13.11.14

Mau Jadi Bunda cerdas??? Biarkan Buah Hati Bermain Air Dan Lumpur Sesuka Hatinya :)


“ADE, nggak boleh main air, nanti bajunya basah,” bunda Ade tiba-tiba berteriak.
Saat itu ade yang berusia 2 tahun lebih beranjak menuju keran air. Ade menghentikan langkahnya, kemudian berkata “Mau cuci tangan, Nda.”
“Nggak boleh di situ,” tukas bunda. “Ayo bunda gendong, di dalam aja cuci tangannya.”
Saya pun menghampiri kemudian bertanya, “Bun, Ade kenapa kok digendong?”
“Biasa Mi, suka pura-pura cuci tangan padahal mau main air,” jawab bunda.
“Ooh begitu, memangnya kenapa kalau Ade main air?” tanya saya kemudian.
“Waduh repot Mi, nanti bajunya basah, terus semua jadi kotor, baju kotor, halaman kotor, kerjaan saya nambah, nyuci jadi banyak, harus ngepel pula, cape deh,” serunya sambil tertawa.
Di lain hari, saya dan keluarga berkunjung ke rumah nenek. Letaknya di pinggir sawah. Anak-anak asik bermain di pematang. Saya mengamati mereka. Tak biasa berjalan di pematang membuat anak-anak senang karena bisa berlatih keseimbangan. Tiba -tiba anak tetangga datang menghampiri. Akhirnya ikut bergabung.
Ketika hendak bermain bersama tiba-tiba mama mereka muncul. ”Jangan main di sini, ayo pulang, nanti bajunya kotor, Mama kan capek nyucinya!” seru sang mama.
Raut muka anak itu menunjukan rasa kecewa yang dalam. Namun ia tetap pulang bersama mamanya. Sedangkan anak-anak asyik bermain. Akibat kurang fokus akhirnya hilang keseimbangan. Kemudian terjatuh ke dalam lumpur sawah. Mereka tertawa riang.
Apa yang dilakukan oleh “bunda” dan “mama” di atas sepertinya lumrah terjadi di sekeliling kita. Melarang anak mereka melakukan sebuah kegiatan dengan alasan mama nggak mau repot. Padahal kegiatan yang dilakukan anak akan menambah pengetahuan baginya. Apabila anak diberi kesempatan untuk berhubungan dengan berbagai jenis bahan, berbagai alat main, juga bebas bergerak di halaman dengan aman dan nyaman, maka semua ini akan mendukung setiap tahap perkembangannya.
Anak – anak pasti senang bermain air, pasir atau lumpur. Seharusnya orang dewasa memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk mereka bisa bermain. Orang dewasa menyiapkan wadah juga alat main yang berhubungan dengan air, pasir atau lumpur. Perlu diperhatikan juga pendampingan penuh orang dewasa saat mereka bermain air, pasir, atau lumpur.
Saat anak bermain air menggunakan teko dan botolair mineral bekas. Mereka menuang dari teko ke botol, mengisi botol penuh atau setengah. Orang dewasa yang mendampingi akan bicara, “Wah air dari teko berpindah ke dalam botol, sekarang tekonya kosong. Lihat, ada botol yang isi penuh, ada botol yang isi setengah.”
Anak-anak mengenal volume dari satu kegiatan main air. Lalu air dalam botol diberi warna. Satu botol berwarna merah. Satu botol berwarna biru. Kemudian anak menuang air berwarna merah dan menuang air berwarna biru ke dalam satu wadah.
“Wah, ada warna baru yang dihasilkan dari campuran air berwarna biru dan air berwarna merah, sekarang airnya berwarna apa ya?” orang dewasa yang mendampinginya pun bertanya. Anak pun melakukan percobaan sains sederhana.
Saat bermain pasir dan lumpur anak bisa mendapat pengetahuan tentang tekstur lembut dan kasar. Apabila lumpur dicetak kemudian dikeringkan, anak akan belajar tentang perubahan bentuk dari cair ke bentuk padat. Sains sederhana dari lingkungan sekitarnya.
Subhanallah, dari kegiatan main air dan lumpur yang terlihat sepele saja anak mendapat pengetahuan luar biasa. Masihkah akan abai pada perkembangan anak hanya karena tidak mau repot maupun kotor?
Bila campur tangan orang dewasa berlebihan dalam melindungi anak, maka anak tidak dapat mengembangkan perasaan mampu. Anak-anak kita mampu menjadi anak-anak yang cerdas. Lalu, mampukah kita menjadi orangtua yang cerdas?(Sumber : Islampos.com)

0 komentar:

Post a Comment