di rumah.   Bisa jadi karena anak ngambek karena Anda pulang kemalaman, atau karena dia sudah nyaman bersama Si Mbak. Rasa lelah plus jengkel, terkadang membuat Anda cepat “menyerah”, sehingga merelakan anak tidak bersama Anda pada malam hari. “Habis dia nggak mau  ditemani aku”, kilah Anda. Sebetulnya, teknik ice breaking bisa mengatasi situasi ini.  Pilihlah aktivitas seni sebagai media untuk memecah kebekuan, sebab selain anak balita senang menggambar atau mewarnai, aktivitas ini pun tidak membutuhkan kontak mata sehingga bebas tekanan. “Nak, tadi di jalan bunda melihat binatang ini, lho. Bunda lupa namanya, bentuknya begini. Ini hewan apa ya, Nak?” Gunakan bentuk-bentuk  sederhana, seperti segitiga untuk  menggambar kambing atau lingkaran untuk ayam. Tak perlu detail sempurna, yang penting Anda musti “cerewet” saat menggambar.

2. Menyalurkan Ekspresi Negatif

Ketika anak rewel, jengkel, marah atau sedih akibat sesuatu, alihkan perhatiannya dengan menggunakan benda-benda seni, misalnya clay atau alat lukis. Pilih yang warna-warni agar menarik perhatiannya.  Ajak anak, “Kita remas-remas clay, yuk”,  lalu buatlah obyek-obyek sederhana, misalnya bola, sosis, ular, lalu bongkar dan remas lagi untuk membuat bentuk lain. Sambil bermain, perhatikan ekspresi anak. Biarkan ia gemas meremas atau memukul-mukul clay dengan telapak tangan.  Karena selain sedang menuangkan kreativitas,  anak juga  tengah melepaskan energi negatif atau tekanan yang dirasakan.  Cara serupa dapat dilakukan dengan melukis atau membubuhkan aneka warna di atas kertas dengan cap telapak tangan atau kaki.

3. Melancarkan Komunikasi dan Meningkatkan Bonding

Kita ingin anak terbuka dan bebas bercerita pada kita tentang kejadian yang dialami atau perasaannya sehari-hari. Dengan keterbukaan anak,  orangtua jadi bisa memantau perkembangan kognitif, emosi dan  keterapilan inter-personal anak, dapat memantau keselamatan, keamanan dan kesejahteraannya, sekaligus memiliki bonding lebih kuat dengannya. Namun, tidak semua anak dan orangtua memiliki kemampuan berkomunikasi secara lancar dan terbuka.  Mungkin yang ada hanya komunikasi berupa instruksi atau pertanyaan “menjemukan” seperti “Mandi dulu, sana!” atau “Kamu sudah makan?”.  Gunakan aktivitas seni untuk melancarkan komunikasi, misalnya, temani anak saat menggambar, lalu ajukan pertanyaan. “Kamu menggambar apa?”  atau  “Mengapa gajah itu berwarna biru?”. Biarkan anak menjawab, tugas Anda hanyalah memancingnya untuk bercerita sambil membiarkan ia menggambar. Komunikasi juga dapat dibangun saat Anda menemani si kecil mewarnai, atau membuat prakarya -seni lipat, gunting-tempel atau meronce.

4. Mengatasi Gangguan Mental dan Trauma
            Pada anak-anak yang mengalami masalah gangguan kesehatan mental, misalnya berupa perilaku kerap cemas atau takut berlebihan, sehingga disalurkan lewat menggigit, membenturkan kepala, cepat marah, atau mengalami perubahan emosi drastis, menurut Psikolog UI  Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., terapi seni bisa menjadi solusi. “Dalam hal ini, orangtua musti bertemu dengan ahlinya terlebih dahulu, karena terdapat langkah demi langkah yang akan disesuaikan dengan usia dan tingkat kecemasan atau kadar gangguan, ujar Rose Mini.
Terapi seni juga dapat diaplikasikan untuk mengobati trauma atas kejadian tidak menyenangkan yang pernah menimpa anak. Peneliti dan psikolog dari Institute for Psychology University of Lepizig, Jerman, Prof. Dr. Evelin Witruk, melakukan terapi seni terhadap anak-anak korban tsunami di Aceh, menggunakan aktivitas  melukis dan menggambar. Cara ini,  menurutnya, cukup berhasil memulihkan kondisi psikis anak-anak.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

9.9.15

Tips Menghadapi Anak Yang Suka Protes



 Hai bunda,... berikut ini tips menghadapi anak yang suka protes, semoga bermanfaat ya?

