3.7.15

Cara-cara Yang Efektif Memberikan Puijan Pada Anak



 Hai bunda... berikut cara-cara memberikan pujian pada anak  anda yang tepat, semoga bermanfaat ya?....

Pujian adalah motivator eksternal. Tujuan mendisiplin adalah membangkitkan motivasi internal. Karenanya, memberi pujian tidak semudah membuka mulut. Cara memuji yang tepat, agar buah hati Anda membangun motivasi internal:
  1. Puji perilaku anak, bukan si anak. Pujian seperti “anak baik”, akan disalah artikan oleh anak.  Bagi anak, pujian “anak baik” terasa berat, karena bila ia tidak berperilaku baik, ia anak jelek. Pujilah secara spesifik, “Hari ini kamu bangun tidur tidak nangis. Bagus itu.” Pujian ini membuat anak akan mengulangi perilakunya. Besok kalau bangun tidur tidak usah menangis, apalagi berteriak-teriak memanggil bunda. Pujian ini mengirim pesan pada anak, ia diperhatikan.
  2. Gunakan pujian untuk perilaku yang ingin Anda ubah. Misalnya berhenti merengek. Ketika anak bisa tidak merengek, beri dia pujian; “Kamu tidak  merengek. Bagus. Kamu sekarang punya mulut yang bagus untuk ngomong dengan baik.”
  3. Puji anak dengan tulus. Pujian kehilangan kekuatannya bila Anda  bertepuk tangan untuk perilaku yang biasa. Misalnya, anak bisa makan sendiri di usia 3 tahun adalah  wajar. Anda tak harus bertepuk tangan karena itu. Bila anak bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya menyapu ceceran gula yang ditumpahkannya, Anda boleh memujinya dengan tulus; “Bagus, kamu bertanggung jawab pada perbuatanmu.”  Atau, di usia 3 tahun anak Anda berhasil makan tanpa berantakan, Anda boleh memujinya; “Kamu pintar, makan tidak berantakan.”
  4. Gunakan standar yang nyata, misalnya “Kamu akan lebih bagus pakai pita kuning itu daripada yang ungu karena bajumu ada warna kuningnya.”  Bukannya, “Pita kuning akan membuatmu lebih cantik. Kalau pakai pita ungu itu kamu jadi nggak cantik.” Dijamin, anak selamanya akan menghindari warna ungu karena merasa tidak cantik dengan warna itu.
  5. Puji anak untuk sesuatu yang harus dia lakukan, bukan sesuatu yang dia suka lakukan.  Misalnya, memberesi mainan sudah seharusnya dia lakukan. Bila anak mau melakukannya, beri pujian; “Bagus, kamu bertanggung jawab pada mainanmu.”  
  6. Pakailah seni memuji. Biasakan anak untuk merasa nyaman memuji orang lain dan dipuji. Misalnya, “Ih, kamu ganteng lho.” Atau, “Cantiknya kamu pakai baju princess itu.”  Anak-anak dengan harga diri yang lemah sulit menerima pujian dan memuji orang lain.  Bahasa tubuh dan kontak mata saat Anda mengucapkan pujian ini memperkuat ucapan Anda. Pastikan Anda tulus mengucapkannya. Bila Anda mendengar anak-anak saling memuji, pujilah diri Anda sendiri karena berhasil memberi contoh.
  7. Hindari memberi pujian dengan maksud tersembunyi. Misalnya, Anda membelikan baju untuk si kecil tanpa persetujuannya dan dia tak suka memakainya. Hindari memuji dengan harapan ia mau memakai baju pilihan Anda. “Kamu pasti cantik dengan baju ini.” Pujian Anda akan terdengar tidak tulus.
  8. Pujian untuk membentuk perilaku yang baik, tidak untuk membandingkan dengan anak lain. “Kamu pintar lho, lebih pintar dari si X di umur kamu sekarang.”  Pujian ini mendorong anak untuk bersaing secara tidak sehat. Kalau pujian dimaksudkan untuk membandingkan, bandingkan anak dengan dirinya sendiri. “Sekarang banyak yang sudah kamu bisa. Apa-apa bisa sendiri. Semakin besar, kamu akan tambah lagi kepintaranmu.”
Pujian yang salah
1. Bila Anda memuji anak karena kemampuannya:
  • Anak akan fokus pada yang 'tampak bagus', bukan pada proses belajarnya.  
  • Anak yang dipuji karena kemampuannya cenderung menghindari tantangan. Ia akan memilih hal-hal yang mudah dilakukan karena hasilnya akan segera tampak dan mendapat pujian.
  • •Anak yang dipuji karena kemampuannya akan melihat kegagalan sebagai kebodohan. Anak yang dipuji karena usahanya akan termotivasi mencoba sesuatu yang baru dan menantang.
2. Bila Anda memuji anak karena kecerdasannya:
  • Anak melihat kegagalannya sama dengan kecerdasan yang rendah.
3. Pujian yang berlebihan:
  • Sama dengan kritik pedas yang belebihan, menghasilkan kepribadian narsistis.
  • Memberi pesan pada anak bahwa ketaatan dan perilaku baik adalah pilihan, boleh dilakukan boleh tidak.
  • Menumbuhkan rasa overconfident, merasa bisa melakukan apa saja.
  • Tidak realistis menilai diri sendiri.
  • Sombong, merasa diri paling hebat.
  • Kecanduan pujian, mengharapkan pujian setiap saat. Anak gelisah saat Anda tidak memuji karena anak tidak memperoleh sesuatu yang bisa membuatnya merasa nyaman.
4. Diberikan pada perilaku yang salah, memotivasi anak untuk berperilaku salah.
5. Untuk membandingkan  dengan anak lain. “Pintar. Kamu lebih pintar dari si X lho.”
(Sumber : ayahbunda.co.id)