“Bukan begitu, Bunda.” “Nanti, Bunda.” “Aku nggak mau, Bunda.” Tiga kalimat ini sedang menjadi senjata andalan Nabila setiap kali Bundanya meminta ia melakukan sesuatu. Wajar saja, di usia ini anak semakin banyak tahu dan senang bereksplorasi sehingga ketika sudah cukup mengenali banyak hal, ia pun mulai dibuat penasaran akan segalanya dan suka mulai menentang dengan aturan yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Berikut beberapa cara merespon anak apabila ia protes:

1. Bicara dengan bahasanya
Gunakan trik-trik sederhana seperti menatap matanya agar ia mau mendengarkan apa yang sedang Anda katakan. Ketika anak Anda berulang kali menolak untuk menghabiskan makanannya, lebih baik Anda mengatakan “Kalau makanannya habis pasti kamu lebih kuat saat bermain nanti.” Bangun komunikasi dengan cara yang mudah dan bisa diterima oleh anak seusianya.

2. Respon dengan positif
Kalimat yang positif dan bersifat aktif biasanya lebih mudah diterima oleh anak Anda. Misalnya, “Bunda bangga deh kalau kamu bisa merapikan mainanmu setiap kali selesai bermain.” Anak yang tadinya protes, bisa jadi lebih bersemangat membayangkan wajah bahagia Anda karena apa yang ia lakukan.

3. Walk The Talk
Jika Anda tidak mengizinkan anak untuk bermain saat menikmati makanannya, hal tersebut juga menjadi peraturan untuk Anda dan pasangan. Ketika Anda mengajaknya berdoa sebelum tidur, hendaknya Anda pun melakukan hal yang sama sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk mengeluarkan “jurus” pamungkas karena Anda melakukan apa yang Anda katakan. Artinya selain anak yang diminta untuk mentaati aturan, orangtua pun harus konsisten dengan aturan yang ditetapkan bersama.

4. Memandu dengan Buku
Pilih buku-buku anak yang berisi kegiatan sehari-hari yang melibatkan tokoh animasi atau karakter kesukaannya seperti Baymax, Upin Ipin atau Princess Elsa dan Sofia. Anak dapat terinspirasi dari gambar yang ia lihat sehingga Bunda dapat lebih mudah memasukkan pesan untuk si kecil. Dengan demikian, anak Anda pun dapat terinspirasi dari tokoh kesukaannya.

5. Bertukar pikiran

Jika anak Anda sudah terlalu sering membantah, ada baiknya Anda mengajak ia bicara empat mata. Ciptakan suasana yang santai, misalnya saat Anda memberinya snack sore, tanyakan padanya mengapa ia sering melakukan hal itu dan jelaskan bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang tidak baik jika dilakukan terus menerus. Biasanya anak memiliki alasan sendiri mengapa ia tak mau melakukan apa yang Anda minta. Orangtua tetap harus membuka diri terhadap masukan yang diberikan oleh anak jika alasannya masih bisa Anda terima.

6. Konsekuensi yang tepat

Tidak ada salahnya jika Anda mulai menerapkan disiplin sejak dini di rumah. Ia akan terbiasa dengan aturan dan berkenalan dengan konsekuensi seperti time out, berkurangnya waktu bermain atau harus tidur lebih cepat. Katakan pada anak, “Kalau kamu tidak menaruh mainan kembali ke kotaknya, maka waktu bermain kamu akan Bunda kurangi.”. Berikan anak konsekuensi yang tetap bisa membuatnya jera namun tidak dengan cara yang kasar.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Melatih Dan Mengembangkan Anak Dalam Menyelesaikan Masalah


Hai bunda,... berikut ini tips melatih dan mengembangkan anak dalam menyelesaikan masalah, semoga bermanfaat ya?

Anda sering melihat balita tampil menengahi  temannya yang sedang berkelahi? Sungguh membanggakan! Di usia ini ia memang sedang mengembangkan kemampuan bersosialisasinya. Dengan cara itu, ia menunjukan rasa simpati kepada teman sepermainannya. Jadikan periode ini untuk melatih dan mengembangkan kemampuannya menyelesaikan masalah dan berbeda pendapat. Dukung ia dengan cara ini.

1. Cukup mengawasi
Hindari ikut campur saat anak tengah berperan sebagai wasit. Belajarlah untuk percaya bahwa ia dapat menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Hargai juga pendapatnya dengan tidak menyela ketika ia tengah mengutarakan pendapatnya. Berikan waktu padanya  untuk menyelesaikan masalahnya. Ketika dia menemukan jalan buntu, ia pun akan akan segera menghampiri Anda untuk meminta bantuan. Anda bisa mengajukan beberapa solusi padanya. Anak biasanya akan menerima solusi yang diusulkan oleh orang dewasa.

2. Kenalkan konsep “benar” dan “salah”
Menurut Sharon Lamb, Ed. D, pengajar psikologi di Faith Michael College, Vermont, AS, anak mulai paham 'benar' dan 'salah' pada usia 18 bulan. Ketika memasuki usia 3 tahun, ia mulai mengembangkan suara hati, yang disebut kesadaran. Kenalkan “benar” dan “salah” lewat kegiatan yang biasa dilihatnya sehari-hari. Misalnya, saat anak tidak membereskan mainannya, katakan padanya bahwa itu adalah hal yang “salah” dan yang “benar” adalah merapikan semua mainan ke tempat semula. Ajari juga konsep “benar” dan “salah” lewat bacaan dan juga tontonan anak sehari-hari. Dengan begitu, ketika anak dihadapkan pada sebuah masalah, secara sadar dia sudah bisa menilai dan mengambil keputusan sesuai dengan kesadarannya.

3. Tak menggigit dan memukul
Biasakan  anak menyelesaikan masalah dengan mengajaknya berbicara, bukan dengan menggigit, memukul atau melempar. Jika terbiasa menyelesaikan masalah lewat dialog,  anak juga akan menirunya. Beri contoh cara menyelesaikan konflik atau masalah secara baik, tidak membentak atau menggunakan kekerasan. Tunjukkan pada anak bahwa Anda dapat mengontrol sikap, begitu pula dengan balita Anda.

4. Kenalkan emosi dan empati
Anak usia 3-4 tahun sudah bisa berempati, namun tidak bisa dipungkiri kadang sifat egoisnya masih muncul. Untuk mengasah kemampuan tersebut, ajak ia mengamati bahasa tubuh orang lain, kenalkan kosakata yang menunjukkan emosi sambil menunjukkan ekspresi emosi. Misalnya, merengut saat marah, menangis saat sedih, dan tertawa saat senang. Ajarkan anak menunjukkan perasaan yang sedang dialaminya sehari-hari lewat kata-kata, tidak hanya ekspresi wajah.

5. Tanyakan apa yang dilakukannya
Asah kemampuan balita untuk memilah-milah situasi dengan mengajukan pertanyaan. Misalnya, apa yang terjadi, mengapa masalah tersebut terjadi dan lain-lain. Tanyakan juga padanya, apa yang akan kamu lakukan untuk menenangkan teman yang berkelahi? Bila balita masih mengalami kesulitan untuk menemukan solusinya dari permasalahan, berikan pilihan solusi. Misalnya, saat temannya berebutan mainan, tanyakan apakah ia akan meminta teman  bermain bergantian atau memainkan permainan lain yang bisa dimainkan berdua. Tanyakan alasannya memilih cara tersebut.

Lalu bagaimana jika balita justru jadi korban?
Ketika melihat anak justru menjadi korban saat hendak melerai teman, tidak ada salahnya Anda maju dan menolongnya. Ada juga bisa menjadi penengah masalah yang terjadi di antara anak dan temannya. Namun sebaiknya jadi penengah yang adil. Jangan membela salah satu, apalagi selalu membela anak Anda.  Tunjukkan sikap netral dan bantu mencari solusi permasalahannya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)

Tips Meredakan "Balita Yang Galak"



 Hai bunda,... berikut ini tips meredakan balita galak, semoga bermanfaat...

Anda terkejut bukan main ketika balita menendang lutut Anda dengan keras, Anda merasa sakit. Anda pun ingin marah. Namun sebaiknya jangan cepat-cepat mencap balita Anda galak dan pemarah. Anda sedih dibuat. Jika tangan atau kaki mereka yang ‘bicara’ dengan menendang, memukul, mencakar atau bahkan beteriak-teriak, tak lain karena kemampuan mereka berkomuniki masih terbatas.  Mereka marah karena Anda tidak memahami apa yang mereka inginkan. Tentu saja perilakunya tersebut sangat mengganggu. Inilah beberapa cara untuk meredam keinginannya memukul atau menendang.

Teliti Penyebabnya
Coba ingat-ingat dan tulis hal-hal yang menyebabkan ia menendang atau memukul. Apakah saat ia lelah, mengantuk, bosan atau lapar. Dari situ Anda bisa mengambil solusi yang pas. Jika ia selalu melakukan itu karena lapar, misalnya, mulai pastikan jenis makanan yang Anda berikan dan jam makan yang sesuai. Tapi mungkin ia meniru melakukan itu dari teman-temannya di di daycare. Jika itu yang terjadi coba Anda buat playdate dengan teman-temannya yang tidak agresif.

Mengalihkan peran tangan
Jika ia kerap memukul dengan tangannya, coba Anda mengalihkan peran tangan dengan hal-hal yang positif. Misalnya, saat ia mengacungkan tangan hendak memukul Anda, pegang tangannya perlahan dan ajak ia bermain cing caripit tulang bajing kacapit.., yaitu dengan memegang  satu jarinya ditelapak tangan Anda dan minta ia mengangkat jarinya atau Anda akan menjepit jarinya. Anda juga memberinya mainan mainan favoritnya. Tapi jika tetap memukul Anda, coba katakan. “Memeluk lebih baik daripada memukul,” sambil memeluknya.

Batasi Menonton
Masih ada anggapan semua film kartun itu cocok untuk anak. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Sebab banyak film kartun  yang menunjukkan adegan kekerasan seperti memukul, mendorong, menendang, Maka, penting bagi Anda untuk memilihkah film kartun yang tidak banyak mempertonton kekerasan. Selain itu, batasi waktu menonton TV. Solusinya ajak  ia melakukan aktivitas menyobek atau membuat gumpalan-gumpalang dari kertas beas. Anda juga bisa mengajaknya  bermain di luar untuk bermain bola, melempar bola atau berlari.

Mengalihkan peran kaki
Saat ia menendang Anda, dekati ia dan tunjukkan lutut Anda yang tadi ditendangnya. Katakan, “Lutut Bunda sakit sekali  kamu tendang. Bunda sedih kamu melakukannya.” Sambil menatap matanya untuk menyatakan bahwa Anda tidak menyukai tindakan tersebut. “Kamu tahu, benda yang boleh ditendang adalah bola…’’ Penjelasan ini untuk mengingatkan anak bahwa ia boleh menendang asal menendang sesuatu yang seharusnya. Permainan lain yang bisa dilakukan untuk mengaktifkan kakinya secara positif adalah menari diiringi musik. Selain membuat kakinya bergerak, musik juga akan menenangkan emosinya.
(Sumber : ayahbunda.co.id)